Showing posts with label Cerita dokter muda. Show all posts
Showing posts with label Cerita dokter muda. Show all posts

Komunitas Kanker Payudara Lampung

Rapuh, hancur, mungkin itu yang dirasakan oleh hampir semua orang yang didiagnosa penyakit kanker atau tumor ganas. Penyakit yang bagi sebagian orang merupakan momok yang menakutkan. Belum lagi berita burung yang diperoleh dari tetangga kanan dan kiri yang menambah beban pikiran penderita kanker.

Ah, sudahlah. Bukankah Alloh menciptakan suatu penyakit beserta pula dengan obatnya? Bukankah Alloh menjanjikan suatu kesulitan bersama dengannya ada kemudahan? Bukankah Alloh menjanjikan ampunan dan pahala yang besar bagi yang ikhlas dan bersabar dengan penyakitnya? Lalu tak ada lagi alasan kita untuk tidak memilih jalan ikhtiar dan ikhlas terhadap apa yang sudah Alloh tetapkan kepada kita.

Seorang penderita cancer payudara bercerita tentang perjalanan penyakitnya dan pengalamannya berobat, mulai tahun 1999 sejak divonis mengidap cancer payudara, ia berkeliling berobat mulai dari dukun atau 'orang pintar', habis puluhan juta rupiah, namun tak membuahkan hasil, lalu ia memutuskan untuk kembali lagi ke pengobatan medis. Pernah juga ia divonis seorang dokter usianya tinggal 2 tahun lagi. Tapi itu semua terbantahkan dengan ikhtiarnya yang maksimal menjalani berbagai rangkaian pengobatan termasuk pengangkatan payudara dan kemoterapi, diiringi dengan doa dan dukungan penuh dari keluarga besarnya. Dengan hati yang bahagia dan pengobatan yang tepat tentu dapat menjadi harapan positif untuk penderita cancer.

Pesan pasien yang juga sudah menjalani pengobatan radioterapi sebanyak 33 kali ini, bahwa hati mereka sensitif, mudah terharu sehingga yang dibutuhkan pasien sebenarnya adalah dukungan dari tenaga medis, orang terdekat yakni keluarga dan kerabat, berupa harapan yang lebih baik untuk hidup mereka. Pasien ini juga memberikan semangat untuk penderita cancer mammae yang lainnya untuk bisa survive. Semua bisa menjalankan kehidupan dengan lebih baik, asalkan hati terkondisikan dengan baik. Ibu ini membuktikan bahwa vonis dokter bukanlah sesuatu yang pasti, takdir Tuhan-lah yang lebih pasti. Saat ini ia sudah menerima SK pensiunnya sebagai guru SD. Ia terharu bahwa ternyata Tuhan mengizinkannya untuk masih dapat hidup hingga saat ini.

Cerita di atas adalah sekelumit kisah hidup yang dibagikan seorang penderita cancer payudara asal Lampung dalam pertemuannya dengan sesama penderita cancer payudara. Pertemuan ini diinisiasi oleh dokter Bintang, Sp. B (K) Onk bersama dengan profesi lain, dokter, perawat ruang bedah dan kemoterapi, bidan, mahasiswa, dan dewan dakwah RS Abdul Muluk. Pertemuan yang diadakan hari Jumat, 27 Mei 2016 ini berhasil membentuk komunitas penderita cancer payudara Lampung. Melalui komunitas ini diharapkan menjadi wadah berbagi untuk sesama penderita cancer payudara agar saling menyemangati, untuk dapat bertukar informasi, sehingga tidak ada lagi penderita yang enggan berobat karena tidak tahu. Karena kekhawatiran - kekhawatiran yang tanpa dasar pengetahuan yang jelas.  

Semoga komunitas ini dapat meningkatkan semangat penderita kanker payudara dalam berjibaku melawan penyakitnya. Bukan untuk sebuah kata menyerah ataupun tunduk pada sel - sel yang mematikan. Justru, untuk hidup yang lebih berwarna, bermakna, dan bermanfaat bagi orang lain. 

Dok. Pribadi. Pembentukan Komunitas Kanker Payudara Lampung, 27/5/16


The Hippocratic Oath~


Alhamdulillah hari itu, Rabu 5 Agustus 2015 menjadi hari sumpah dokter ini diikrarkan dihadapan Rabb pencipta serta di hadapan kedua orang tua kami beserta guru dan sahabat yang hadir. 62 orang dokter baru telah melafaskan sumpahnya dengan mantap. Semoga akan kami ingat selalu dan resapi maknanya. Bahwa memang ini adalah amanah yang patut kami pertanggungjawabkan, bukan menjadi sebuah kebanggaan apalagi kesombongan, tetapi menjadi pecutan untuk diri agar senantiasa mensyukuri karunia yang telah Alloh beri.

Layaknya resepsi pernikahan, bukan seberapa mewahnya acara, apalagi mahal dan glamour-nya sandang yang dikenakan, tetapi lebih kepada pembuktian kami kepada orang tua, persembahan kami untuk keluarga bahwa inilah bukti perjuangan kami. Bukti cinta kami kepada kedua orang tua yang telah bersusah payah membesarkan, dengan peluh dan cucuran air mata terus mendoakan yang terbaik untuk putra putrinya, dengan sabar senantiasa memberikan pelajaran terbaik melalui pendidikan formal informal yang memakan biaya tak sedikit.

Haru. Haru ketika menyadari bahwa perjuangan ini belumlah usai. Perjuangan ini bukanlah akhir, melainkan awal untuk mulai berkarya, memberikan pengabdian kepada orang tua, keluarga, profesi, bahkan negeri. 

Yang hebat bukan kami, jelas, tentu! Yang luar biasa adalah orang - orang di sekeliling kami, kedua orang tua yang telah melahirkan, guru - guru yang memberikan ilmu dan pengajaran, sahabat - sahabat yang senantiasa menyemangati, serta orang - orang sholih yang senantiasa mendoakan. Ada lagi yang terhebat, Rabb yang Maha Lembut dan Maha Penyayang...

Kami benar - benar kuat karena ada yang menguatkan..
Tiada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Alloh semata.  
"لاَحَوْلَ وَلاَ قوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ "

Oke...perjuangan ini terus dimulai, karena sejatinya kita diciptakan untuk berjuang, bukan untuk mengeluh apalagi menyerah. Berbuatlah sesuatu yang bisa kita lakukan, lakukanlah dengan hati semoga kelak Alloh ridhoi apa - apa yang kita kerjakan dan Alloh kumpulkan kita kembali di syurga bersama orang - orang yang kita cinta.. :') Aamiin Yaa Rabbal 'Alamiin.

Sudut Pandang

Tok tok tok..
"Masuk....silahkan duduk pak, bu.." (si ibu menggandeng suami dan anaknya, lalu mereka duduk).
"Apa pak keluhannya?"
Si Bapak menatapku, dan menceritakan.
"Saya pusing dok, kepalanya berat sekali. Yang sebelah kanan ini dok kayak ngenyut ngenyut gitu.."

Sebentar....aku memandangi si bapak, ada yang kurang pas. Bapak ini tatapan matanya tidak menuju ke arah mataku..tapi berbelok sedikit beberapa derajat di sebelahku. 

Tampaknya bapak ini tuna netra.. kubiarkan ia melanjutkan ceritanya, karena nampaknya kedatangannya berobat kali ini untuk keluhan yang lain.

Perawakannya sederhana, bertubuh sedikit gempal, dengan alas kaki dan kaos oblong. Ia ditemani istrinya yang juga masih muda, kurang dari 35 tahun usianya. Keduanya seperti menyimpan sesuatu yang hendak ditanyakannya kepadaku. Lalu setelah selesai mereka menceritakan keluhan sakit kepala, akhirnya kuberi mereka kesempatan bertanya.

