إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ
Sabtu, 9 Februari 2013, ba'da magrib itu aku mendapat kabar bahwa Muyang Aji meninggal dunia. Yah, ruah kembali air mataku. Betapa tidak, satu per satu orang yang kucinta berpulang kepada-Nya. Bukan karena kepergiannya yang membuatku sedih, tapi akulah. Akulah yang sedih karena itu artinya akan tiba giliranku untuk menghadap-Nya. Peringatan yang silih berganti bagiku untuk mempersiapkan hari itu, hari ketika kita menghadap-Nya untuk mempertanggungjawabkan segala yang telah kita perbuat semasa hidup. Menuju hidup yang hakiki, kehidupan setelah kematian.. :')
Hari itu, Kamis 11 Oktober 2012 ketika Muyang Aji dirawat di RS DKT, haru rasanya melihat beliau yang renta seorang diri terbaring di kamar itu. Namun aku hanya bisa menemani beliau satu malam di sana, karena pagi harinya aku harus kembali ke kampus. Ya, kutinggalkan beliau seorang diri di sana pagi itu karena akan tiba saudaraku untuk bergantian mengurusnya.. Muyang, maafkan aku jika baktiku belumlah cukup. Maafkan aku jika aku belum bisa membahagiakanmu..
Muyang, dari engkau aku belajar banyak hal. Bahwasannya masing - masing kita akan menua dan kemudian renta. Tapi apa? Kebaikanmu di masa muda, kuyakin itulah yang menjadikanmu sosok yang kami rindukan di tengah keluarga. Celotehanmu, tawamu, sikapmu, keteguhanmu untuk terus memaksimalkan ibadah di usia yang senja, kesetiaanmu pada muyang (laki) yang patut ditutu, yah engkau meneladani kami banyak hal.
Kesuksesan orang tua adalah ketika ia bisa berbahagia bersama anak cucunya hingga penghujung usianya. Dan menurutku, itu engaku miliki, Muyang.
Kesuksesan orang tua adalah ketika ia bisa berbahagia bersama anak cucunya hingga penghujung usianya. Dan menurutku, itu engaku miliki, Muyang.
Hanya untaian doa yang bisa aku kirimkan untukmu Muyang..Semoga kita dikumpulkan kembali dalam Jannah-Nya.. ﺁﻣِﻴْﻦُ
0 comments:
Post a Comment