Balada Internsip

Sudah hampir enam bulan aku dan 4 orang sejawatku menjalankan program internsip dokter. Kami mendapatkan penempatan wahana internsip di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung. Masih ada sisa sekitar dua bulan lagi tugas kami di rumah sakit ini, kemudian empat bulannya akan kami lalui di Puskemas Simpur, Bandar Lampung.

dok. pribadi RS Bhayangkara Polda Lampung


1 kelompok internsip kami awalnya berjumlah 6 orang, tapi 1 orang sudah menemukan jalan hidupnya, mengabdi sebagai dokter militer TNI Angkatan Udara, Muslim Thaher (jangan batuk ya Thaher karena lagi diomongin di sini, hehe). Karena beliau pergi pendidikan di Magelang, jadilah kami yang ditinggalkan di sini berjumlah 5 orang, 

dok. pribadi
Rumah sakit ini banyak memberi pelajaran untuk kami, tentu memberi pengalaman - pengalaman unik yang menggelitik, hehe. Serius.. Salah satunya adalah pengalamanku visite di ruang khusus tahanan yang hanya ada di rumah sakit kepolisisan. Ruang perawatan ini bernama ruang Cannabis, menyerupai sel (tahanan). Kanabis artinya ganja, aku juga kurang paham apa filosopi penamaan ruangan ini, yang jelas kita hanya bisa melakukan visite (pemeriksaan pasien) dengan didampingi oleh seorang polisi. Tentunya tahanan ini terdiri dari beraneka ragam kasus kriminal, ada yang berupa kasus pembunuhan, pembegalan, penipuan atau narkoba.

dok. pribadi. Ruang Cannabis
Selain itu keseruan lainnya berupa pemeriksaan kesehatan khusus calon - calon polisi, polwan maupun tentara. Pemeriksaan kesehatan atau sering disebut dengan cek fisik mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kami diajarkan untuk teliti memeriksa status kesehatan mereka agar kelak tercipta abdi negara yang sehat dan tangguh melindungi negeri. ^^9

dok. pribadi. Monotes untuk Narkoba
dok. pribadi
Nah, kami juga seringkali diamanahkan 'tugas kenegaraan' atau keslap. Kegiatannya berupa penugasan internsip sebagai petugas kesehatan dalam acara - acara kepolisian daerah maupun tim kesehatan yang bekerja sama dengan Jasa Raharja. Pokoknya, sebagai internsip kami harus siap bertugas jika dibutuhkan kapanpun.

Pernah beberapa kali kena tilang di lampu merah, jurus andalan pun dikeluarkan diiringi dengan ekspresi bersalah. "Maaf ya Pak, saya dokter internsip di RSB, sekali lagi maaf ya Pak." "Ya sudah, lain kali jangan diulangi ya.." Asiik! Dibebaskan hehe.. (Jangan ditiru ya..)

dok. pribadi
Yang jelas semua tempat internsip tentulah baik, semua akan memberikan kita pelajaran asal kita mau belajar banyak dari lingkungan kita. Yang terpenting itu bersyukur atas apa yang sudah Alloh tetapkan, dimanapun penempatannya, pastilah ada hikmah yang Alloh selipkan untuk kita. Nikmati saja prosesnya, satu tahun tentu akan menjadi tahun menyenangkan.


dok. pribadi. Keluarga Besar RSB

Menyenangkan, bahkan menggelikan,
Pagi itu giliranku jaga IGD, siftnya mulai dari jam 07.00 pagi hingga 19.00 malam. Pasien hari itu cukup banyak karena banyak anak setingkat SMA yang mempersiapkan dirinya untuk tes masuk polisi pada bulan Mei. Tidak kurang dari 30-an orang adalah pasien yang check up, belum lagi pasien umum yang datang berobat.

Setelah makan siang diiringi cuaca terik, datanglah seorang pasien wanita usia 40-an tahun diantar oleh suami dan adiknya ke-IGD. Dengan menggunakan kursi roda ia kemudian dibawa menuju tempat tidur atau bed pemeriksaan. Tampak balutan kassa yang membungkus jari - jari kaki kirinya, sepertinya ia kesakitan.

"Ada apa ini, Bu?", tanyaku. "Ini Dok, kaki saya sakit, warna jarinya jadi item gitu ya Dok sudah dua minggu". Ternyata ibu ini terkena DM (Diabetes Mellitus atau kencing manis) dan baru diketahui mengidap DM sejak 1 bulan yang lalu. Sedangkan menurut pengakuan ibunya, kakinya menghitam baru 2 minggu terkahir. Ibu jari kaki kirinya berwarna hitam terlihat menonjol keluar dari balutan kassanya. Sedangkan pada bagian telapak kaki, tampak kassa yang dalam keadaan basah berwarna kekuningan. Dalam istilah kedokteran penyakit ini disebut dengan gangren diabetikum.

Segera aku konsulkan keadaan pasien ini kepada Dokter Awal B, Sp. PD . Beliau kemudian menuju IGD dan aku mendampinginya melihat kedaan pasien. "Jangan lupa kau konsul juga ya pasien ini ke dokter Teguh, Sp. Bedah," ujarnya dengan logat khas Palembang. "Siap dok, tadi Gula Darah Sewaktu (GDS) nya 211 mg/dl dok.". "Ok, kau masukkanlah cairannya pakai NaCl ya, metformin, ceftriaxon, dengan metronidazole." 

Aku kemudian mengangguk dan berkata, "Ia Dok sudah saya cek-kan juga labnya lengkap untuk persiapan debridemen atau amputasinya jika memang diperlukan". Beliau kemudian menjelaskan kepada pasien dan keluarga nya, "Bu, kalau keadaan jarinya sudah meghitam begini, biasanya dokter bedah akan memotong bagian yang hitam, gunanya agar bagian yang hitamnya tidak menjalar ke jari - jari yang lain, gimana Ibu?". "Ya dok, ngga papa", nampaknya ibu ini sudah paham tentang penyakitnya dan sudah siap dengan kemungkinan tersebut.

Sambil menoleh kearahku, Dokter Awal kemudian melanjutkan, 'O ya, jangan lupa ya kau poto juga ini kakinya." "Baik dok," (Segera aku keluarkan handphone dan kemudaian 'cekrek', gambar kaki ibu inipun telah tuntas didokumentasikan). Dokter Awal kemudian melirik dengan dahi yang turut mengernyit, "Nora, siapa suruh kau poto pasien ini? Hahhahaha.."

Habislah aku memutar otakku, apa yang salah ya.. OHHHH.. "Hehehe, maaf dok, saya pikir dokter menyuruh saya poto menggunakan kamera untuk dilaporkan ke dokter bedah gambaran gangrennya.. Instruksi dokter kan minta poto, bukan minta rontgen",  aku berupaya ngeles.. --__--"

dok. pribadi. Poto?

Mendadak seisi IGD siang itu jadi rusuh menertawakanku. Aku baru paham ternyata maksud dokter Awal adalah meminta poto Rontgen untuk gambaran pre - operasi amputasinya, bukan poto kamera seperti yang telah aku kerjakan. "Kau sudah makan siang belum?", "Sudah, Dok". "Pasti kau belum minum ya?", "Ia dok, air galonnya habis tadi mau minum, hehe ---__---"

Kali ini aku mengakui bahwa kekurangan cairan dapat memengaruhi daya konsentrasi.
#sekian.