"Baik pak, ada yang ingin ditanyakan?"
"Sebenarnya gini dok, ada yang mau saya tanyakan. Saya ga tau ini berhubungan tidak dengan penyakit saya. Dokter kan orang medis, saya mau minta pendapat dokter."
"Oh boleh pak, tentu.. bagaimana pak?"
"Dok, mata saya ini buta. Ga bisa liat dua duanya sejak 2013. Awalnya mata yang kiri aja dok. Setelah 9 bulan akhirnya mata kanan saya juga ga bisa lihat juga dok."
"Ia bisa diceritakan pak awal mulanya gimana?"
"Saya ini buruh swasta dok. Tahun 2013 itu saya memang ngerasa ada yang aneh dengan mata kiri saya. Saya ngerasa pusing yang hebat. Sakit kepalanya luar biasa hampir 1 tahun. Nah penglihatan mata saya juga kok kaya pake teropong. Saya lihat rumah atau apapun, yang terlihat kok kecil banget dok. Persis kaya pake teropong. Makin lama makin sempit penglihatan mata kiri saya."
"Sudah dibawa berobat pak selama satu tahun itu?"
"Sudah dok, saya bawa ke dokter mata X, saya dikasih obat tetes mata dan obat minum yang banyak sekali. Kalau pagi saya harus minum 10 butir, malam hari juga saya minum 10 butir lagi pilnya. Tapi bukannya sembuh malah mata saya makin sempit penglihatannya dok. Sampai akhirnya ga bisa lihat sama sekali."
Ekspresi pasien mulai berubah, nampaknya ia belum menerima sepenuhnya keadaannya saat ini. Ia lalu melanjutkan ceritanya.
"Dokter mata X ini bilang, udah gapapa pak santai aja. Saya juga punya temen yang pernah sakit kayak bapak ini, asal bapak rajin berobat, rajin kontrol insyaAlloh sembuh. Tapi dok udah puas saya berobat di situ, sampe uang saya mau habis tapi ga ada perubahan. Kenapa ya dokter itu malah nenangin dengan bilang ga papa. Seharusnya kan dokter bilang aja kalau mata saya ini bisa buta, jadi ga terkesan menenangkan dan kasih harapan ke kami."

Istrinya kemudian menambahkan, "Ia dok, udah puas banget kami berobat di situ. Uang juga hampir habis. Suami saya jelas selama hampir setahun berobat, ga bisa kerja dok. Saya cuma bisa bantu cari nafkah keluarga dengan menjual gorengan. Tapi saya dan suami tetep mau cari pengobatan lain. Akhirnya kami memutuskan untuk pindah ke rumah sakit mata. Dengan dokter mata Y ini kami dimarahi, mengapa datang kemari terlambat. Ketika suami saya berobat ke dokter Y, mata kiri suami saya sudah ga bisa liat apa apa lagi dok. Melihat cahaya pun ga bisa. Nah sekarang kok tiba tiba mata kanannya juga mengalami hal serupa dengan mata kiri."

Pasien kemudian kembali mencoba menatap saya, walau tentu sudut pandangnya tetap tidak tepat ke arah saya. "Setelah itu akhirnya saya diputuskan untuk dioperasi mata kanannya. Kata dokter Y mata kiri saya sudah tidak bisa ditolong lagi. Yang bisa kita usahakan adalah memaksimalkan pertolongan untuk mata kanan bapak. Saya dan istri tentu saja menyetujui karena khawatir mata kanan saya juga bisa buta. Tapi dokter tahu apa yang terjadi? Selang 9 bulan, mata kanan yang sudah dioperasi pun akhirnya buta total. Saya didiagnosa glaukoma absolut mata kanan dan kiri."

Saya coba menganalisa kasus ini dengan keterbatasan informasi yang saya dapat. Saya coba menenangkan mereka, menjelaskan tentang penyakit yang bapak ini alami dengan keterbatasan ilmu yang saya miliki.

Saya mengerti kekecewaan bapak dan ibu. Mungkin bapak dan ibu tidak puas. Menganggap kenapa mata kiri bapak tidak segera dioperasi oleh dokter X..? Kenapa dokter X malah menenangkan bapak dengan bilang, udah gapapa pak, asal rajin kontrol bapak bisa sembuh? Kenapa dokter X ga pernah bilang kalau mata bapak prognosisnya bisa menjadi buta? Kenapa mata kanan bapak setelah dioperasi oleh dokter Y malah kemudian mengalami hal yang sama dengan mata kiri..? Dan mungkin ada banyak pertanyaan lain yang belum terjawab oleh bapak ibu dan keluarga.

Yang perlu kita pahami bahwa rasanya tidak mungkin ada dokter yang dengan sengaja ingin mencelakakan pasiennya. Tentulah dokter ingin memberikan pengobatan yang terbaik yang mereka mampu berikan untuk pasiennya. Dua orang dokter saja ketika mengobati pasien dengan diagnosa yang sama, mungkin saja ada perbedaan dalam terapi. Dokter A memberi obat A, dokter B memberi obat B. Mereka punya pertimbangan masing - masing dalam menangani kasus tertentu. Yang membedakan adalah pengetahuan, kemampuan, dan sumber daya yang dimiliki oleh dokter maupun rumah sakit tempat dokter bekerja. Jelas, prinsipnya sama. Mengatasi penyebab penyakit. Tujuannya sama, kesembuhan pasien.

Mengenai glaukoma absolut yang bapak ceritakan tadi, sangat wajar jika dokter Y mengoperasi mata kanan bapak. Karena bisa jadi tekanan bola mata kanan bapak saat itu juga sangat tinggi, sehingga untuk mencegah kerusakan saraf mata permanen, dilakukan operasi untuk menurunkan tekanan bola mata. Nah kenapa mata kirinya tidak dioperasi? Saat itu tajam penglihatan mata kiri 0, dan saraf mata sudah atrofi atau rusak permanen, sehingga tidak ada manfaatnya untuk mengoperasi mata kiri."

Bapak dan ibu  mengangguk pelan, mencoba merenungi apa yang telah terjadi. Sangat berat tentu ujian mereka. Anak mereka yang masih balita, tentulah perlu dinafkahi, perlu mengenyam pendidikan yang layak, perlu bermain dengan ayahnya seperti temannya, juga perlu diantar ayahnya pergi sekolah.. Tapi bagaimana sekarang itu semua bisa dilakukan? Aah, sedih memang.

"Mmm. Pak saya paham bahwa tidak mudah untuk menghadapi ini, tidak gampang memang untuk menerima. Tapi tetap berusahalah pak, bu. Anak bapak dan ibu jelas masih sangat butuh kasih sayang kalian. Saya memang tidak bisa memberi jalan keluar, tapi saya optimis bahwa ke depannya bapak beserta keluarga bisa melanjutkan kehidupan dengan baik, dengan keterbatasan yang tentu bapak miliki.  Yakinlah ada hikmah besar yang telah Alloh siapkan untuk hamba-Nya yang senantiasa bersabar menghadapi ujian yang Ia berikan."



Ditulis di atas bus menuju kampung halaman,
Senin 13 Juli 2015. 4:02 pm
26 Ramadhan 1436 H.
~Cerita pasien kemarin malam.


Remaja Kekinian


Ada seorang pasien datang ke klinik dengan ekspresi mencurigakan. Perawakannya muda, fase usia remaja muda mengenakan jaket keren dan rambut kece, remaja sekarang menyebutnya dengan istilah "kekinian". Lirikan matanya tampak malu-malu. 

"Eh, bukan dokter yang kemarin ya?" tanyanya. Saya terdiam. Ia melanjutkan, "Mm.. anu dok.. saya udah ke sini 2 bulan yang lalu, ketemu dokter yang satunya. Disuntik. Terus saya ngga ngapa-ngapain. Nah sekarang kambuh lagi dok.."

