dok.pribadi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung |
It's the last station of our journey. Kepaniteraan klinik stase jiwa menjadi penutup dari perjalanan koas kami. Stase ini benar - benar berbeda dari semua stase yang pernah kami jalani sebelumnya. Apa bedanya? Kalau sebelumnya kami mengandalkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien, tidak untuk di sini. Anamnesisnya khusus, anamnesis psikiatri, juga pemeriksaan fisiknya, kami jarang sekali menggunakan stetoskop apalagi tongue spatel layaknya bagian lain, di sini anamnesisnya yang utama....
Ilmu kedokteran jiwa atau psikiatri telah mengalami pasang surut dalam perkembangannya dalam menjadi suatu cabang ilmu kedokteran modern. Pergulatannya tidaklah mudah, terutama karena tidak sedikit hal yang berhubungan dengan kejiwaan dikaitkan dengan "gaib", "ajaib", atau "aneh". Manusia cenderung mencari penjelasan mengenai hal ini secara supernatural maupun supranatural. Tidak aneh jika pada permulaannya, orang - orang yang mempelajari hal hal mental, oleh banyak sarjana lain dicurigai dan dianggap tidak ilmiah (Maramis, 2009).
Tidak berbeda jauh denganku, ketika menginjakkan kaki di rumah sakit ini.. Banyak pertanyan - pertanyaan dalam kepala, mengapa ini mengapa itu? Mengapa mereka bisa begini? Mungkinkah karena ini, mungkinkah karena itu? Hehe. bingung kan? Tapi bener, ada kegamangan ketika belajar di sini. :p Masih mencari benang merahnya. Tapi, di akhir minggu kedua belajar di sini, aku sedikit paham bahwa memang dalam diri manusia itu ada 3 hal : body, mind, and spirit. Oke, semuanya adalah satu kesatuan yang menyusun seorang manusia. (red: Konsep Mandala of Health). Ketika kegamangan datang, solusi satu-satunya memang cuma BELAJAR! :')
Banyak kisah - kisah para pasien sampai akhirnya mereka tiba di rumah sakit ini, baik yang hanya berobat jalan lewat poliklinik jiwa, ataupun yang rawat inap di bangsal rumah sakit jiwa. Aku juga semakin hari terus belajar memahami mereka, bahwa tidaklah mudah menjadi mereka. Mereka dengan segudang problematikanya, baik yang datang dari keluarga, pasangan hidup, sahabat, maupun pekerjaan, semuanya ikut berperan dalam "proses" gangguan jiwa mereka.
dok.pribadi. Keliling RSJ Lampung |
dok.pribadi. Bersama dr. Tendry Septa, Sp KJ (K) |
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (QS al-Ankabut [29]: 2-3).
0 comments:
Post a Comment