Istilah sinusitis telah dikenal luas oleh masyarakat awam dan merupakan salah satu penyakit yang sering dikeluhkan dengan berbagai tingkatan gejala klinik. Harus dipahami bahwa hidung dan sinus paranasal merupakan bagian dari sistem pernafasan sehingga infeksi yang menyerang bronkus, paru dapat juga menyerang hidung, sinus paranasal dan sebaliknya. Infeksi sinus paranasal yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maksila. Sinusitis diberi nama sesuai dengan sinus yang terkena. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis. Bila mengenai semua sinus paranasalis disebut pansinusitis.
Sinusitis adalah proses peradangan mukosa yang melapisi sinus. Secara klinis sinusitis dikatakan kronis bila gejalanya berlangsung lebih dari 3 bulan. Gambaran klinis yang dapat dijumpai adalah hidung tumpat, ingus kental, cairan mengalir di belakang hidung, hidung berbau, penciuman berkurang, nyeri kepala, sekret di meatus media, riwayat hidung berdarah, dan batuk.
Faktor-faktor fisik, kimia, saraf, hormonal atau emosional dapat mempengaruhi mukosa hidung yang selanjutnya dapat mempengaruhi mukosa sinus. Pada umumnya, infeksi sinus kronik lebih sering dijumpai pada daerah beriklim lembap dan dingin. Defisiensi nutrisi, kelelahan, kesegaran fisik yang menurun, dan penyakit sistemik juga penting dalam etiologi sinusitis. Perubahan faktor lingkungan seperti udara dingin, panas, kelembapan, kekeringan dan polusi udara termasuk asap tembakau juga merupakan predisposisi infeksi. Faktor lokal yang juga dapat merupakan predisposisi penyakit sinus antara lain deformitas tulang, alergi, keadaan gigi geligi, benda asing, tumor, polip nasi, deviasi septum, parut stenotik ostium sinus, konka hipertrofi, rinolit.
Etiologi
Sinusitis dapat disebabkan oleh
1. Rhinogen / Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis) penyebabnya adalah kelainan atau masalah di hidung, seperti :
- Rinitis Akut (influenza)
- Polip, septum deviasi
2. Dentogen / odontogenik (penyebabnya adalah kelainan gigi), yang sering menyebabkan sinusitis adalah infeksi pada gigi premolar dan molar atas.
Patofisiologi
Infeksi virus akan menyebabkan terjadinya edema pada dinding hidung dan sinus sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan pada ostium sinus, dan berpengaruh pada mekanisme drainase di dalam sinus. Virus tersebut juga memproduksi enzim dan neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus dan mempercepat difusi virus pada lapisan mukosilia. Hal ini menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan sekret yang diproduksi sinus menjadi lebih kental, yang merupakan media yang sangat baik untuk berkembangnya bakteri patogen. Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yang abnormal meningkatkan kemungkinan terjadinya reinfeksi atau reinokulasi dari virus.
Konsumsi oksigen oleh bakteri akan menyebabkan keadaan hipoksia di dalam sinus dan akan memberikan media yang menguntungkan untuk berkembangnya bakteri anaerob. Penurunan jumlah oksigen juga akan mempengaruhi pergerakan silia dan aktiviitas leukosit. Sinusitis kronis dapat disebabkan oleh fungsi lapisan mukosilia yang tidak adekuat , obstruksi sehingga drainase sekret terganggu, dan terdapatnya beberapa bakteri patogen.
Faktor predisposisi
- Obstruksi mekanis : Deviasi septum, corpus alienum, polip, tumor, hipertrofi konka
- Infeksi : Rhinitis kronis dan rhinitis alergi yang menyebabkan obstruksi ostium sinus serta
- menghasilkan banyak lendir yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman
- Adanya infeksi pada gigi
- Lingkungan berpolusi, udara dingan dan kering yang dapat merubah mukosa dan merusak silia
Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan ketika penderita bangun pada pagi hari. Gejala klinis yang ditimbulkan oleh sinusitis dapat dibagi dua, yaitu gejala subyektif (dirasakan) dan gejala obyektif (dilihat).
Gejala subyektif antara lain: demam, lesu, hidung tersumbat, sekresi lendir hidung yang kental dan terkadang berbau, sakit kepala yang menjalar dan lebih berat pada pagi hari. Pada sinusitis yang merupakan komplikasi penyakit alergi sering kali ditandai bersin, khususnya pagi hari atau kalau dingin.
Gejala obyektif kemungkinan ditemukan pembengkakan pada daerah bawah orbita (mata) dan lama kelamaan akan bertambah lebar sampai ke pipi. Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang sama, yaitu nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena, tetapi ada gejala tertentu yang timbul berdasarkan sinus yang terkena:
- Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi dan sakit kepala.
- Sinusitis frontalis menyebabkan sakit kepala di dahi.
- Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta sakit kepala di dahi. Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan nyeri bila pinggiran hidung ditekan, berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat.
- Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang, atau kadang menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.
Gejala lainnya adalah: tidak enak badan, demam, letih, lesu, batuk, yang mungkin semakin memburuk pada malam hari, hidung meler atau hidung tersumbat . Demam dan menggigil menunjukkan bahwa infeksi telah menyebar ke luar sinus. Selaput lendir hidung tampak merah dan membengkak, dari hidung mungkin keluar nanah berwarna kuning atau hijau
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis diantaranya adalah Transiluminasi, Rontgen sinus paranasalis sinusitis akan menunjukkan gambaran berupa penebalan mukosa, opasifikasi sinus (berkurangnya pneumatisasi) gambaran air fluid level yang khas akibat akumulasi pus yang dapat dilihat pada foto waters. CT Scan, Sinoscopy, pemeriksaan mikrobiologi.
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah :
- Kelainan pada orbita : Terutama disebabkan oleh sinusitis ethmoidalis karena letaknya yang berdekatan dengan mata, Penyebaran infeksi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum, Edema palpebra, Preseptal selulitis, Selulitis orbita tanpa abses, Selulitis orbita dengan sub atau extraperiostel abses, Selulitis orbita dengan intraperiosteal abses, Trombosis sinus cavernosus
- Kelainan intracranial : Abses extradural, subdural, dan intracerebral, Meningitis, Encephalitis, Trombosis sinus cavernosus atau sagital
- Kelainan pada tulang : Osteitis, Osteomyelitis
- Kelainan pada paru : Bronkitis kronik, Bronkhiektasis
- Otitis media
- Toxic shock syndrome
- Mucocele , pyococele
Penatalaksanaan :
- Drainage
- Medikamentosa :
- Dekongestan lokal : efedrin 1%(dewasa) ½%(anak)
- Dekongestan oral pseudo efedrin 3 X 60 mg
- antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untuk akut) yaitu : ampisilin 4 X 500 mg/amoksilin 3 x 500 mg/Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet/Doksisiklin 100 mg/hari.
- Simtomatik : parasetamol., metampiron 3 x 500 mg.
- Surgikal : irigasi sinus maksilaris.
- Untuk kronis adalah :
- Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
- Irigasi 1 x setiap minggu ( 10-20)
- Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi)
Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000
Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman diagnosis dan Terapi Rumah sakit Umum Daerah dr Soetomo FK Unair, Surabaya
Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta
I simply could not leave your website prior to suggesting that I extremely enjoyed the standard info an individual supply on your visitors?
ReplyDeleteIs going to be again continuously to investigate cross-check
new posts
Feel free to surf to my weblog Nasal Polyps Treatment Miracle
artikel yang sangat menarik dan bermanfaat, makasih banyak...
ReplyDelete