Ini bukan perdukunan. Tapi pasien ini memaksa saya untuk bertindak seperti itu. Ya, dia belum cerita apa - apa tentang jenis penyakitnya yang 2 bulan lalu itu apa, tapi sudah cerita panjang lebar bla bla bla. Tentu anda juga sudah terpikir kira-kira apa kelanjutannya?

"Kencingnya nanah pak?". "Ia dok.. ada cairan kental gitu dok pas saya kencing. Awalnya putih dok lama - lama jadi kental dan nyeri banget dok. Saya udah tobat. Tapi kok masih sakit ya dok?"

"Bapak 'berhubungan' terakhir kali kapan?". "Saya terakhir kali berhubungan sama pacar saya 2 bulan yang lalu kok dok. Terus karena waktu itu kencing saya sakit saya udah tobat ga gitu lagi. Tapi kok sekarang kambuh lagi ya dok?" Saya masih ragu. Ucapan pasien tidak boleh kita percaya sepenuhnya. Ada asap pasti ada api. Mmm saya cuma bergumam dalam hati ah..sudahlah.

Nampaknya pasien ini membaca wajah kecurigaan saya terhadap dirinya. "Dok beneran saya udah mau tobat, saya mau menikah dengan pacar saya beberapa bulan lagi. Saya harus gimana ya dok..?"

Mmm..singkat cerita pasien ini kemudian saya injeksi ulang dengan kanamycin 2 gram intramuskular bokong kanan dan kiri. Kemudian saya menyarankan ia beserta pasangannya untuk memeriksakan kesehatannya sebelum menikah berupa skrining VCT (untuk HIV) dan memeriksakan duh (sekret) dari kemaluan mereka untuk dilihat di bawah mikroskop di rumah sakit.
Dok. Pribadi. Injeksi kanamycin sulfat

Pelajarannya adalah,
1. Hindarilah zina. Mendekati zina saja kita dilarang, apalagi melakukannya.
2. Jika sudah terlanjur berbuat zina, maka bertaubatlah dengan sungguh - sungguh. Allah maha penerima taubat. 😢
3. Jadikan pribadi anda sebaik mungkin, agar anda dipasangkan Allah dengan sebaik-baik pribadi pula. Bukankah pria baik untuk wanita baik, begitupun sebaliknya?
4. Pedulilah dengan kesehatan diri anda dan calon keluarga masa depan anda nanti. Tidak inginkah anda menikmati hidup dengan anak dan suami/istri anda kelak dengan kesehatan yang prima? So, jagalah kesehatan anda mulai saat ini.
5. Yang terpenting, boleh kok anda jadi remaja dengan label 'kekinian', yang penting tetap istiqamah melaksanakan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi apa yang jelas dilarang, kini hingga akhir nanti..😊

Sunat, Siapa Berani?

Siapa adik - adik di sini yang belum sunat? Wah..pasti diantara kalian ada yang sudah dan tentu ada juga yang belum bersunat. Coba jawab dengan jujur.. Untuk yang belum sunat, kenapa hayo udah gede tapi belum berani sunat..hehe.

Iya deh, mungkin alasan adik - adik bisa beragam ya. Mungkin ada yang malas, berpikir "Ah ngapain, ga ada gunanya", ntar aja deh pas udah SMA, takut disuntik, takut dipotong, atau mungkin takut sama dokternya. Hehe tenang - tenang. Saya punya beberapa kabar baik....

1. Sunat itu perintah Allah
Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah saw bersada,

اَلْفِطْرَةُ خَمْسٌ: اَلْخِتَانُ  وَاْلاِسْتِحْدَادُ وَقَصُّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيْمُ اْلاَظْفَارِ وَنَتْفُ اْلاِبْطِ

"Fithrah ada lima, yaitu khitan, mencukur bulu yang tumbuh di sekitar kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak"

2. Sunat itu dilakukan boleh usia berapapun, tapi tak ada salah nya toh disegerakan
Dari Harb bin Ismail  berkata, Rasulullah saw bersabda,

مَنْ اَسْلَمَ فَلْيَخْتَتِنْ وَاِنْ كَانَ كَبِيْرًا
“Barangsiapa yang masuk Islam hendaklah ia berkhitan walaupun sudah berusia tua"

Tapi ketika kita melakukan kebaikan dengan bersegera, bukankah itu jauh lebih baik? Semakin cepat kamu memulai maka kebaikan pun akan segera datang kepadamu. Ya, kebaikan akan berbalas kebaikan.

3. Sunat itu menjaga kebersihan dan kesucian
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri " (QS al Baqarah : 222)

Anatomi alat kelamin laki- laki diibaratkan topi. Saat buang air kecil, ada sisa - sisa air urin yang tertampung di situ (smegma). Nah smegma inilah kemudian yang mengandung bakteri yang terkumpul dalam topi tersebut. Dengan khitan yang mengandung makna kesucian, maka kebersihan alat kelamin bisa terjaga. 

4. Sunat itu mencegah dari berbagai penyakit
Ngomong - ngomong soal penyakit, sepertinya saya mulai dengan penjelasan sederhana. Kulit kemaluan laki - laki atau dalam bahasa kedokteran disebut preputium merupakan kulit yang akan dibuang saat dikhitan. Metodenya bermacam - macam, salah satunya adalah sirkumsisi. Prosedur pembuangan sebagian kulit penis atau khitan inilah kemudian menarik perhatian para peneliti dunia. 

Ini referensi teranyar yang publish pada 5 Mei 2015 mengenai hubungan sirkumsisi dengan resiko HIV article research (meta analysis). Penelitian ini adalah meta analisis yaitu hasil dari pembandingan seluruh research (penelitian) dunia yang berkaitan, kemudian disusun menjadi sebuah jurnal penelitian. Kesimpulannya, dikatakan bahwa sirkumsisi atau khitan pada laki - laki secara signifikan dapat melindungi laki - laki dari penularan HIV pada level populasi. Ada ratusan atau bahkan lebih literatur lain yang menguatkan. So, masihkah ada keraguan di hati untuk melakukan sirkumsisi?

Nah, pada 9 Mei 2015 lalu, ada 204 orang adik - adik sudah berkhitan dalam rangka khitanan massal di Universitas Darmajaya, Bandar Lampung. Mereka datang dari berbagai daerah di Lampung. Acara ini diadakan dalam rangka Bakti Sosial Bank BJB bersama PKPU Lampung.


dok. pribadi. Khitanan Massal Bank BJB bersama PKPU

Aktivitas di ruangan ini cukup padat, dengan 10 kamar khitan dan 65 petugas medis terdiri dari perawat, dokter, dan mahasiswa Keperawatan Poltekkes. Mengenai kegaduhannya jangan ditanya, ruangannya ramai dengan suara jeritan adik - adik. Tapi jangan takut dulu ya adik - adik, mereka nangis bukan karena sakit lho, tapi karena minta dibelikan es krim pada orang tuanya (hehe: peace). 

Ini serius ! Hehe. Begini, adik -adik. Dikhitan itu dibius dulu sebelum pengerjaannya, jadi adik - adik ngga perlu takut. Rasa pembiusan seperti digigit semut. Setelah itu, adik - adik tinggal baca surat - surat pendek yang adik hapal. Al Fatihah misalnya, boleh dibaca kuat - kuat boleh juga berbisik, asal tenang. Nah, rata-rata pengerjaannya 15 - 30 menit biasanya adik - adik sudah bisa tersenyum bahagia karena khitannya sudah selesai. :)


dok. pribadi. Adik ini hebat, tenang sekali waktu dikhitan ^^ Good Job!
Bersama Budi, Keperawatan Poltekkes

Semoga saat ini adik - adik jadi mantap untuk segera berkhitan ya.. Ingat selain alasan kesehatan ada alasan utama kalian untuk berkhitan, yaitu mengikuti anjuran Allah dan Rasullullah. Semangat ya Dik! :)

Kelak yang Kita Rindukan #3 - Nikmat

"Nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kau dustakan?"
Alhamdulillah subuh Selasa, 24 Maret 2015 kami mendapat berita baik mengenai kelulusan kami. Dalam website pengumuman kami ber-6 dinyatakan LULUS. Sujud syukur bercampur haru rasanya. Kemudian aku segera menelpon kedua orang tuaku untuk menyampaikan kabar ini. Terdengar sedikit isak dari kedua orang tuaku sembari mengucap syukur pada Yang Mahakuasa atas nikmat yang telah Ia beri.










