Showing posts with label Catatan Kuliah - Ikakom. Show all posts
Showing posts with label Catatan Kuliah - Ikakom. Show all posts

Konsep Mandala of Health

Alhamdulillah stase kepaniteraan ilmu kodokteran komunitas sudah komplit dijalani. Selama 8 minggu, dengan 3 minggu belajar di kedokteran perusahaan PT Gunung Madu Plantation, dan 4 minggu di Puskesmas Kota Karang, serta 1 minggu ujian. Dalam kurun waktu tersebut, atas izin Allah telah memberikan satu warna baru dalam proses ini. Di sini ada sudut pandang ilmu kedokteran yang menarik yang sebaiknya dipahami oleh pelakonnya.

World Health Organization (WHO) mendefinisikan sehat sebagai berikut:
Health is a state of complete physical, mental, and social well-being and not merely the absence of disesae or infirmity. Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. 
Kita bisa belajar dari WHO, ada pula sudut pandang lain yang membahas mengenai komponen - komponen yang mempengaruhi status kesehatan seseorang, yaitu diagram Mandala of Health. Konsep ini dikenalakan oleh Mandala, dan di kepaniteraan ini dokter RE Rizal Effendy yang mengenalkannya kepada kami. :)

Dalam konsep Mandala of Health ini, ada 3 komponen penting yang menyusun manusia secara utuh:
1. Body
2. Mind
3. Spirit

Mandala of Health
Sumber: livelonger.health.gov.au

Banyaknya faktor penentu status kesehatan dapat dilihat pada diagram tersebut. Yang ingin ditekankan adalah biologi manusia hanyalah satu bagian komponen dalam kerangka tersebut. Para dokter cenderung lebih banyak menempatkan penekanan pada biologi manusia, fisiologi manusia, dan penyakitnya daripada mencari akar permasalahannya.

Ini pengalaman pribadi sang guru,
Suatu hari ia ditugasakan sebagai dokter yang meneyeleksi calon jemaah haji, menilai kelayakan status kesehatan para calon jemaah. Ketika itu, datanglah seorang pria, tampak kerutan yang makin tegas di wajahnya, menandakan ia sudah tak muda lagi. Pria itu mengatkan bahwa ia sudah hampir puluhan kali tidak dizinkan untuk berangkat haji karena memiliki penyakit jantung dan berbagai alasan medis lainnya.

Kemudian dokter bertanya, "Apa motivasi Bapak berangkat haji?". "Saya ini kalau wafat di tanah suci kan lebih bahagia. Kalau saya wafat di sana, saya akan makin dekat dengan Allah." See? Kita sebagai dokter tentu punya hati nurani, kira - kira manakah yang lebih penting? Dilarang berangkat berhaji, akan membuatnya semakin sedih, beliau tentu akan merasa tidak dapat menjalankan rukun islamnya secara utuh sebagai seorang muslim. Bahkan bisa jadi malah memperburuk status kesehatannya.

Ya, iman berperan dalam timbulnya suatu penyakit. Dengan keimanan yang kuat maka akan mempengaruhi hidup, kehidupan, dan penghidupan kita yang lebih baik. 

Sumber: dok.pribadi. Kami bersama dokter RE Rizal Effendy

dok.pribadi. Kami bersama dr. Hj. Susi Kania, M.Kes, dr. Arfan, Pak Udi, Pak Usman
dok.pribadi.
Kami bersama dr. Hj. Susi Kania, M.Kes, dr. Suherman, dr. Arfan, Pak Udi, Pak Usman

dok.pribadi. Bersama dr. Sahab Sibuea, M. Sc

“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang”. Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah”. (QS al-Anbiya: 83-84)

Media Intervensi - Flip Chart Hipertensi












Bahagia, alhamdulillah sudah selesai menyiapkan media intervensi yang akan kami gunakan minggu depan. Media intervensi yang harapannya bisa mengubah pengetahuan mereka kemudian perilaku mereka, perilaku "emak" agar mau berobat ke dokter, mengobati penyakit hipertensinya yang bisa dikatakan tidak ringan, karena sudah sampai pada tahap komplikasi.

Blok Kedokteran Komunitas ini memberi kami banyak pelajaran berharga, membuka pikiran dan hati kami bahwasannya masih banyak orang di luar sana yang belum paham, belum sadar akan pentingnya pengobatan. Pengobatan yang menurut mereka mungkin hanya menghabiskan uang dan waktu mereka saja, toh mereka "merasa" baik - baik saja. Miris terdengar, namun itulah adanya.

Rumah sederhana ini memberi kami pelajaran yang tidak sederhana. Dalam dua kali kunjungan ke rumah ini, kami mencoba memahami mereka bukan sebagai orang sakit, tetapi memahami mereka sebagai keluarga yang memiliki anggota yang sakit, KELUARGA! Pemahaman karakter dan komunikasi menjadi hal yang mesti dijunjung tinggi. Perasaan saling menghargai dan empati kami pun diuji di sini. Mencoba memahami mereka, membungkukkan sedikit badan kami yang mungkin jiwanya juga mulai menyongak. Meneliti hati agar tidak mencongkak. Menyejajarkan diri dan akhirnya banyak pula pelajaran dan hikmah yang bisa dipetik.

Ilmu yang tak seberapa seolah menjadi momok, momok yang terus saja mempertanyakan kapasitas yang dimiliki pribadi ini. Seolah kacang rebus yang ternyata "kopong", tanpa isi. Malu sebenarnya, malu pada ekspektasi orang lain yang sungguh jauh dari kenyataan.

Benar saja, kita bukan seperti apa yang kita tuliskan. Bukan pula yang kita deskripsikan. Kita bukan pula kita yang orang lain pikirkan. Kita hanyalah pribadi yang mencoba memahami hakikat dirinya, terus belajar, dan terus memperbaiki diri.

Mulai saat ini, masih ada waktu untuk belajar. Masih ada waktu untuk memperbaiki diri. Mulailah untuk memaksimalkan apa yang bisa kita lakukan. Banyak pahlawan dalam keheningan di luar sana, pahlawan yang mampu berikan karya terbaiknya dengan segala keterbatasan yang ia miliki. Pun kita, dengan semangat dan "passion" yang kita miliki, kita pun bisa berikan manfaat kita untuk mereka, dengan segenap kemampuan kita yang harus kita kembangkan karena memang masih jauh dari kata sempurna.

Semoga bisa memberikan manfaat dengan segenap kemampuan yang ada.