Tidak bergeser kaki seorang hamba sehingga ia akan ditanya tentang empat perkara:
(1) Tentang umurnya, untuk apa ia habiskan?
Tidak bergeser kaki seorang hamba sehingga ia akan ditanya tentang empat perkara:
(2) Tentang ilmunya, untuk apa ia amalkan?
Tidak bergeser kaki seorang hamba sehingga ia akan ditanya tentang empat perkara:
(3) Tentang hartanya, darimana ia dapatkan dan kemana ia belanjakan?
Tidak bergeser kaki seorang hamba sehingga ia akan ditanya tentang empat perkara:
(4) Tentang badannya, untuk apa ia gunakan?
World No Tobacco Day 2010 Theme: Gender and tobacco with an emphasis on marketing to women
Controlling the epidemic of tobacco among women is an important part of any comprehensive tobacco control strategy. World No Tobacco Day 2010 will be designed to draw particular attention to the harmful effects of tobacco marketing towards women and girls. It will also highlight the need for the nearly 170 Parties to the WHO Framework Convention on Tobacco Control to ban all tobacco advertising, promotion and sponsorship in accordance with their constitutions or constitutional principles.
Women comprise about 20% of the world's more than 1 billion smokers. However, this figure is bound to increase. Male rates of smoking have peaked, while female rates are on the rise. Women are a major target of opportunity for the tobacco industry, which needs to recruit new users to replace the nearly half of current users who will die prematurely from tobacco-related diseases.
Especially troubling is the rising prevalence of tobacco use among girls. The new WHO report, Women and health: today's evidence, tomorrow's agenda, points to evidence that tobacco advertising increasingly targets girls. Data from 151 countries show that about 7% of adolescent girls smoke cigarettes as opposed to 12% of adolescent boys. In some countries, almost as many girls smoke as boys.
World No Tobacco Day 2010 will give overdue recognition to the importance of controlling the epidemic of tobacco among women. As WHO Director-General Margaret Chan wrote in the aforementioned report, "protecting and promoting the health of women is crucial to health and development – not only for the citizens of today but also for those of future generations".
The WHO Framework Convention, which took effect in 2005, expresses alarm at "the increase in smoking and other forms of tobacco consumption by women and young girls worldwide".
Although the World No Tobacco Day 2010 campaign will focus on tobacco marketing to women, it will also take into account the need to protect boys and men from the tobacco companies' tactics. As WHO said in its 2007 report, Gender and tobacco control: a policy brief, "Generic tobacco control measures may not be equally or similarly effective in respect to the two sexes…[A] gendered perspective must be included…It is therefore important that tobacco control policies recognize and take into account gender norms, differences and responses to tobacco in order to…reduce tobacco use and improve the health of men and women worldwide".
In another 2007 report, Sifting the evidence: gender and tobacco control, WHO commented, "Both men and women need full information about the sex-specific effects of tobacco use…equal protection from gendered advertising and marketing and the development of sex-specific tobacco products by transnational tobacco companies…[and] gender-sensitive information about, and protection from, second-hand smoke and occupational exposure to tobacco or nicotine".
The WHO Framework Convention recognizes "the need for gender-specific tobacco control strategies", as well as for the "full participation of women at all levels of [tobacco control] policy-making and implementation [of tobacco control measures]".
On World No Tobacco Day 2010, and throughout the following year, WHO will encourage governments to pay particular attention to protecting women from the tobacco companies' attempts to lure them into lifetimes of nicotine dependence. By responding to WHO's call, governments can reduce the toll of fatal and crippling heart attacks, strokes, cancers and respiratory diseases that have become increasingly prevalent among women.
Tobacco use could kill one billion people during this century. Recognizing the importance of reducing tobacco use among women, and acting upon that recognition, would save many lives.
Sumber: WHO
Hasri Ainun Habibie Wafat
Mantan Presiden BJ Habibie mencium istrinya, Hasri Ainun Habibie, sewaktu terbaring sakit sebelum akhirnya meninggal dunia di Munich, Jerman, Sabtu (22/5/2010) pukul 17.30 waktu setempat.
Mantan ibu negara Hasri Ainun Habibie Besari akhirnya meninggal dunia setelah sempat mengalami masa kritis. Kabar meninggalnya Ny Ainun disampaikan mantan anggota DPR dari Partai Bulan Bintang, Ali Mochtar Ngabalin, yang mengaku ditunjuk sebagai perwakilan keluarga Habibie.