Gambar - gambar di atas adalah secuil kisah perjuangan kami dalam menempuh ujian kompetensi yang lalu. Ada banyak harap dan doa yang selalu kami panjatkan setiap akan mulai belajar dan setiap mengakhiri belajar bersama. Masih teringat jelas ketika hari demi hari jumpalitan, semangat kami sempat jatuh bangun untuk belajar. Untungnya kami bisa menguatkan satu sama lain ketika ada yang melemah, ketika yang lain kendur semangatnya. Beruntung ada sahabat-sahabat yang siap saling mengulurkan tangannya untuk satu tujuan, one direction : to pass!

Kamis, 26 Maret 2015 alhamdulillah kami bisa melaksanakan yudisium profesi serta sumpah dokter. 2 hari setelah pengumuman, pihak dekanat kampus melangsungkan prosesi ini agar kami bisa segera mendaftar wisuda, mengurus sertifikat kompetensi dan Surat Tanda Registrasi yang akan kami gunakan untuk internsip nanti. Akad sudah dilangsungkan, resepsi menyusul. Begitu istilahnya. Akad atau pelafasan sumpah dokter telah dilangsungkan, resepsi atau ceremoni sumpah dokter dengan didampingi orang tua akan dilangsungkan sekitar bulan Agustus. Semoga nanti bisa sumpah dokter bersama rekan - rekan sejawat lain yang juga akan menyusul. Semangat mas dan mba bro! See u on top!


Ditutup pake lagu aja yaa..

Kawan dengarlah
Yang akan aku katakan
Tentang dirimu
Setelah selama ini
Ternyata kepalamu
Akan selalu botak
Eh, Kamu kaya gorila

Cobalah kamu ngaca
Itu bibir balapan
Dari pada gigi lu
Kayak kelinci
Yang ini udah gendut
Suka marah-marah
Kau cacing kepanasan
Tapi ku tak perduli
Kau selalu di hati

Kamu sangat berarti
Istimewa di hati
Selamanya rasa ini
Jika tua nanti
Kita t'lah hidup masing-masing
Ingatlah hari ini

Ketika kesepian menyerang diriku
Gak enak badan resah tak menentu
Ku tahu satu cara sembuhkan diriku
Ingat teman-temanku

Don't you worry just be happy
Temanmu di sini

Don't you worry don't be angry
Mending happy-happy

Kelak Yang Kita Rindukan #2 - Edisi Berjuang

Sudah hampir 3 bulan menanti yudisium selanjutnya, akhirnya hari itu Selasa, 13 Januari 2015 kegalauan kami terjawab sudah. Setelah sempat jatuh pada fase depresi ringan (karena gagal stase, read: Kelak yang Kita Rindukan #1) dan kemudian bangkit lagi, akhirnya kami bisa juga diyudisium untuk kemudian bisa mengikuti UKMPPD (Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter) batch 1 Februari 2015.

Setelah mendapatkan selembar kertas kelulusan yudisium, kami segera melengkapi berkas-berkas persyaratan untuk mendaftar UKMPPD. Hari itu juga ba'da magrib kami segera cus ke Jakarta untuk mempersiapkan ujian kami. Ala - ala bagpacker biar irit haha..

dok. pribadi Yudisium RS Abdul Moeloek
dok. pribadi Yudisium bersama Dokter Pengajar kami yang begitu luar biasa
dok. pribadi para bagpacker

Perjalanan kami malam 14 Januari itu luar biasa. Masing - masing kami membawa paling tidak 2 tas yang bervariasi, berukuran sedang sampai besar, isinya baju dan kertas tapi kaya bawa batu, hehe. Beneran berat banget. Kita bawa buku dan kertas - kertas yang kalau dikardusin mungkin ntah udah berapa dus. Yang bawa koper tentu tertolong karena ada roda koper, tapi dengan lugunya aku malah bawa tas mudik yang perlu dijinjing..(sok jago karena dikira awalnya ga akan jalan jauh, jadi cukup tas mudik aja..) :'( Dan nyatanya, perjalanan dari bus - bakau - merak - ke bus lagi itu, lumayaaaaan.. bahuku rasanyaa..berkedut hehe.

Kami tiba di Jakarta pagi hari, kemudian segera menuju rumah Jahe di daerah condet Jakarta Timur. Setelah sampai di rumah jahe, bahuku mulai berkurang frekuensi berkedutnya, tapi kini mata yang benar benar berat. Oke hari pertama di Jakarta untuk istirahatin badan dulu dan terutama untuk si bahu! 

Nah, jadwal pembimbingan belajar kami mulai tanggal 15 Januari - 28 Januari 2014. Hari - hari di Jakarta membuatku banyak berpikir bahwa kehidupan di ibukota memang keras. Tipsnya memang harus banyak senyum, perjalanan macet senyum; bawa motor lalu diklakson mobil dari belakang senyum aja; ada lagi, ga dapet tempat duduk dan diketekin orang yang berdiri di sebelah kita di busway, senyum aja; woles pokoknya.. Karena kebahagiaan kita jangan sampe tercemar dengan keadaan lingkungan kita. Toh kita yang memutuskan kebahagiaan kita sendiri. Sepakat ya?

Ia, itu baru perjalanannya, yang lebih penting adalah proses belajarnya. Perjalanan kami dari rumah menuju ke tempat bimbingan kurang lebih 30 menit-1 jam. Pulang pergi bisa 2 jam. Lama bimbingannya kurang lebih 3-4 jam setiap pertemuan. Jadi sepanjang hari kami bisa ada di luar rumah. Seru... Selesai bimbingan, kami ber-6 lanjut lagi fighting di rumah jahe untuk corat coret kertas yang udah dijinjing jauh - jauh dari pulau seberang.

dok. pribadi fight~
dok.pribadi edisi berjuang busway
dok. pribadi kuyuk yaah :"
dok. pribadi satu tujuan : LULUS
dok. pribadi Thanks Kk Venny

dok.pribadi terobos hujan

dok.pribadi @bakmi golek
Pengajar kami bernama Kak Venny Beauty, beliau adalah residen Patologi Klinik UI. Orangnya supel, pinter, cantik, ramah, dan rendah hati. Kami bersyukur mendapat pengajar yang kece, tetap sabar mengajari kami yang masih banyak kurangnya, bersedia menjawab pertanyaan - pertanyaan kami yang ngga sedikit hehe, belum lagi kami murid - murid yang paling cepet ngabisin snack di kelas. Dasar, doyan apa laper ya?? :) tapi, pengalaman belajar nya memang begitu berkesan, dan semoga ilmunya juga menjadi ilmu yang bermanfaat kelak.


