Terkadang ada satu kejenuhan ketika kita melakukan rutinitas yang itu - itu saja. Setiap hari disibukkan dengan kerja yang menjadi suatu "kebiasaan". Mungkin yang menjadikan kita bernilai bukan berapa banyak materi yang kita kumpulkan dari pekerjaan kita, tapi berapa banyak nilai yang bisa kita bagi untuk orang sekitar. "Collect moments, not things".
Ya, kita perlu sesekali rehat sejenak dari rutinitas untuk sekedar melihat sekeliling, berbagi senyuman dan kebermanfaatan untuk mereka yang membutuhkan. Inilah setidaknya yang menjadi salah satu tujuan didirikannya Yayasan Rabiah. Yayasan yang memiliki berbagai rancangan kegiatan sosial, terdiri dari berbagai unsur latar belakang pendidikan dan berbagai usia, namun dengan satu tujuan, Lillahita'ala.
Persiapan soft launching yayasan ini sudah sekitar satu bulan lamanya. Dan Alhamdulillah dapat dilaksanakan dengan baik hari itu, Sabtu, 19 Desember 2015. Rangkaian kegiatan tersebut diantaranya adalah santunan anak yatim dan dhuafa, pos kesehatan, cek gula darah, kolesterol, asam urat, cek golongan darah, serta sunatan massal yang diikuti sebanyak 33 orang anak. Yang aku ingat pesan dari ketua pelaksananya, Sulaiman, "Semoga acara hari ini bisa memberi manfaat untuk orang banyak dan berjalan lancar, tetapi yang terpenting adalah prosesnya. Proses ini dari kita, milik kita, dan untuk kita. Ini yang memberikan kita pelajaran dan proses ini pula yang semoga menjadi amalan baik kita kelak di akhirat." InsyaAlloh. Aamiin.
Dok. Pribadi Bersama dr. Bintang, Sp.B(K) Onk dan keluarga besar Yayasan Rabiah |
Dok. Pribadi. Wefie~ |
Untuk kegiatan sirkumsisi kali ini terdiri dari 5 tim sirkumsisi. Masing-masing tim terdiri dari 3 orang. Aku didampingi Nindri dan Rania. Adik - adik yang lain juga banyak sekali membantu. Jazakumullah khoiran ya dik :)
Yang menarik untuk sirkumsisi kali ini adalah kami bisa memfollow up pasien - pasien yang sudah disirkumsisi. Setelah 3 hari dikhitan, adik - adik ini dapat kontrol kembali di klinik Harapan. Jadwal aku untuk kontrol adik - adik ini adalah Selasa sore, 3 hari post sirkum. Sementara Shinta berjadwal esok harinya, Rabu pagi.
Yang menarik untuk sirkumsisi kali ini adalah kami bisa memfollow up pasien - pasien yang sudah disirkumsisi. Setelah 3 hari dikhitan, adik - adik ini dapat kontrol kembali di klinik Harapan. Jadwal aku untuk kontrol adik - adik ini adalah Selasa sore, 3 hari post sirkum. Sementara Shinta berjadwal esok harinya, Rabu pagi.
Selasa sore itu ada 10 orang yang kontrol dengan diantar orang tua, ada pula yang ditemani kakeknya. Dengan didampingi adik - adik kece calon dokter Karimah dan Laras, kami mengecek keadaan bekas luka khitan adik-adik. Sebagian besar luka khitan sembuh dengan baik. Sebagian ada yang kain kassanya lengket. Untuk kain kassa yang sudah lengket dan sulit dilepas, semprot perlahan kassanya dengan Spuit 3cc yang diisi Nacl, semprot agar kassa yang membalut lukanya menjadi basah dan gampang untuk dibuka.
