Stase Hitam Putih #2 - Cuci Film Rontgen

Yang masa kecilnya sebelum tahun 2000-an, pasti kenal dengan kamera model lama dengan filmnya yang kita sebut dengan klise. Kamera dengan klise 1 roll biasanya kita selipkan di dalamnya, nah kalo udah abis filmnya, klise kita gulung, kemudian diambil dan kasih ke tukang cuci poto. Hati - hati terbakar kata orang - orang. Ia, benar saja, sebagian poto yang sudah dicetak jaman itu, ada yang terbakar alias hitam sebagian atau bahkan seluruhnya. :)

Nah, kali ini aku mau sharing tentang cuci cetak potonya radiologi. Poto rontgen yang biasa kita lihat ternyata  ada proses unik lho yang mesti dijalanin sampai jadi sebuah poto. CHeck it out...

Poto rontgen yang ditangkap sebuah film bisa diproses lewat 2 cara, pertama cara digital, kedua cara manual. Untuk cara pertama, yang digital, caranya mirip dengan cara kerja printer. Chip filmnya dimasukin dalam alat pembacanya (mirip cara kerja flash disk), ntar pas kebaca di layar komputer, potonya bisa diedit - edit gelap terangnya, terus kalo udah "cakep" kontrasnya, langsung deh di print..

Lanjut ke cara kedua..Cara manual, nah ini yang seru. Di RS Ahmad Yani, Metro maupun RS Abdul Moeloek, Bandar Lampung sebenarnya udah pakai cara yang pertama/digital untuk cetak film rontgen. Tapi karena alatnya rusak, di RS Ahamad Yani beberapa bulan terakhir, balik pakai cara manual dengan cuci film rontgennya. 

Cara manual yang akan kita sharing kali ini. Step awal adalah poto dulu pasiennya. Arahkan sinar rontgen pada bagian tubuh yang mau dirontgen (misalnya rontgen thoraks atau abdomen), film diletakkan di belakangnya untuk menangkap gambar. Setelah kondisi pasien siap untuk dipoto, tutup ruangannya, dan tekan tombol untuk menembakkan sinar-X nya. #tuuuut begitulah bunyi tombolnya ketika dipencet. Tandanya, film tersebut sudah bisa kita ambil untuk dicuci.

dok.pribadi. #tuuut tekan tombolnya 
Selanjutnya, bawa filmnya ke kotak expose yang menghubungkan kamar rontgen dengan kamar gelap. Kamar rontgen itu tempat kita 'motret - motret' anggota tubuh yang mau dirontgen, sedangkan kamar gelap adalah kamar yang dipakai untuk memproses film yang tadinya abu - abu jernih (polos) sehingga jadi sebuah foto rotgen yang ada gambarnya. Ruang gelap itu adalah ruangan yang juga ada lampunya, kayak ruang - ruang lain, cuma memang lampunya kita matikan kalau pas mau cuci foto saja, selebihnya ruangan ini terang kok.. hehe

dok.pribadi. ruang gelap
dok.pribadi. Kotak Expose
Nah, lewat kotak ajaib inilah 2 ruangan bisa dihubungkan. Satu orang meletakkan foto yang sudah diexpose (sudah disinar) dari kamar rontgen dalam kotak tersebut, nah seorang lagi udah stay di ruang gelap buat ngambil potonya. 

Proses di kamar gelap, pertama, tutup pintu "ruangan gelap"nya. Kedua, matikan lampunya. Di ruangan ini baiknya memang benar - benar gelap, tapi di sini di beri lampu merah kecil yang nempel ke dinding untuk bantu penglihatan kita biar ga gelap banget, tapi tetap ga membuat film terbakar. Saat lampu dimatikan awalnya emang gelap, tapi lama- lama mata kita juga bisa nyesuain alias tetep kelihatan kok benda - benda di dalem ruangannya, meski kudu akomodasi sedikit. 

dok.pribadi. Film ini siap untuk dicuci
Lanjut yaa, setelah kita matikan lampunya, dalam keadaan gelap itulah kita buka kotak persegi merah (lihat gambar di atas) yang berisi film. Ketika membuka kotak ini, hati - hati karena saat keluar dari kotak, filmnya dilarang keras untuk terexpose cahaya, termasuk cahaya handphone. Bisa gagal, dan terbakar kalau terexpose cahaya. Film yang sudah disinarX-ray tapi belum dicuci, warnanya polos abu-abu. Dalam keadaan gelap pun, kita bisa lihat warna film yang masih polos itu.