****


dok.pribadi One direction : PASS !
(dari kiri: Muslim Thaher, Ayu Zahera Adnan, Intan Octaviani, kak Venny, Elis Sri A, aku, dan Raden Dicky)

Sebelum menutup catatan ini, baru saja aku membaca postingan penulis muda berbakat, Rinta Wulandari:  Thallasemia Survivor, Dibilang Pucat Seperti Tembok: “Akumah Maafin dari Awal” 

Jujur, perjuangan yang aku ceritakan pada tulisanku di atas tidaklah ada apa-apanya. Tidaklah bisa dibandingkan dengan perjuangan kalian, para thallaemia survivor. Haru sekali rasanya, ketika mengingat perjuangan kalian, miris sekali rasanya, kalian memang mungkin memiliki keterbatasan secara fisik, tapi jelas pelajaran yang kalian beri pada kami sangatlah besar! :'(

Usia kalian jauh di bawah kami, postur badan kalian pun mungkin di bawah rata - rata rekan seusia kalian, atau bahkan ada sebagian orang yang menatap picing pada kalian. Tapi bersyukurlah dik. Allah selipkan hikmah yang besar pada diri kalian, Allah tentu lebihkan kalian melalui kasih sayang-Nya yang tak ternilai. Kasih sayang-Nya yang bisa kalian rasakan dari kasih sayang kedua orang tua kalian yang senantiasa sabar merawat, melalui sahabat - sahabat seperjuangan yang senantiasa memberi motivasi, melalui keluarga dan rekan yang tentu juga tak sedikit jumlahnya yang mendukung kalian, yang senantiasa mendoakan kalian agar tetap fighting dan menjalani hidup dengan optimis.

Oke, akhirnya catatan ini ditutup dengan perenungan bagi diri, untuk menghapus keluhan, lalu menggantinya dengan mimpi diiringi upaya semaksimal mungkin dalam mencapainya. Semoga Alloh ridhoi pencapaiannya.

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" QS Al An'am : 59
Kenangan - kenangan indah dari perjuangan adalah kejutan - kejutan dalam perjalanan menggapainya. Butuh sedikit kesabaran saja dalam kebaikan, lalu bersiaplah merayakannya di akhir sesudahnya, SURGA. - Gamal Albinsaid

Ranah Minang

dok. pribadi Rumah Gadang
Penguhujung Desember 2014 lalu, tepatnya 25 Desember 2014 tiba juga langkahku di ranah minang. Tanah yang menjadi kota kelairan gadis manis satu ini, #eh udah jadi nyonya yaa :) ya Nyonya manis ini perkenalkan, dr. Rinavi Adrin.

5 tahun, lebih beberapa bulan aku mengenal nyonya ini, hehe. Tinggal satu atap tapi beda pintu kamar, satu angkatan tapi ngga pernah satu stase pas kepaniteraan klinik (koas). Sering curhat, tapi pernah juga berantem, hehe. Inget kisah sedih kita Rin? Waktu aku ketok pintu kamar, ungkapin kekesalan, lalu kita bertangis ria? hehe. Alhamdulillah masalah kemudian clear. Ah, cengar - cengir sendiri kalo inget kisah kasih bersama nyonya satu ini..hehe.

Nah, hari berganti hari, #tsaaah, emang bener.. Tahun pun berganti tahun, nampaknya atap kamar kita jadi saksi bisu perjalanan cinta, hehe. #lebay.. ya, tak terasa kau pun beranjak dewasa. Seorang pria dari tanah seberang kemudian meminangmu...Senang, bangga, haru, bercampur jadi satu saat itu. Tak ada yang bisa aku beri, selain mendoakan semoga Alloh hadiahi kepada kalian berdua sakinah, mawadah, warahmah.

Pagi itu, 26 Desember 2014 sekitar pukul 10.30 terguncang arsy-Nya, kala janji suci itu diucapkan, pun dengan hati ini, jujur..haru. Terselip doa di dalam hati agar keberkahan menyelimuti. Alhamdulillah, segala puji bagi Alloh, telah memberikan kesempatan untuk menjadi saksi, betapa besar karunia-Nya, yang telah menyatukan dua hati dalam janji ikatan suci.


dok. Pribadi. (dari kiri: Lili, dr. Darwis, dr. Ririn, dan dr.muda --" Nora hehe)
Oke, terimakasih banyak kepada keluarga besar ririn dan mb resi yang sudah menampung musafir ini seorang diri, hehe. Semoga Alloh membalas kebaikan - kebaikan kalian semua. Terima kasih atas banyak ilmu dan pengalaman yang menjadi hikmah di penghujung tahun ini. Semoga Alloh mudahkan pula mb resi untuk menggenapkan separuh agamanya di Januari 2015 ini, dan Alloh jadikan kalian sepasang insan yang saling melengkapi kebahagian di dunia dan akhirat. Aamiin

dok.pribadi. Mb resi dan Uda Piton

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” [Al-Hujuraat : 13]






Berlibur #1 - Ambil Kesempatan

Apa yang bisa kita lakukan saat waktu libur tiba? Berlibur, jalan - jalan, nonton, makan - makan, atau malah memutuskan untuk tidur seharian. It's your choice, but I have to make a decision...

Sebenarnya waktu ini bisa dibilang adalah waktuku untuk menunggu tiba giliran ujian kompetensi. Ada sekitar 3 bulan hingga ujian komptensi tiba di bulan Februari. Sebagian bisa memutuskan berlibur, sebelum fokus untuk belajar 1 sampai 2 bulan sebelum ujian. Ada yang merencanakan traveling ke daerah tertentu, ada yang mau mondok 1 bulan di ponpesnya Ust. Yusuf Mansur, atau ada juga yang jalan - jalan ke Negeri Singa. Aku? 

Sebenarnya tipikal ku adalah orang yang spontan, jarang sekali merunut secara rici apa yang akan aku lakukan hari per harinya. Kurang baik memang, tapi biarlah aku perbaiki perlahan. Apalagi liburan kali ini memang tidak direncanakan sama sekali, tapi untuk apa disesali, toh kegagalan kali ini adalah keberhasilan yang tertunda? :') Mari tetap berjuang.

Awal liburan lalu aku sempat membenahi susunan kamar kos yang mulai tak beraturan, menata ulang buku - buku dan kertas - kertas bekas tugas selama perkuliahan dan perkoasan. Aku pilah agar rapi dan siap dipelajari kembali untuk persiapan ujian kompetensi. Dan....tara..? kutemukan kembali dream book yang hampir lusuh berdebu. :") Ada targetan hidup yang masih banyak belum tercapai, tapi Alloh selalu punya rencana indah untuk hamba-Nya, dan aku percaya.

Peluang akan datang di saat yang tidak kita duga. kala itu ada seorang senior yang menghubungiku untuk menggantikannya menjaga sebuah klinik swasta di Bandar Lampung. Setelah bertanya dan minta wejangan mengenai apa yang harus dan apa yang tidak boleh aku lakukan (semacam wangsit begitu), akhirnya aku terima tawaran itu. Percaya tidak? Aku sudah datang setengah jam sebelum jadwal jaga, tapi aku hampir 3 kali bolak - balik pintu masuk karena ragu untuk masuk ke dalam klinik. Entahlah, semoga tidak ada yang memperhatikanku saat itu, hehe. 1 menit sebelum jadwal jaga aku harus masuk ke dalam, dan siap bertugas! :D Apa hikmahnya? Mental dan kepercayaan diri memang harus dilatih.

Tanggung jawab hari itu tuntas, alhamdulillah berjalan lancar. Benar - benar mandiri, kalau saat koas kita punya senior atau konsulen untuk tempat kita bertanya. Kali ini kitalah decision maker,  jadi memang benar adanya bahwa belajar sepanjang hayat itu adalah mutlak.

Hari - hari berikutnya, aku mulai membangun kepercayaan diri dan terus belajar mengupgrade ilmu. Orang - orang apotek, perawat, dan laboran tak sungkan untuk menjawab pertanyaan - pertanyaan ku, hehe. Ya, meski usia kita tak terlampau jauh, toh kami tetap bisa membangun rasa kekeluargaan itu. Tujuan kita sama 1, pasien sehat.

Jangan sekali - kali bercita menjadi pelaut handal, kalau tak siap akan ombak yang menerjang. Kira - kira begitu pribahasa yang aku pelajari dulu ketika duduk di bangku sekolah dasar. Nah, jangan harap perjalanan kita selalu mulus, pasti ada saja tantangan yang mesti dihadapi. Benar saja, mulai nyaman jaga di klinik yang pasiennya dewasa dan anak kategori tenang (tanpa stressor kerja), aku ditawari tanggung jawab lain. Dari klinik menjadi dokter jaga rumah sakit...