Atau bisa juga dengan menggunakan serbuk PK yang berisi Kalium Permanganas. Penggunaan serbuk PK ini diencerkan 1:10.000. Cukup 1 ujung sendok saja serbuk PK, dilarutkan dengan air dalam baskom kecil sampai warnanya menjadi ungu muda. Jangan terlalu kental atau pekat. Penting juga untuk memerhatikan warna larutan PK ini, warna ungu muda artinya larutan PK masih baik untuk digunakan. Namun jika larutan PK sudah terkontaminasi atau sudah terlalu lama di udara, maka larutan akan berubah warna menjadi merah. Artinya larutannya sudah teroksidasi dan kurang baik jika digunakan. Oleh karena itu, larutkan saja serbuk PK secukupnya, jangan sampai mubazir larutannya. Simpan serbuk PK dalam keadaan kering suhu ruang dan kondisi botol tertutup rapat.
Cairan PK ini berfungsi sebagai cairan antiseptik untuk pembersihan luka paska sirkumsisi. Harga 1 botol kecil serbuk PK pun relatif sangat murah sekitar Rp4.500,- saja. Bisa digunakan untuk lebih dari 10 orang. Namun di apotek - apotek, serbuk PK sudah mulai jarang tersedia. Tapi di puskesmas, atau di apotek yang menjual obat - obatan generik, PK dapat dengan mudah didapatkan.
Oh ya, ada fakta menarik berdasarkan pengalaman pasien yang kontrol luka sirkumsisi. Pasien - pasien yang disirkumsisi atau dikhitan dengan menggunakan metode manual dorsumsisi memiliki waktu penyembuhan luka yang lebih cepat dibandingkan dengan khitan menggunakan kauter atau laser. Karena dengan kauter maka luka yang dihasilkan adalah luka bakar, sehingga waktu untuk penyembuhan lukanya lebih lama.
Setelah selesai dikhitan, ada dokter yang membalut luka khitannya dengan kassa, ada pula yang membiarkan lukanya diolesi salep antibiotik saja tanpa dibalut kassa. Asal pasien bisa menjaga kebersihan lukanya sendiri selama di rumah dengan baik, sebenarnya tidak masalah jika tidak dibalut dengan kassa. Justru malah luka khitan lebih cepat kering dan pasien tidak perlu merasakan nyeri ketika kassa dibuka saat kontrol 3 hari.
Selama di rumah, adik - adik yang dikhitan umumnya menggunakan sarung agar lebih mudah dan leluasa ketika berjalan atau bergerak. Namun kini seiring kretivitas manusia yang meningkat, maka beraneka ragam pula kreativitas orang tua. Selain sarung yang sudah konvensional, saat ini sudah ada ada celana dalam khitan yang mirip masker asap bentuknya, hehe. Celana dalam khitan ini harganya sekitar Rp25.000,-.
Ada pula yang menggunakan "besek" nasi untuk melindungi kemaluan anaknya. Besek nasi yang berbentuk keranjang yang berlubang - lubang dan terbuat dari plastik ini cukup ampuh dan kreatif digunakan untuk pelindung kemaluan yang baru dikhitan. Harganya pun murah, kurang dari Rp5.000,- atau bahkan gratis jika ibu - ibu punya bekas besek yang sudah tidak terpakai. Hehe. Bagian tepi besek dilubangi di kedua sisinya, kemudian dipasangkan tali dan diikatkan di pinggang. Keranjang besek akan dengan kokoh mencegah gesekan dan menahan dari benturan di sekeliling. Super deh idenya! :D
Dok. Pribadi. Ini perisainya :") |
Pasien-pasien yang sudah dikhitan juga tidak memiliki pantangan makan. Banyak orang mengira mereka yang sudah dikhitan tidak boleh makan telur, tidak boleh makan ikan, atau yang bahaya ada pula yang bilang tidak boleh makan. *hehe bercanda. Ini tidak tepat. Yang benar adalah semua adik - adik yang sudah dikhitan boleh makan apa saja, seperti telur, daging, tahu, tempe, ataupun oncom. Makanlah yang mengandung tinggi protein, justru zat gizi itulah yang dibutuhkan tubuh agar penyembuhan luka khitan lebih cepat dan lebih baik. Sepakat ya? Jadi mulai sekarang, adik-adik mintalah dimasaki ayam opor atau semur telur lezat oleh ibu kalian ya jika sudah disunat...hehe. ^^v
0 comments:
Post a Comment