Menurut Ngabalin, Ny Ainun, meninggal di RS Ludwig-Maximilians-Universitat, Klinikum Grohadern, Munich sekitar pukul 17.35 waktu Jerman atau sekitar pukul 22.50 WIB.
"Pak Habibie mengabarkan kepada saya pada Sabtu pukul 22.48 WIB dan beliau menyampaikan permohonan maaf atas segala kekhilafan. Dan keluarga mohon doa dari seluruh masyarakat Indonesia atas berpulangnya Ibu," ujarnya seperti dikutip kantor berita Antara.
Sensus Penduduk 2010 Mencari Hal yang Unik
Sensus penduduk 2010 selain untuk memetakan jumlah penduduk di Indonesia, juga untuk mencari hal unik. "Salah satu di antaranya mendata orang tertua di setiap daerah," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar Lukman Ismail, di Bandung, Senin (10/5).
Pada kesempatan tersebut, Lukman juga meminta pertolongan apabila warga mengetahui keberadaan penduduk, yang berusia di atas 90 tahun. Ia berharap jika warga memiliki informasi tersebut, untuk melaporkan kepada petugas.
Menurut Lukman, SP 2010 salah satunya juga untuk mendeteksi hal-hal unik di lapangan, termasuk mendata orang tertua di setiap daerah. "Kami akan menghimpun data-data orang tertua di tiap daerah, jadi kalau ada keluarga yang anggota keluarganya ada yang berumur lebih dari 100 tahun silakan laporkan kepada BPS," kata Lukman Ismail.
Maestro Keroncong Berpulang
SOLO(SI) – Indonesia berduka. Maestro keroncong, Gesang Martohartono tutup usia,kemarin pukul 18.10 WIB setelah kurang lebih satu pekan dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Solo. Gesang mengalami kemunduran fungsi dan infeksi sejumlah organ tubuh. Tim dokter RS PKU Muhammadiyah Solo menyatakan Gesang Martohartono menderita penyakit jantung koroner.
“Pasien Gesang diketahui menderita penyakit jantung koroner,”kata anggota tim dokter yang menangani Gesang,dr Trisulo Wasyanto. Selamadirumahsakit,lelaki92 tahun itu ditangani lima dokter spesialis.Mereka adalah Suryo Aribowo Taroeno (spesialis penyakit dalam),TrisuloWasyanto (spesialis jantung), dan Soeharto Widyanarko (spesialis urologi), Prof Suradi (spesialis Paru dan Pernapasan), dan Ani Rusnani (spesialis syaraf).
Menurut dokter, Gesang sebelum meninggal dunia mengalami sesak napas karena ada lendir yang menutup saluran pernapasan. Setelah itu,tim dokter berupaya melakukan fisioterapi untuk mengeluarkan lendir yang menyumbat agar saluran pernapasan kembali lancar. Namun, lanjut Trisula, karena Gesang lanjut usai sehingga kondisi jantungnya terganggu. “Pada dinding depan bagian jantung beliau mengalami gangguan sehingga kesehatanya terus menurun,” katanya.
Menurut dr Suradi, dokter ahli paru, Gesang sebelumnya masuk rumah sakit menderita prostat dan diperbolehkan pulang menjalani rawat jalan.“Beliau kemudian kembali masuk lagi ke rumah sakit karena tidak mau makan sehingga kesehatannya melemah,”ujarnya. Setelah itu, kata dr Suradi,kesehatan kembali membaik dan kemudian diperbolehkan pulang.
Pada 12 Mei 2010,Gesang kembali masuk rumah sakit menjalani perawatan di Ruang Firdaus RS PKU Solo. Pada 16 Mei,kondisi kesehatannya memburuk,kesadarannya mulai menurun dan kemudian dimasukan dalam ruang ICU. Namun, kata dia,pada 17 Mei kesehatannya kembali stabil,dan tim dokter terus melakukan evaluasi lebih lanjut terkait perkembangannya.
“Kesehatan mulai memburuk Kamis (20/5) siang, dan terjadi gangguan pernapasan sehingga mengalami sesak napas,kemudian diikuti jantung melemah,”katanya. Yani Effendi, anak keponakan Gesang mengungkapkan,sebelum meninggal, Gesang sempat drop hingga dua kali. “Pertama pada pukul 13.30 WIB dan kedua pukul 18.00 WIB,”kata Yani Effendi. Dia mengatakan, Gesang pada Kamis sekitar pukul 07.00 WIB mau disuapi makan dua sendok.