Ah, kali ini rumah sakit dengan interaksi kerja berbagai profesi dan beberapa dokter. Bertingkat, mulai dari bidan, perawat, dokter umum, dan dokter spesialis, ada dokter spesialis anak, spesialis anestesi, juga dokter spesialis kandungan. Ada beberapa juga yang merupakan dokter pengajarku ketika koas dulu. :') Oke, setelah dipikirkan matang - matang, kesempatan datang hanya untuk orang yang menyambutnya, bismillah.

Ternyata ketegangan itu memang benar ada, tapi mencoba atur napas, bertindak sesuai SOP yang ada, dan taraaa.....musnah seketika setelah bertemu dengan adik - adik lucu ini..

dok.pribadi. Ruang Perinatologi RSIA

dok.pribadi. Ruang Perinatologi RSIA

Ya, adik - adik lucu ini mengingatkanku kembali bahwa niatku tulus untuk membantu mereka, bekerja sesuai dengan kompetensi yang ada. Mungkin memang belumlah mumpuni ilmu yang ada, tapi dengan mereka, aku jadi tahu apa yang mesti aku benahi, apa yang mesti aku pelajari kembali. Doakan kakakmu ini ya dik, kelak bisa belajar sebaik mungkin agar bisa menjadi dokter umum yang baik dan bisa melanjutkan sekolah kembali menjadi seorang Pediatrician. >>Aamiin<<


Video perjuangan mereka begitu menginspirasi:

Kelak yang Kita Rindukan #1 - Jatuh?

dok. pribadi. Prosesi Yudisium Mahasiswa Profesi Dokter FK Unila 2014

14 Oktober 2014 lalu kami telah menjalani prosesi yudisium mahasiswa profesi dokter. Ada yang berbeda kali ini. Untuk pertama kalinya prosesi yudisium bagi dokter muda yang telah menjalani kepaniteraan klinik selama kurang lebih 80 minggu. Lulus atau tidak lulus. Itu saja, lulus artinya lulus dari semua stase. Sebaliknya, tidak lulus artinya ada minimal 1 bagian stase yang tidak lulus.

Jeng Jeng...
Pembagian amplop yudisium pun dimulai. Satu per satu kami maju untuk menerima amplop tersebut. Dan, daun yang jatuh tidak pernah membenci angin. Begitu kutipan penulis Tere Liye. :') Aku ternyata tidak lulus di salah satu bagian, stase Bedah.

"Menohok", ya kira - kira begitu rasanya, merasa belum bisa memberikan yang terbaik untuk kedua orang tua saat ini. Tapi ternyata di luar dugaanku, kedua orang tua dan keluarga mendukung sepenuhnya, dan memberikan support padaku untuk terus berjuang. Alhamdulillah saat ini ujian ulang di bagian tersebut sudah tuntas, dan aku kini menunggu yudisium periode selanjutnya untuk pengumuman kelulusan. Alhamdulillah, dari sini aku banyak belajar tentang nikmatnya sebuah perjuangan, yang tak mesti harus selalu mulus, tapi kita memang kudu berjalan terus? :D



dok. pribadi Instalasi Bedah Sentral

Sedikit flash back, kurang lebih 1 tahun 8 bulan yang lalu aku menjalani kepaniteraan klinik di stase bedah. Stase ini menjadi stase pertama yang aku jalanai dalam dunia perkoasan. Banyak penyesuaian memang saat itu, aku memang nampak ngos ngosan ketika mengikuti irama sirkandian yang baru. 10 minggu mulai dari jaga UGD, follow up bangsal mulai pukul 04.00, jadi asisten di OK Center yang masih polos banget, sampai periksa pasien poliklinik bedah. Mengingat itu semua, nampaknya memang wajar aku harus belajar lebih banyak lagi ilmu di bagian ini.

PR selanjutnya adalah ujian kompetensi yang akan dilaksanakan sekitar bulan Februari. Ujian ini terdiri dari ujian CBT dan OSCE. Setelah dinyatakan lulus ujian kompetensi ini baru kemudian kami dapat mengikuti program intenship selama satu tahun. Cantik sekali ya prosesnya.. Bismillah.. Kita nikmati saja perjuangan ini, toh perjuangan inilah kelak yang kita rindukan!




Psikiatri #4 - Gotong Royong

Agenda kami ketika hari terakhir di Jiwa, Sabtu 4 Oktober 2014 adalah berpamitan. Ketika berpisah dari satu stase menuju stase lain selalu saja ada rasa seperti ini, haru. Agak lebay mungkin bagi sebagian orang, tapi murni yang aku rasakan. Mungkin karena ada kebiasaan yang akan berubah, kebiasaan aktivitas hari - hari selama 4  minggu di sini akan segera berganti dengan agenda lain yang jelas berbeda dari sebelumnya. Semoga dengan hadirnya para koas yang hanya 4 minggu di sini bisa memberi manfaat untuk semua.

dok.pribadi. Lalu Lalang Bandar Lampung

Oke, pernah lihat pemaandangan di atas? Tidak ada yang aneh memang pada gambar tersebut. Lalu lalang yang menjadi pemandangan khas ibu kota. Setiap hari kita disibukkan dengan segudang aktivitas sejak matahari terbit hingga kemudian terbenam lagi, belum lagi pekerjaan kantor atau kampus yang belum tuntas, mesti kita selesaikan kembali di rumah hingga larut malam. Detik, jam, hari, minggu, bulan berganti tahun dan bla bla bla bla aktivitas kita kian menumpuk seiring juga degan berkurangnya usia.

Pernah terbayangkan apa yang akan kita kejar di dunia ini? Pernah terbayangkan sampai kapan kita akan sadar bahwa kemudian raga kita tidaklah muda lagi? Tidaklah sekekar dulu lagi? Ah, jawabnya ada pada tujuan kita. Untuk apa kita bekerja, untuk duniakah atau akhiratkah.

Ada hati nurani terdalam kita yang aku yakin semua punya dasar yang suci, hati nurani yang tulus, yang kemudian menjadi tertutupi saja kesuciannya oleh nafsu - nafsu duniawi yang membutakan. Tapi tenang, ketika kita sadar pada fitrah tujuan penciptaan kita di dunia ini, yang tidak lain hanyalah untuk menyembah dan beribadah kepada Alloh, maka Alloh akan memberikan kemudahan untuk kita kembali kepada jalan-Nya.

Di sini pun sama, di rumah sakit ini, kita pun dapat belajar dari mereka. Malu terkadang melihat mereka yang memiliki gangguan pada jiwanya, dapat bahu membahu melakukan pekerjaan yang tidaklah ringan. Sedangkan kita yang "katanya" sehat lahir dan batin, sering ribut untuk hal - hal sepele dan sibuk dengan urusannya masing - masing.

Pasien - pasein yang sudah stabil dan tenang di sini diberikan tanggung jawab sosial untuk membantu rekan - rekan mereka yang belum stabil. Mereka diberi tugas masing - masing, ada yang bertugas menyapu, mengepel, mengambil pakaian laundry, mengangkat air galon, hingga membagikan nasi katering dan kemudian menyusunnya kembali seusai makan. Bukan karena rumah sakit ini kekurangan pegawai untuk melakukan pekerjaan tersebut, bukan. Tapi karena mereka harus dibiasakan untuk dapat melakukan aktivitas sehari - hari (pekerjaan rumah), sehingga mereka dapat dengan mudah menyesuaikan diri ketika mereka pulang dari rumah sakit. Tapi jelas tidak hanya itu saja, ada makna mendalam dari ini semua.