Setelah itu jepit filmnya dengan hanger-nya, mirip hanger baju.. --_-- Bedanya ini hanger untuk jepit film. Setelah dijepit, film ini akan lewat proses yang sering kita dengar dengan istilah cuci. Benar - benar "dicuci". 
dok.pribadi. (dari kiri:  air biasa untuk bilas, fixer, developer, )
  • Lampu masih dalam keadaan mati, Pertama celup dalam larutan developer, tunggu beberapa detik (kurang lebih 30 detik), sambil goyang - goyang hangernya biar warnanya rata. Dalam larutan developer, film tidak boleh terlalu lama direndam karena hasilnya bisa terlalu hitam atau disebut kondisi poto keras, ataupun sebaliknya. Tidak boleh terlalu cepat diangkat, karena akan terlalu muda warnanya, disebut kondisi lunak.
  • Kedua, angkat hangernya masukkan dalam cairan pembilas, goyangkan juga hangernya, biar warnanya bersih.
  • Setelah bersih, ketiga, masukkan lagi hanger yang sudah jepit filmnya ke dalam larutan fixer. Goyang - goyangkan lagi. Kalau film sudah masuk ke dalam larutan fixer, artinya lampu sudah boleh dihidupkan lagi. Disini sudah aman, film sudah boleh terexpose cayaha, dan tidak akan terbakar.
  • Setelah dalam larutan fixer, bilas kembali kedalam air bilas.
  • Setelah itu , poto bisa dikeringkan dengan menggunakan hairdryer.
dok.pribadi.  PEnjepit film (hangernya)

dok.pribadi. bilas dengan air biasa

Dok.pribadi. Bahan untuk membuat cairan developer

Dok.pribadi. Bahan untuk membuat cairan fixer


dok.pribadi. Proses pengeringan film, (berasa ngeringin baju)
Finally,  setelah kering potonya, kondisi potonya cukup untuk bisa dibaca, jangan lupa untuk menuliskan identitas pasien pada film tersebut. Tulis nama pasien, usia, tanggal pemeriksaan, serta marker (R/L) kanan atau kiri pilih salah satu saja. Dan, poto siap untuk dibaca ! :)

Stase Hitam Putih #1 - Introduksi

Welcome back. di sini aku masih terus mengumpulkan semangat untuk menimba ilmu. Stase hitam putih, adalah stase di mana kita akan terus berkutat dengan gambar hitam dan putih. Tepat, stase ini adalah radiologi. Selama 4 minggu, kita akan belajar menganalisa poto - poto 2 warna ini.

Yang penting adalah penguasaan anatomi dari tubuh manusia, kemudian membayangkannya dan menganalisanya pada gambar 2 dimensi ini. Aturan main di stase ini sedikit berbeda, karena kita jarang interaksi dengan pasien (kecuali pada pemeriksaan khusus). Setiap pagi pukul 09.00 dua orang koas ikut melihat prosedur pemeriksaan radiologi di lantai 1 (misalnya pemeriksaan colon in loop, oesophagus-maag-duodenum (OMD), intravenous pyelography (IVP), ct-scan dengan/tanpa kontras, dll), sementara koas lainnya berada di lantai 2 melakukan pembacaan hasil radiologi.

dok.pribadi. Belajar baca rontgen
Menjadi seorang ahli radiologi cukup seru rupanya, keilmuan para dokter spesialis radiologi ini memang mumpuni untuk anatomi, ketelitian, dan kejelian analisa. Nah, tugas koas adalah melakukan pembacaan rontgen yang telah sebelumnya dilakukan oleh spesialis radiologi. Banyak hal menarik di sini, tugas koas adalah membaca rontgen, menebak - nebak gambaran yang terdapat pada foto, "wah, ini pasti infiltrat, gamabaran khas TB?", yang lain menyahut "bukan - bukan, ini corakannya meningkat, pasti ini bronkitis,". Dan ketika kami buka hasil pembacaan rontgen (ekspertisi) oleh dokter spesialis radiologinya, ternyata hasilnya Cor dan pulmo dalam batas normal. Haha, mata koas memang masih belum ada apa - apanya sama mata radiolog.. -__-" #perlu banyak latihan.

Yang berkesan lagi di stase ini adalah hampir setiap hari koas radiologi disuguhi dengan mie instan. Cuma di stase ini doang, koas bisa sarapan rutin, dengan mie. Hehe. Ini serius! Nah, di sini dari minggu pertama masuk stase, kita para koas udah stok mie 2 kardus (campur antara mie goreng dan mie rebus), lengkap dengan telur mentahnya. Setiap pagi, sambil - sambil baca poto rontgenan, kita nyelip - nyelip nemuin Mas Toyo, pegawai di radiologi, buat minta tolong dimasakin mie. Ga tanggung- tanggung, kita bawa segepok mie plus dengan telornya. Ga lama, mas Toyo dateng dengan baskom ukuran tanggung yang berisi mie, beserta dengan beberapa piring dan sendoknya. Kontan saja, baunya yang uuummmm..hehe *nyengat, langsung jadi alarm koas buat nyamber mie-nya mas Toyo. LEzaaat :) Ah, inilah euforia anak koas di stase radiologi, ada yang bilang, "Gini nih, kalo udah kenyang, baru gue siap buat ngelahap poto - poto rontgen itu" Haha. Ada- ada saja...