Bahkan, katanya, beliau sempat minta dituliskan syair lagu keroncong oleh salah seorang keponakannya Yaniarti. “Beliau minta dituliskan tiga lagu kerongcong yakni Jembatan Merah, Sapu Tangan,dan Bengawan Solo,”katanya. Setelah itu, kesehatan beliau terus menurun dan sekitar pukul 13.30 WIB mengalami sesak napas sehingga tim dokter yang menangani secara intensif,sempat memberikan pengobatan untuk mengeluarkan lendir di tenggorokannya.
Santoso yang juga keponakan Gesang menjelaskan, jenazah Gesang rencananya dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Pracimalaya, Makam Haji Surakarta hari ini. Sebelum jenazah Gesang diberangkatkan ke tempat peristirahatan terakhir, katanya, akan dibawa ke Pendapi Gede Kantor Pemerintah Kota Surakarta untuk memberikan kesempatan kepada ma-syarakat menghormati seorang seniman besar itu.
08 Mei 2010
Hari Lupus Se-Dunia
Bandung- 300 penderita Lupus berjalan santai bersama "Walk For Lupus (WFL)" dalam rangka memperingati hari Lupus se-dunia di Aula Timur Kampus ITB, Jalan Ganesha, Bandung, Sabtu.
Hari Lupus se-Dunia yang jatuh pada Senin (10/5) itu, acaranya dipusatkan di Aula Timur Kampus ITB, diawali dengan jalan santai yang dimulai sejak pukul 6.00 WIB dengan rute Jalan Ganesha - Ir. H. Juanda - Taman Dago - Jalan Ir. H. Juanda - dan kembali ke Jalan Ganesha (Aula Timur ITB).
Ketua panitia WFL, yang juga Development Program Officer Syamsi Dhuha Foundation (SDF) sebuah yayasan sosial pemerhati Lupus di Bandung, Dedeng Juheri mengatakan, tujuan kegiatan ini untuk memasyarakatkan kembali apa itu Lupus, sehingga warga Kota Bandung dapat lebih mengenal dan memahami penyakit Lupus.
Dedeng menjelaskan, penyakit Lupus seringkali disebut sebagai penyakit seribu wajah, karena dapat meniru berbagai macam penyakit dan keadaannya. Gejalanya yang sangat beragam dan dapat berbeda antara satu pasien dangan pasien yang lainnya, membuatnya sulit untuk dideteksi.
"Dari demam, nyeri otot dan sendi, rasa lelah dan lemas yang berkepanjangan, sariawan yang terus-menerus, gangguan pencernaan, anemia, sakit kepala, sensitif terhadap sinar matahari, tekanan darah tinggi, hingga gagal ginjal dan stroke," ungkapnya.
Lupus atau tepatnya SLE (Systemic Lupus Erythematosus), secara medis, SLE merupakan penyakit sistem daya tahan atau kekebalan (autoimun). Pada penderita lupus, antibodi diproduksi berlebihan. Antibodi, yang diibaratkan sebagai tentara di suatu negara yang seharusnya melindungi rakyatnya (organ tubuh) dari musuh (penyakit), malah bekerja salah arah, menyerang rakyatnya sendiri.
"Antibodi justru merusak organ tubuh sendiri, diantaranya kulit, syaraf, otot dan persendian, mata, jantung, darah, hati, ginjal dan paru. Seperti layaknya kudeta antibodi pada badan penderitanya sendiri," kata Dedeng.
Kegiatan memperingati hari Lupus itu dilanjutkan dengan senam sehat, bazar, pameran, konser musik mini dan terakhir ditutup dengan seminar dengan tema "Hidup Sehat bersama dr. Puti Rita Liswari, M.Sc, M.Kes direktur Integrated Health Center (IHC) Bandung".
Jakarta - Para penderita lupus di Indonesia, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Odapus, melalui Yayasan Lupus Indonesia memperingati Hari Lupus Sedunia yang jatuh pada tanggal 10 Mei. Mereka menggelar berbagai bentuk kegiatan di Jakarta. Rangkaian acara kali ini berisi temu wicara, peluncuran buku karangan Damien Dematra yang berjudul Ketika Aku Menyentuh Awan dan Malam Lilin Hari Lupus Sedunia serta penyebaran materi edukasi untuk masyarakat luas.
