Showing posts with label Bagi Bangsa. Show all posts
Showing posts with label Bagi Bangsa. Show all posts

Baksos PGN-RZ Desa Sriminosari

Agar tak jenuh, mari sejenak berhenti dari rutinitas dan melihat ke sekitar. Perjalanan kali ini adalah Bandar Lampung - Lampung Timur yang ditempuh selama kurang lebih 3 jam. Kami berangkat dari Bandar Lampung sekitar pukul 07.30.

Sebelum terlalu jauh, subjek dalam blog ini akan banyak menggunakan kata "kami" (read: saya dan suami. Alhamdulillah agenda-agenda ke depan semoga akan dapat beriringan, sehngga subjek tulisan pun menjadi tetap "kami" hehe. Puenteun...

Baksos (bakti sosial) kali ini diadakan oleh PGN (Perusahaan Gas Negara) dengan bekerjasama bersama Rumah Zakat. Pelaksana baksos terdiri dari berbagai latar belakang yakni, 3 orang dokter umum, 1 orang dokter gigi, perawat, bidan, asisten apoteker, serta beberapa orang relawan. Baksos yang diketuai oleh Mas Uje ini terdiri dari beberapa kegiatan yaitu ramah lansia, penyuluhan, pengobatan, dan pemeriksaan metabolik. Masyarakat tampak antusias mengikuti kegiatan ini.

Tidak kurang dari 100 orang masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan ini. Lebih dari 70% masyarakat yang mendaftar adalah lansia (lebih dari 60 tahun). Penyakit yang paling banyak diderita adalah hipertensi, myalgia, diabetes, dan hiperkolesterolemia. 

dok. pribadi. Pemeriksaan Kesehatan

dok. Pribadi. Pemeriksaan Kesehatan


Agenda baksos di desa Sriminosari ini merupakan agenda rutin bulanan baksos PGN. Semoga dengan adanya kegiatan ini dapat memberikan mafaat poitif bagi masyarakat Sriminosari, Labuhan Maringgai, Lampung Timur.



dok. Pribadi. Tim Huray

dok. Pribadi. Tim Baksos



Komunitas Kanker Payudara Lampung

Rapuh, hancur, mungkin itu yang dirasakan oleh hampir semua orang yang didiagnosa penyakit kanker atau tumor ganas. Penyakit yang bagi sebagian orang merupakan momok yang menakutkan. Belum lagi berita burung yang diperoleh dari tetangga kanan dan kiri yang menambah beban pikiran penderita kanker.

Ah, sudahlah. Bukankah Alloh menciptakan suatu penyakit beserta pula dengan obatnya? Bukankah Alloh menjanjikan suatu kesulitan bersama dengannya ada kemudahan? Bukankah Alloh menjanjikan ampunan dan pahala yang besar bagi yang ikhlas dan bersabar dengan penyakitnya? Lalu tak ada lagi alasan kita untuk tidak memilih jalan ikhtiar dan ikhlas terhadap apa yang sudah Alloh tetapkan kepada kita.

Seorang penderita cancer payudara bercerita tentang perjalanan penyakitnya dan pengalamannya berobat, mulai tahun 1999 sejak divonis mengidap cancer payudara, ia berkeliling berobat mulai dari dukun atau 'orang pintar', habis puluhan juta rupiah, namun tak membuahkan hasil, lalu ia memutuskan untuk kembali lagi ke pengobatan medis. Pernah juga ia divonis seorang dokter usianya tinggal 2 tahun lagi. Tapi itu semua terbantahkan dengan ikhtiarnya yang maksimal menjalani berbagai rangkaian pengobatan termasuk pengangkatan payudara dan kemoterapi, diiringi dengan doa dan dukungan penuh dari keluarga besarnya. Dengan hati yang bahagia dan pengobatan yang tepat tentu dapat menjadi harapan positif untuk penderita cancer.

Pesan pasien yang juga sudah menjalani pengobatan radioterapi sebanyak 33 kali ini, bahwa hati mereka sensitif, mudah terharu sehingga yang dibutuhkan pasien sebenarnya adalah dukungan dari tenaga medis, orang terdekat yakni keluarga dan kerabat, berupa harapan yang lebih baik untuk hidup mereka. Pasien ini juga memberikan semangat untuk penderita cancer mammae yang lainnya untuk bisa survive. Semua bisa menjalankan kehidupan dengan lebih baik, asalkan hati terkondisikan dengan baik. Ibu ini membuktikan bahwa vonis dokter bukanlah sesuatu yang pasti, takdir Tuhan-lah yang lebih pasti. Saat ini ia sudah menerima SK pensiunnya sebagai guru SD. Ia terharu bahwa ternyata Tuhan mengizinkannya untuk masih dapat hidup hingga saat ini.

Cerita di atas adalah sekelumit kisah hidup yang dibagikan seorang penderita cancer payudara asal Lampung dalam pertemuannya dengan sesama penderita cancer payudara. Pertemuan ini diinisiasi oleh dokter Bintang, Sp. B (K) Onk bersama dengan profesi lain, dokter, perawat ruang bedah dan kemoterapi, bidan, mahasiswa, dan dewan dakwah RS Abdul Muluk. Pertemuan yang diadakan hari Jumat, 27 Mei 2016 ini berhasil membentuk komunitas penderita cancer payudara Lampung. Melalui komunitas ini diharapkan menjadi wadah berbagi untuk sesama penderita cancer payudara agar saling menyemangati, untuk dapat bertukar informasi, sehingga tidak ada lagi penderita yang enggan berobat karena tidak tahu. Karena kekhawatiran - kekhawatiran yang tanpa dasar pengetahuan yang jelas.  

