-gretchen.com- Slogan itulah yang diangkat oleh Komisi pemberantasan Korupsi untuk memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia, 9 Desember 2010.
Sebagaimana acara - acara peringatan lainnya, hari ini nampaknya tetaplah menjadi hari biasa, yang dianggap oleh sebagian orang sebagai "lelucon" belaka. Namun tidak sedikit pula yang menunjukkan kontribusinya dengan berbagai aksi dan bentuk kepedulian.
Termasuk juga yang dilakukan di areal parkir Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kuningan, Jakarta Selatan. Alih-alih deretan mobil yang biasa terparkir, di sana malah berjejer kios-kios sederhana bernuansa kampung. Sebuah gapura bambu bertuliskan “kampung antikorupsi” terpasang sebelum memasuki kawasan itu. Di “kampung” itu, para penggiat anti korupsi dari berbagai elemen seperti LSM, lembaga akademis, lembaga negara, dan jurnalis berkumpul memberikan informasi seputar kegiatan yang dilakukan dalam memerangi korupsi. Ada lagi yang unik. Di antara keramaian “kampung antikorupsi”, nampak belasan anak kecil menggunakan rompi dan tanda pengenal KPK sibuk mondar-mandir mencari sesuatu. Ternyata, mereka adalah para siswa SD yang berperan sebagai penyidik cilik yang sedang sibuk melakukan simulasi pencarian barang bukti yang bisa digunakan dalam membantu proses penyidikan kasus korupsi. Itulah sebagian kemeriahan peringatan Hari Antikorupsi Sedunia yang dilangsungkan selama dua hari, pada 8 dan 9 Desember 2010. Acara lainnya adalah dongeng antikorupsi. Ada juga mural on canvas, dimana sejumlah seniman melukis di atas kanvas dengan tema pemberantasan korupsi.
Yang perlu disadari sepenuhnya bahwa korupsi adalah musuh utama yang dipahami rakyat sebagai dalang kehancuran dan keterpurukan Indonesia. Korupsi menjadi sumber kegelisahan mengapa setelah 65 tahun kemerdekaan, korupsi tetap merajalela dan seakan menyabot program-program kesejahteraan rakyat. Negara sendiri seakan justru menjadi pelindung tindakan korupsi dengan perlakuan yang tidak tegas dan berefek jera terhadap koruptor. Padahal bila kita ingat hari-hari yang mengiringi lahirnya penyelenggaraan pemerintahan di era reformasi adalah hari-hari yang bersemangat untuk menghancurkan korupsi, kolusi dan nepotisme yang kita kenal dengan KKN. Itulah salah satu harapan rakyat setelah mundurnya Jendral Soeharto: Indonesia bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Namun, kita bisa lihat apa yang terjadi sekarang? Siapapun kita, pastilah sudah mengetahui seberapa “baik”nya moral bangsa, bahkan mungkin kita pun termasuk di dalamnya. Sebagai seorang mahasiswa yang penuh harapan terhadap bangsa yang dicintainya, inilah pelajaran bagi kita semua. Pelajaran untuk berkomitmen serta siap memajukan bangsanya, dengan cara sesederhana apapun. Tanggung jawab terhadap moral diri sendiri, kemudian akhirnya kita mampu menggaungkannya kepada masyarakat, bangsa, dan Negara. InsyaAllah, Indonesia Baru Tanpa Korupsi yang menjadi harapan kita bersama, benar – benar mampu kita wujudkan.
0 comments:
Post a Comment