Peringatan Hari Lupus Sedunia ini bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai gejala awal dan konsekuensi kesehatan akibat lupus yang terlambat dideteksi serta menyuarakan pentingnya penanganan lupus secara tepat.
"Tak ada yang tak mungkin, jika ada kemauan keras. Hari Lupus Sedunia ini menyuarakan pentingnya perhatian pemerintah bagi penenganan lupus yang tepat," kata Tiara Savitri.
"Kami mengajak semua kalangan, baik keluarga, praktisi medis, masyarakat dan tentu saja pemerintah untuk bersama-sama berupaya merumuskan cara terbaik untuk membantu para Odapus sehingga mereka dapat mendapatkan akses terhadap pengobatan lupus yang tepat, serta kualitas hidup yang baik," lanjutnya.
(NR)
www.suaramerdeka.com
www.tribunnews.com
Pemuda, apa yang bisa kita lakukan..???
Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.
Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.
Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.
Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.
Kemudian setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij ia pun ikut membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite Boemipoetra itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.
Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi:
"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu.
Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun".
Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka.
Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah kolonial. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda.
Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman.
Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte.
Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.
Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.
Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.
Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.
Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957.
Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana.
Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.
Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.
Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Ajarannya yang terkenal ialah :
tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan).
sumber :
dengan beberapa perubahan oleh penulis
Populer Saja Tak Cukup
POPULER SAJA TAK CUKUP
Ya, populer saja memang tak cukup. Terbukti Fakultas Kedokteran Unila yang sudah berdiri sejak kurang lebih sembilan tahun ini cukup menyita perhatian masyarkat. Persaingan untuk menjadi salah satu mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Unila ini masih terus mengalami peningkatan. Oleh karena itu tidak diherankan jika masyarakat masih sangat membutuhkan informasi yang lebih lanjut mengenai Fakultas Kedokteran Unila.
Untuk menjawab tantangan itulah, maka diadakan kegiatan kemahasiswaan BEM Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang dinamakan “Putih Abu-Abu”. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai salah satu program kerja Dinas Pendidikan dan Penelitian serta Dinas Pengabdian Masyarakat BEM Fakultas Kedokteran Unila periode 2009-2010. Tema kegiatan ini adalah “Hold Your Present, Embrace your Future”.
Sesuai dengan namanya, “Putih Abu-Abu” merupakan rangkaian kegiatan kemahasiswaan yang terdiri dari Medical Goes To School dan Try Out SNMPTN 2010. Keduanya memiliki sasaran yang sama yaitu remaja Putih Abu-Abu, alias siswa - siswi SMA se-Provinsi Lampung.
Medical Goes To School
Medical Goes To School merupakan kegiatan yang bertujuan memperkenalkan lebih lanjut mengenai Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, sehingga diharapkan siswa – siswi SMA terutama di Provinsi Lampung tertarik untuk menjadikan Fakultas Kedokteran Unila sebagai salah satu pilihannya pada ujian saringan masuk ke perguruan tinggi.
Selain pengenalan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, kegiatan Medical Goes To School juga berisi penyuluhan kesehatan kepada siswa-siswi SMA se-Provinsi Lampung. Penyuluhan kesehatan itu memiliki tema Efek Masturbasi dan Onani bagi Kesehatan. Tema tersebut dipilih berdasarkan keprihatinan kita sebagai mahasiswa kedokteran terhadap fakta yang mengejutkan. Fakta tersebut menyatakan bahwa remaja, khususnya siswa-siswi SMA, sebanyak delapan dari sepuluh pria pernah melakuka onani. Sebagian mereka merupakan korban dari canggihnya komunikasi di era modern ini, baik melalui tontonan yang tidak sesuai, maupun pengaruh lingkungan sekitar yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam tindakan tersebut.
Panita Medical Goes to School merupakan anggota BEM Fakultas Kedokteran periode 2009-2010 dan beberapa orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Unila yang merupakan alumni dari SMA yang menjadi target Medical Goes to School. Sehingga, keseluruhan panitia berjumlah 50 orang
Medical Goes to School dilaksanakan selama dua hari. Pertama, pada tanggal 6 Februari 2010, Medical Goes to School dilaksanakan di SMA Negeri 5 Bandar Lampung. Kedua, pada tanggal 13 Februari 2010, Medical Goes To School dilaksanakan di tiga kota/kabupaten, diantaranya Kota Metro, Kabupaten Lampung Tengah, dan Kota Bandar Lampung. Panitia sebanyak 50 orang, diantaranya 10 orang panitia bertugas ke luar Kota Bandar Lampung, sedangkan 40 orang bertugas di Kota Bandar Lampung.