Semoga komunitas ini dapat meningkatkan semangat penderita kanker payudara dalam berjibaku melawan penyakitnya. Bukan untuk sebuah kata menyerah ataupun tunduk pada sel - sel yang mematikan. Justru, untuk hidup yang lebih berwarna, bermakna, dan bermanfaat bagi orang lain. 

Dok. Pribadi. Pembentukan Komunitas Kanker Payudara Lampung, 27/5/16


Rindu Perjuangan

Apa yang kalian lakukan ketika merindu? #uhuk. Maafkan, mungkin kalimat pembukanya sedikit menyebalkan. Sudahlah tak perlu dibahas, setidaknya itu yang kira - kira aku rasakan, rindu berkumpul dengan pemuda pemudi untuk menciptakan suatu karya demi negeri. Lebay ya kedengarannya? Serius! Hehe. 

Bermula dari organisasi kemahasiswaan di kampus yang menghantarkanku pada sesuatu yang bernama rindu atau mungkin candu. Ah entahlah apa namanya yang jelas hari ini kerinduan itu tertunaikan. Alhamdulillah hari ini aku dan adik adik dari kedokteran Universitas Lampung bisa berkolaborasi menyukseskan agenda tahunan BEM Universitas Lampung, desa binaan.

Agenda desa binaan ini terdiri dari setidaknya 7 rangkaian acara yang dilaksanakan selama 2 minggu. Hari ini, 31 Januari 2015 memasuki rangkaian kegiatan yang kedua, berupa penyuluhan pendidikan, penyuluhan pertanian, penyuluhan kesehatan, serta pengobatan gratis. Kegiatan yang diselenggarakan di desa Suka Harum, kelurahan Batu Putuk, kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar Lampung ini melibatkan warga desa dan dihadiri ketua KNFI Dinas Pendidikan, Drs. Doan Irawan dan Kasi Dikmas, Nurmansyah, MM.

Dok. Pribadi

Agenda kesehatan dimulai sekitar pukul 11.00 hingga pukul 14.30 WIB, terdiri dari pengobatan dan penyuluhan mengenai DM dan hipertensi oleh adik-adik angkatan 2014.

Sebagian penduduk di sini masih menggunakan bahasa sunda dalam kesehariannya. Misalnya lieur artinya pusing. Apa lagi ya..yang aku ingat cuma 1 kosakata itu.. -_-"

Dok. Pribadi

Ada seorang anak namanya adik E**N, adik ini terus saja mengikuti aku dan dr. Ryan Falamy saat kami periksa pasien. Ternyata dia lagi pilek, hidungnya terus meler. Ditawari makan, menolak. Ditawari minum, juga enggan. Ditanya kelas berapa, jawab sekenanya, kelas 1 ujarnya. Cita - citanya kelak mau jadi apa, senyum - senyum aja. Terus saat ditawari mau obat sirup buat idungnya? Kegirangan dia segera membawa sirup itu dan berlari menuju ibunda. Selang beberapa menit, dia kembali lagi muncul di hadapan kami dan memberitahukan bahwa obatnya sudah dia minum satu sendok. Alhamdulillah, semoga lekas sembuh ya dik..

Kegiatan hari ini ditutup dengan poto bersama adik-adik dan dengan pose lambang perjuangan, yaitu "Hidup Mahasiswa!" Anchor ini yang menjadi obat rindu perjuangan.

Teruslah berkarya ya adik - adik, semoga menjadi pecutan diri ini agar tetap memompa semangat berbagi kepada orang di sekitar kita. Semangat pemuda Indonesia! ✊😊

Soft Launching Yayasan Rabiah

Terkadang ada satu kejenuhan ketika kita melakukan rutinitas yang itu - itu saja. Setiap hari disibukkan dengan kerja yang menjadi suatu "kebiasaan". Mungkin yang menjadikan kita bernilai bukan berapa banyak materi yang kita kumpulkan dari pekerjaan kita, tapi berapa banyak nilai yang bisa kita bagi untuk orang sekitar. "Collect moments, not things".

Ya, kita perlu sesekali rehat sejenak dari rutinitas untuk sekedar melihat sekeliling, berbagi senyuman dan kebermanfaatan untuk mereka yang membutuhkan. Inilah setidaknya yang menjadi salah satu tujuan didirikannya Yayasan Rabiah. Yayasan yang memiliki berbagai rancangan kegiatan sosial, terdiri dari berbagai unsur latar belakang pendidikan dan berbagai usia, namun dengan satu tujuan, Lillahita'ala.

Persiapan soft launching yayasan ini sudah sekitar satu bulan lamanya. Dan Alhamdulillah dapat dilaksanakan dengan baik hari itu, Sabtu, 19 Desember 2015. Rangkaian kegiatan tersebut diantaranya adalah santunan anak yatim dan dhuafa, pos kesehatan, cek gula darah, kolesterol, asam urat, cek golongan darah, serta sunatan massal yang diikuti sebanyak 33 orang anak. Yang aku ingat pesan dari ketua pelaksananya, Sulaiman, "Semoga acara hari ini bisa memberi manfaat untuk orang banyak dan berjalan lancar, tetapi yang terpenting adalah prosesnya. Proses ini dari kita, milik kita, dan untuk kita. Ini yang memberikan kita pelajaran dan proses ini pula yang semoga menjadi amalan baik kita kelak di akhirat." InsyaAlloh. