Stase bedah alhamdulillah sudah berakhir. Ya, cukup banyak memori indah di sini.. *uhuk. Ya, memori indah yang kami rasakan bersama rekan -- rekan sejawat.. Mulai dari jaga UGD, jaga poliklinik, jaga malam di ruangan, dan laskar ijo di ruang operasi :) 10 minggu yang amat berwarna.
Tak bisa dipungkiri memang, air mata juga acapkali tumpah di sini. Salah satunya ketika adik A*** yang pernah aku ceritakan sebelumnya, kutemui lagi di hari - hari terakhirku di stase bedah. Malam itu aku hanya menemani rekanku untuk jaga UGD karena bosan setelah ujian. Tiba - tiba ada seorang ibu yang membawa anaknya masuk UGD dengan kejang - kejang. Kemudian dokter Hetty memintaku untuk mengambil stesolid tube di depo. Terkejut seketika, ketika ternyata anak yang hendak aku suntikkan obat adalah A***. 2 tube sudah obat masuk melalui anusnya. Namun tetap saja ia kejang..
Saat itu juga, sekitar pukul 20.00 harus kutinggalkan adik itu karena aku harus naik ke ruang operasi untuk operasi cyto bayi berusia 2 hari dengan diagnosa atresia ani. Harapanku setelah selesai operasi nanti, akan kutemui lagi A*** di UGD untuk kembali ngobrol dengannya..
Sekitar 2 jam aku dan widhi selesai menjadi asisten operasi dengan dr. Blly, Sp.BA. Harap - harap cemas aku kembali ke UGD. Ruang tindakan menjadi tujuan pertamaku untuk mencari adik itu. Tidak ada! Ia tidak ada di bed itu lagi. Ah, mungkin ia sudah masuk di ruangan kemuning (ruang bedah anak) pikirku. Tapi betapa terkejutnya ketika Kak Bari (petugas farmasi di UGD) mengatakan bahwa beberapa menit yang lalu ada pasien anak - anak yang meninggal dan sudah dibawa pulang oleh keluarganya..
Ntahlah sedih rasanya..Tak tergambarkan memang rasanya. seorang adik cerdas sudah kembali kepada pencipta-nya. Adik cerdas ini memberi banyak pelajaran kepadaku bahwa hidup itu harus bermafaat untuk orang banyak. Ya, seperti A*** yang ingin jadi seorang ustadz.. Cita - cita yang tetap ia ukir ditengah keterbatasannya. Tumor supra sella dengan hasil PA ependimoma.. Ya itulah penyakit adik ini.. Pungsi asites yang ia lakukan secara rutin, dan semua ucapannya menjadi memori yang tidak mudah untuk dihapus..
yaa, pelajaran ini menjadi penutup kisah di stase ini. Stase yang mengajarkan kita untuk tetap teguh pada prinsip hidup, tetap bercampur namun tidak larut, dan rendah hati untuk terus belajar!
Tak bisa dipungkiri memang, air mata juga acapkali tumpah di sini. Salah satunya ketika adik A*** yang pernah aku ceritakan sebelumnya, kutemui lagi di hari - hari terakhirku di stase bedah. Malam itu aku hanya menemani rekanku untuk jaga UGD karena bosan setelah ujian. Tiba - tiba ada seorang ibu yang membawa anaknya masuk UGD dengan kejang - kejang. Kemudian dokter Hetty memintaku untuk mengambil stesolid tube di depo. Terkejut seketika, ketika ternyata anak yang hendak aku suntikkan obat adalah A***. 2 tube sudah obat masuk melalui anusnya. Namun tetap saja ia kejang..
Saat itu juga, sekitar pukul 20.00 harus kutinggalkan adik itu karena aku harus naik ke ruang operasi untuk operasi cyto bayi berusia 2 hari dengan diagnosa atresia ani. Harapanku setelah selesai operasi nanti, akan kutemui lagi A*** di UGD untuk kembali ngobrol dengannya..
Sekitar 2 jam aku dan widhi selesai menjadi asisten operasi dengan dr. Blly, Sp.BA. Harap - harap cemas aku kembali ke UGD. Ruang tindakan menjadi tujuan pertamaku untuk mencari adik itu. Tidak ada! Ia tidak ada di bed itu lagi. Ah, mungkin ia sudah masuk di ruangan kemuning (ruang bedah anak) pikirku. Tapi betapa terkejutnya ketika Kak Bari (petugas farmasi di UGD) mengatakan bahwa beberapa menit yang lalu ada pasien anak - anak yang meninggal dan sudah dibawa pulang oleh keluarganya..
إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ
Ntahlah sedih rasanya..Tak tergambarkan memang rasanya. seorang adik cerdas sudah kembali kepada pencipta-nya. Adik cerdas ini memberi banyak pelajaran kepadaku bahwa hidup itu harus bermafaat untuk orang banyak. Ya, seperti A*** yang ingin jadi seorang ustadz.. Cita - cita yang tetap ia ukir ditengah keterbatasannya. Tumor supra sella dengan hasil PA ependimoma.. Ya itulah penyakit adik ini.. Pungsi asites yang ia lakukan secara rutin, dan semua ucapannya menjadi memori yang tidak mudah untuk dihapus..
yaa, pelajaran ini menjadi penutup kisah di stase ini. Stase yang mengajarkan kita untuk tetap teguh pada prinsip hidup, tetap bercampur namun tidak larut, dan rendah hati untuk terus belajar!