SMA tersebut diantaranya adalah :
- SMA Negeri 1 Terbanggi Besar
- SMA Negeri 1 Kota Gajah
- SMA Negeri 1 Kota Metro
- SMA Negeri 1 Bandar Lampung
- SMA Negeri 2 Bandar Lampung
- SMA Negeri 4 Bandar Lampung
- SMA Negeri 9 Bandar Lampung
- SMA Negeri 16 Bandar Lampung
- SMA YP Unila
Try Out Putih Abu – Abu SNMPTN 2010
Try Out Putih Abu – Abu SNMPTN 2010 ini merupakan salah satu program kerja dari Dinas Pendidikan dan Penelitian serta Dinas Pengabdian Masyarakat BEM Fakultas Kedokteran Unila 2009-2010. Oleh karena itu, try out ini adalah bentuk pengabdian mahasiswa kedokteran Unila terhadap masyarakat, khususnya siswa – siswi SMA yang diharapkan kegiatan ini dapat dijadikan sebagai sarana bagi mereka untuk mengetahui sejauh mana kesiapan mereka dalam menghadapi ujian saringan masuk perguruan tinggi atau lebih dikenal dengan SNMPTN.
Kegiatan Try Out Putih Abu – Abu SNMPTN 2010 ini dilaksanakan pada tanggal 21 Mei 2010 di Gedung Serba Guna Unila. Kegiatan dimulai pukul 07.00 s.d. 12.30 WIB.
Peserta Try Out meliputi siswa-siswi SMA se-Provinsi Lampung sebanyak 209 orang. Dengan perbandingan antara siswa – siswi SMA baik IPA maupun IPS sebesar 150 IPA dan 59 IPS. Sedangkan panitia pelaksana adalah 25 orang Staff Ahli BEM Fakultas Kedokteran 2009-2010, Tim Bantuan Medis sebanyak 10 orang, 2 orang MC, dan 10 orang dari pihak bimbingan belajar.
Try Out Putih Abu – Abu SNMPTN 2010 didukung oleh beberapa sponsorship, diantaranya Nurul Fikri Kartini, Nurul Fikri Raja Basa, dan Nurul Fikri Metro, Radio OZ Lampung, Radio RRI Bandar Lampung, Koran Tribun Lampung, GSM 3, Sosro, Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung, Percetakan Indrajaya, Percetakan Retina, Optik Modern, ILP (International Language Program), serta Bank BNI.
Try Out Putih Abu – Abu SNMPTN 2010 meliputi Tes Kemampuan Dasar dan Kemampuan IPA/IPS. Selain itu, acara ini dimeriahkan oleh pertunjukan Rollick Band, pertunjukan akustik dari Mahasiswa/i Kedokteran Unila angkatan 2009, dan pertunjukan band perwakilan peserta try out yang dipilih sebagai perwakilan dari sekolahnya yang telah menjadi pendaftar try out terbanyak.
Acara try out juga diramaikan oleh stan –stan, diantaranya adalah Stan Kesehatan oleh Pakis Rescue Team, Stan Konsultasi mengenai Persiapan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung oleh panitia yang didampingi oleh dr. Syazili Mustofa, serta Stan Penjualan Minuman. Stan – stan tersebut berguna sebagai sarana pemenuhan kebutuhan informasi siswa – siswi SMA se-Provinsi Lampung terhadap Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Kemudian pada pukul 12.30 dilaksanakan penutupan acara yang diisi dengan pengumuman hasil Try Out, pembagian hadiah piala dan voucher bimbingan belajar NF dan International Language Program untuk peringkat 1,2, dan 3 baik IPA maupun IPS. Selanjutnya pembagian doorprize yang berjumlah 30 buah, diantaranya adalah handphone, flashdisk, buku, jam dinding, pin Kedokteran Unila, voucher dari Optik Modern, voucher bimbingan belajar NF, voucher les International Language Program, serta pembahasan beberapa soal Matematika Dasar selama 30 menit oleh perwakilan dari pihak NF*
-Nora Ramkita-