Mereka dengan  ikhlas melakukan itu semua, tanpa ngomel, cemberut, gerutu atau apapun isitilahnya, murni semua mereka lakukan dengan tulus. Bahu membahu satu sama lain, sesekali dengan gurauan mereka bekerja saling membantu. Aku yakin suatu hari nanti, ketika mereka keluar dari rumah sakit ini, mereka dapat menjadi orang yang jauh lebih baik lagi. Boleh jadi saat ini, orang - orang di luar sana mencemooh mereka atau bahkan menghardik mereka. Tapi di dalam hati mereka, mereka adalah orang baik yang sedang Alloh tempa untuk menjadi orang yang jauuh lebih baik lagi.


dok. pribadi. Gotong Royong


Dari Abu Hurairah RA., dia berkata, Rasulullah SAW bersabda,
"Barangsiapa yang meringankan penderitaan seorang Mukmin di dunia, niscaya Allah akan meringankan penderitaan (kesulitan)nya kelak di hari Kiamat dan barangsiapa yang memudahkan urusan orang yang mengalami kesulitan, niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Siapa saja yang menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutupi (aib) nya di dunia dan akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya selama si hamba tersebut menolong saudaranya. Siapa saja yang menempuh suatu jalan guna mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan tidaklah suatu kaum (kelompok) berkumpul di salah satu rumah Allah sembari membaca Kitabullah dan mengkajinya di antara sesama mereka melainkan ketenangan akan turun di tengah mereka, rahmat meliputi mereka dan malaikat mengelilingi mereka serta Allah akan menyebut mereka di sisi para malaikat. Siapa saja yang menjadi lamban karena amalnya (sehingga amal shalihnya menjadi kurang), maka tidak cukup baginya hanya (bermodalkan) nasab." (HR. MUSLIM)

Psikiatri #3 - Rehabilitasi

"Selamat Jalan Kota Bandar Lampung", tugu ini selalu menyambut kami setidaknya selama 4 minggu kepaniteraan klinik di bagian psikiatri ini. Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung ini memang letaknya di luar kota Bandar Lampung, lolasinya di daerah Kurungan Nyawa. Karenanya, banyak yang mengenal rumah sakit ini sebagai Rumah Sakit Kurungan Nyawa.. Seram juga ya namanya, tapi tenang..penghuninya bersahabat, kece membahana :)

dok.pribadi. Tugu "Selamat Jalan Kota bandar Lampung"

Kira - kira begitulah yang aku rasakan, nyaman berada di lingkungan ini. Setiap cerita dengan mereka, jadi sebuah masukan untuk diri ini, meski kali ini kami hanya bermodalkan anamnesis psikiatri, tapi sudah  bisa  membantu mereka mengungkapkan apa yang menjadi keluh kesah mereka saja, rasanyaaa...#cesplong. Ini yang dinamakan ventilasi. Jadi setiap orang memang butuh ventilasi, mencurahkan apa yang ia rasa, dan tentu ada pendengar di sana. Bukankah kita punya dua buah telinga, dan sebuah mulut ?

Rata - rata lama perawatan inap untuk pasien di sini adalah beberapa minggu hingga beberapa bulan. Ketika kita coba gali, apa yang kira - kira pasien ini ungkapkan? Hampir semua dari mereka menyelipkan satu pertanyaan, "Mba, kapan saya pulang?" :') Maafkan kami Mas, Mba, kami hanya koas yang punya modal dua buah telinga untuk mendengarkan kalian.

Ada kegiatan seru untuk para pasien rawat inap di sini, yaitu rehabilitasi. Setiap minggu selama 6 hari berturut - turut ada jadwal bagi pasien - pasien ini mengikuti rehabilitasi. Karena jumlah mereka banyak, jadi mereka secara bergantian setiap harinya mengikuti rehabilitasi. Ada berbagai rehabilitasi yang disediakan di sini, seperti kegiatan agama, olahraga, bernyanyi, kerajinan tangan, band, dan lain - lain.

dok.pribadi. Rehabilitasi KErajinan Tangan dan Drum Band


Aku yakin bagi kita para tenaga kesehatan, apalagi koas yang hitungannya hanya  4 minggu di sini, ini adalah suatu hal yang baru. Tapi pernah terbayang menjadi mereka? Setiap hari kegiatannya amat teratur, makan, minum obat, tidur, makan lagi, minum obat lagi, rehabilitasi, dan seterusnya. Jelas membosankan... Kembali lagi, jika mendengar mereka menanyakan pertanyaan, "Mba, kapan saya pulang?". Senyum kecil di wajah, serta sedikit kata ini semoga bisa membantu.


"Bapak yang sabar ya, sholat dan berdoa sama Yang Kuasa, Dia yang kasih kesembuhan untuk kita, berdoa semoga bapak cepet sembuh dan keluarga segera datang menjemput.."
:")



Psikiatri #2 - Klinik Merpati

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung menjadi tempat kami untuk menimba ilmu kedokteran jiwa. Ruang rawat inap di rumah sakit ini berbeda dengan ruang rawat inap di rumah sakit umum. Di sini, ruangan untuk menampung pasien yang tidak kurang dari 40 orang, merupakan suatu ruangan besar yang terdiri dari ruang tengah, ruang tidur, dan kamar mandi. Semua pasien dimasukkan dalam 1 ruangan ini. Ruang tengah berisi meja - meja yang terbuat dari bahan besi, dengan kursi yang menempel dengan meja. Meja dan kursi ini didesain khusus untuk pasien - pasien rawat inap. Ukurannya cukup besar, dan cukup berat untuk diangkat. Mungkin ini dimaksudkan untuk menjamin keamanan mereka. karena kebanyakan adalah pasien dengan gangguan Schizofrenia yang bisa mengamuk kapanpun, sehingga tidak diperkenankan ada barang - barang yang dapat membahayakan mereka. Jadi semua perkakas dibuat seaman mungkin, agar tidak membahayakan mereka.

Salah satu tugas di bagian ini adalah membat case report. Pasien laporan kasus yang aku ambil adalah seorang pasien rawat inap ruang Kutilang, ruang khusus pasien laki - laki yang sudah tenang atau sudah stabil. Kasus yang kuambil adalah gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat (NAPZA).

Penggunaan NAPZA meliputi berbagai kalangan, mulai dari kelas teri yang nge"Lem", ngisep sampai kelas hiu yang make jarum suntik. Aiih, kalau menceritakan mereka, bisa campur aduk rasanya, kesal karena tindakan keliru yang mereka lakukan berulang - ulang, di sisi lain sedih juga prihatin dengan perubahan mental dan perilaku mereka akibat pengaruh obat - obatan tersebut.

Sebut saja Tn. F, usia 30-an tahun. Pasien diantar keluarganya ke RSJ Provinsi Lampung dengan keluhan ketakutan akan dibunuh. Pasien merasa seperti dimata-matai oleh banyak orang untuk dicelakai. Keluhan seperti ini sudah dirasakan sejak 4 bulan yang lalu. Ia juga pernah mendengar suara – suara yang mengancam dirinya, suara tersebut didengar ketika sadar. Namun tidak melihat ada orang yang membisikkan suara tersebut.

Pasien juga merasakan sulit tidur malam  hari dan sering marah – marah dengan cara memukul meja atau membanting barang. Tindakan ini dilakukannya secara sadar, sulit ia kontrol dan merupakan cara untuk meluapkan emosinya. 

Ia menjadi lebih curiga terhadap semua teman dekatnya. Ia merasa teman – temannya sudah tidak dapat dipercaya lagi karena telah mempengaruhi istrinya agar pergi meninggalkan rumah. Empat bulan yang lalu istri pasien pergi dari rumah tanpa izin, hingga saat ini tidak pernah kembali dan tidak pernah menghubunginya serta kedua anaknya. Sejak saat itu, ia menjadi pendiam dan sering sulit mengontrol emosi.