Baru satu minggu berjuang di stase ini, masih ada waktu tiga minggu lagi untuk belajar. Semoga bisa dapet banyak ilmu dan manfaat. Aamiin. Besok adalah kesempatan belajar di kota Metro, semoga aman lancar berkah yaa perjalanan besok.

Seorang pelajar yang masih banyak belum tahunya,
di gubuk perjuangannya, 0:56 am Aug 18,14

"Cabe?"

Seaktualnya saya males loh ngetik ini. Udah lama ga ngetik terus ditodong ngetik diminta cerita tentang sebuah cabe. Cabe ini seperti yang banyak orang tau. Ngga pedes tapi panas. Hot! Dan cabe ini belum bisa dipastikan berimbuhan -an.
Sebut saja 'Si K' (Sika). Sika ini mau ga mau harus mengaku dengan kami mengenai apa yang telah dilakukannya. Inilah pengakuan fenomenalnya :

Sika mengaku mempunyai akun facebook dan sering mengupdate status dan men-share foto seperti kebanyakan anak SMP lainnya. Suka berdandan dan punya banyak teman. Sika mengaku suka bercerita (dan akhirnya memang terbukti kesukaannya nyata), dan yang paling HOT! Sika sudah melakukan hubungan badan dengan seorang yang dikenal dari facebooknya.

Menceritakan secara detil untuk dipubilkasikan di internet kurang oke rasanya. Tapi, setiap dokter muda yang sedang koas pasti punya pengalaman visum asusila seperti ini. Uniknya dari anak ini, saya dan teman saya dapat belajar banyak hal. Like every wise person said "pengalaman orang lain adalah pelajaran berharga (Apalagi pengalaman buruk!)", well, here's what we learnt!

1. Facebook is the source of happines. Happy is a word that describe that you are in a high quality condition. Siapa sekarang yang ga pegang gadget kemana-mana. Lagi kumpul pun semua orang pasti sibuk dengan hp nya. Like, this girl, Sika. She was happy with her account dan then found her love from facebook. Hubungan pertemanan di facebook nya berakhir dengan kopi darat, tapi ketika ketemu untuk pertama kali, sika ngaku kalau dia ga suka dengan cowok ini karena tatonya. Epic! Being fooled by picture. Semua orang pasti pernah gitu, di foto keliatan cantik, tapi di real : mengecewakan. But the point is : Semuanya bermula difacebook.

2. Broken Family. Bagi anak-anak yang masih bingung dimana dia harus pegangan, harusnya orang tua kan yang jadi andalan. Jadi begitu mereka siap lari dan lepas dari pegangan orang tua, dia bisa lari kencang tanpa harus jatuh. I feel pity for Sika, She doesn't have it. Sika ngaku dari kecil dia sudah hidup dengan orang tua tirinya. Tapi,  Sika ngaku kalau orang tua tirinya ga perhatian sama dia. Sika sering merasa disakiti. Sika yang ga bahagia dirumah ini, cari kebahagiaan lain diluar meski ga keluar dari rumah. Sika cari perhatian di facebook.

3. When you're old and being taught with a kid about life itu rasanya .... . Saya yang ga punya pasangan ini, iseng nanya sama Sika, gimana sih caranya punya pasangan. Mengingat Sika ini banyak banget pacarnya padahal umurnya masih belasan. Sika terus (dengan bubbly persoality nya) ngejelasin dengan semangat buat dapet pasangan. Kalau mau punya pasangan harus siap dan perhatian. Eh, jangan salah, saya ga bilang kalau diajarin anak kecil itu gimana gitu rasanya. Tapi, sika masih antuasias dan 'like nothing happens' ekspresinya. Kok bisa ya? padahal dia udah melakukan hubungan di luar nikah dan untuk orang Timur kaya kita, kegiatan kayak gitu tabu banget. Sebenernya ini bukan kali pertama saya ketemu dengan korban asusila di bawah umur yang pasang ekspresi 'Like nothing happens'. Kasian rasanya dengan mereka yang ga tau kalau mereka ga tau dengan keadaan diri mereka sendiri. Ga tau kalau ga tau.

Cuma 3 hal ini sih yang saya mau posting yang lain-lainnya udah males. Karena ini bener-bener Epic Story yang banyak terjadi dimana-mana. Kalau mau didebatin, pasti akhirnya kita yang nuntut sana-sini untuk berubah. Mulai dari salahnya si anak ini, dalam kasus ini ya Sika ini, orang tuanya, terus ke faktor ekonomi, faktor pendidikan, sampai akhirnya kita nyalahin pemerintah (ya kalau mau dirunut sampe ke Tuhan).
Udah banyak 'pengalaman' tentang kaya gini, jadi berubah saja sendiri, dari diri sendiri. Semoga cerita (yang nyata) ini berguna untuk menambah pengalaman kita semua dan tau gimana cara cegah hal-hal yang ga sesuai agama dan budaya kita ini. Okay, Bye!



Tulisan ini dibuat oleh adik tersayang "Miftah Hasanah"
di ruko Forensik siang ini, 6 Agustus 2014
Thanks ya adik :)