Ya, jangan aku kau kasihani, cukup aku dimengerti..
Cukup mewakili apa yang semestinya kita lakukan pada anak - anak ini. Anak - anak yang Allah ciptakan dengan sebaik mungkin, dengan secuil kekurangan bagi sebagian orang, namun sebetulnya adalah anugerah yang Allah titipkan pada tidak sembarang orang. Ya, Allah titipkan mereka pada orang tua - orang tua yang luar biasa, yang sebetulnya Allah siapkan mereka untuk "naik kelas".
Perlahan kususuri perjalanan menuju sekolah itu. Sekolah di mana Alif, anak ibu kosku menuntut ilmu. Pagi sekali kami menuju ke sana, dan harapanku agar aku beroleh ilmu, hari itu. Ya, aku rindu belajar pada mereka, belajar pada anak - anak dan lingkunganku.
Di luar dugaanku, ternyata sekolah itu bukan sekolah biasa. Sekolah ini menyimpan ketenangan, kedamaian, yang amat mampu aku rasakan. Hamparan halaman dan bangunan sekolah yang tidaklah sempit, letaknya yang jauh dari hiruk pikuk lalu lintas, udara yang teramat sejuk serta pepohonan yang rindang membuat setiap mata kian terlena akan keagungan Sang Kuasa.
Kekagumanku pada pemilik yayasan swasta ini kian membesar, tatkala aku menyusuri semakin ke dalam bangunan ini beserta penghuninya. Plak! Seperti tertampar rasanya ketika aku mulai berinteraksi dengan mereka...
Ya, bukan karena keadaan mereka, tapi aku benar - benar tersentak kala menyadari syukurku belumlah cukup. Ikhtiarku belum maksimal. Lihatlah mereka, mereka dengan segala keterbatasannya, tapi tetap bersemangat, tetap optimis dalam menjalani hidup. Mereka tetaplah anak - anak yang menjadi harapan orang tua agar mampu menjadi anak - anak yang cerdas, sholeh dan sholeha, yang pasti bermanfaat untuk ummat.
Tak ada sepatah kata terlebih bait melodi yang mampu mereka dengar, tapi ada indra lain yang Allah lebihkan pada mereka. Mata, serta mata hati mereka amatlah tajam. Aku yang pada awalnya merasakan bahwa tidaklah mudah berkomunikasi dengan mereka, perlahan mulai memahami bahwa ada hati yang harus kugunakan ketika berinteraksi dengan mereka. Ada hati yang harus dilibatkan untuk memahami satu sama lain. Ada hati yang mampu merasakan lebih dari segalanya tentang ketulusan. Ya, aku belajar banyak dari mereka, anak - anak tuna wicara - tuna rungu.
isyarat SIBI |
Benar bahwa "keterbatasan cukup untuk disadari, tapi tidak untuk membatasi mimpi - mimpi kita"
Cukup dik, cukupkan kesedihanmu. Yakinlah, bahwa Allah beri ujian ini sesuai dengan kemampuan kita. Kalian orang yang hebat! Biarkan orang lain mengetahui kekurangan kita, biarkan saja dik. Kakak yakin meskipun tak ada bantahan yang mampu kalian buat, tak ada olokan yang mampu kalian balas, tapi ada karya besar yang sungguh mampu kalian ciptakan, dengan kesungguhan!
Terima kasih dik, pelajaran berharga telah kalian berikan kepada kami semua. Kami semua yang mungkin tidak lebih baik dari kalian, tapi kita sama - sama bertekad untuk menjadi insan yang bermanfaat bagi sesama..InsyaAllah. :)
Bandar Lampung, 25 Februari 2013 0:43 am