Pasien menceritakan bahwa untuk melampiaskan emosinya, ia memakai narkoba jenis sabu – sabu yang digunakannya 1 hari sebelum dibawa ke rumah sakit. Sabu tersebut digunakan dengan cara dihisap dan diperoleh dari teman di kampungnya. Menurut pasien selama 4 bulan terakhir dorongan untuk memakai sabu semakin kuat, sehingga pasien menggunakan sabu hampir setiap minggu.

Uniknya, diagnosa psikiatri tidak hanya satu buah diagnosa. Di bidang psikiatri atau kedokteran jiwa, ada yang dinamakan evaluasi multi axial, jadi kita mendiagnosa suatu penyakit secara holistik. Dikenal istilah Axis atau sumbu dalam kedokteran jiwa.

Axis I menggambarkan gangguan klinis dan faktor lain yang menjadi fokus perhatian klinis.
Axis II menggambarkan ciri kepribadian
Axis III menggambarkan kondisi medik umum
Axis IV menggambarkan masalah psikososial dan lingkungan
Axis V menggambarkan peniaian fungsi secara global
(PPDGJ III)

Pada pasien tadi, diagnosis Axis I nya,
Berdasarkan data-data yang didapat memelalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan rekam medik, tidak ditemukan riwayat trauma kepala, demam tinggi atau kejang sebelumnya ataupun kelainan organik. Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.0).

Dari anamnesa didapatkan riwayat penyalahgunaan obat berupa penggunaan NAPZA jenis sabu sejak tahun 2009 dan terakhir pemakaian adalah 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Hal ini dapat menegakkan diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F.1).

Pasien menggunakan NAPZA sabu. Sabu merupakan NAPZA golongan amphetamine-type stimulants atau ATS. Hal ini dapat menegakkan diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat stimulansia lain termasuk kafein (F15).

Ada pula keinginan kuat atau dorongan yang memaksa (obsesif) untuk menggunakan zat psikoaktif, kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat, dan tetap menggunakan zat (sabu) meskipun ia menyadari adanya akibat yang merugikan kesehatannya. Tiga dari enam gejala dapat terpenuhi, sehingga hal ini dapat menjadi dasar diagnosa sindrom ketergantungan (F15.2)

Selain itu, belum jelas didapatkan gejala-gejala fisik seperti mual, muntah, sesak nafas, nyeri badan, berkeringat dingin dan kejang yang menghilang saat konsumsi zat dilanjutkan. Pada pasien muncul gejala psikologis seperti ansietas, depresi dan  insomnia. Hal ini menandakan diagnosis keadaan putus zat merupakan diagnosa banding pada kasus ini.

Pada pasien terdapat halusinasi auditorik, mood hipotimia, afek sempit pada saat berkomunikasi dan adanya tilikan (insight) yang tergganggu. Kemudian gangguan psikotik tersebut terjadi segera setelah 1 hari (24 jam) pemakaian zat psikoaktif terutama obat stimulant seperti amfetamin. Ini juga bisa menjadi diagnosa banding gangguan psikotik akibat penggunaan zat psikoaktif.



*****


Masih berhubungan dengan case tersebut, aku mencoba mendapatkan informasi dari sebuah bangunan bercat biru yang lokasinya tak jauh dari rumah sakit jiwa provinsi Lampung. Klinik Merpati namanya. Klinik ini merupakan yayasan yang merupakan bagian dari rumah sakit jiwa provinsi Lampung. Yayasan ini khusus memfasilitasi pasien - pasien pengguna NAPZA. Pasien - pasien dari poliklinik maupun Unit Gawat Darurat RSJ yang memiliki gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan NAPZA, langsung dirujuk ke yayasan ini. 

IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) merupakan sistem kelembagaan yang dibentuk berdasarkan peraturan pemerintahan Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Bagi Pecandu Narkotika. Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) adalah pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan atau lembaga rehabilitasi sosial yang ditumjuk oleh pemerintah. Tak kurang dari 9 buah yayasan yang terdaftar sebagai IPWL seperti ini tersebar di Lampung, salah satunya Klinik Merpati.



Di klinik Merpati inilah pasien - pasien NAPZA kontrol berobat dan mengambil obatnya setiap bulan. Ada istilah obat rumatan atau obat substiusi: Ada dua jenis obat, yang pertama Methadone Syrup, kedua Suboxone (Buprenorphine/Naloxone). Obat rumatan ini biasanya diberikan pada pecandu Putaw. Tidak semua klinik atau rumah sakit memiliki 2 jenis obat ini. Ini hanya disediakan oleh pemerintah melalui tempat - tempat khusus, yaitu tempat - tempat tertentu yang ditunjuk pemerintah.

dok.pribadi Methadone Sirup.
dok. pribadi Methadone Sirup
dok. pribadi. Methadone Sirup
(perhatikan di belakangnya ada sirup Marjan)
dok.pribadi Suboxone (Buprenorphine/Naloxone)

Karakteristik terapi ideal untuk terapi rumatan diantaranya adalah rendah potensi untuk didiversikan, lamanya aksi cukup panjang, potensi rendah untuk menggunakan zat lain selama terapi, toksisitas rendah untuk overdose, fase detoksifikasi harus singkat, gejala rebound withdrawl (sakaw) minimal, memfasilitasi abstinensia (bebas NAPZA) terhadap opioid ilegal lain, dan pasien mampu menerimanya dengan ikhlas. Sebenarnya, tidak ada satu obat-pun yang memenuhi persyaratan ideal untuk pengobatan pada pasien - pasien pengguna NAPZA. namun para pakar kedokteran menemukan untuk ketergantungan opioid, beberapa jenis obat yang "mendekati" kriteriteria tersebut yaitu : Agonis : Methadone, Partial Agonis : Buprenorphine, dan Antagonis : Naltreksone.

Kemudian apa yang dapat kita simpulkan? Bahwa efek adiksi dari penggunaan NAPZA (Narkotik, Psikotropik, dan Zat Adiktif lain) amatlah hebat. Tak peduli alasan mereka menggunakannya, sekedar coba - coba, tak sengaja, atau bahkan memang untuk berpesta, efek NAPZA pada tubuh tetaplah candu. Siapa kemudian yang dirugikan? Diri sendiri, keluarga, lingkungan, sampai akhirnya kebobrokan moral bangsa. 

Ya, marilah sejenak kita renungkan, bahwa benteng diri yang kokoh sangat diperlukan untuk melawan itu semua. Pesanku pada pengguna NAPZA yang tentu masih punya masa depan: Tak hanya dengan niat untuk menyudahi, ketegasanmu amat dibutuhkan untuk lari dari itu semua. Dengan iman yang masih melekat di dada, dengan keluarga atau rekan yang masih memedulikan anda, atau jika memang anda merasa bahwa mereka tidak mendukung anda, ingatlah toh tetap masih ada jiwa yang melekat pada raga anda. Selagi masih kau punya jiwa itu, selagi masihada hembusan napas itu, kesempatan untuk sembuh tetaplah ada. Tetap semangat kawan....!!
dok.pribadi. "Jangan kucilkan mereka, kecanduan obat dapat dipulihkan"


An Naazi’aat Ayat 15-26
15. Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) kisah Musa?
16. Ketika Tuhan memanggilnya (Musa) di lembah suci yaitu lembah Thuwa;
17. “Pergilah engkau kepada Fir’aun! Sesungguhnya dia telah melampaui batas (dalam kekafiran),
18. Maka katakanlah (kepada Fir’aun), “Adakah keinginanmu untuk membersihkan diri (dari kesesatan),
19. dan engkau akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar engkau takut kepada-Nya?”
20. Lalu (Musa) memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar.
21. Tetapi dia (Fir´aun) mendustakan dan mendurhakai.
22. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa).
23. Kemudian dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru (memanggil kaumnya).
24. (seraya) berkata, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi.”
25. Maka Allah menghukumnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia.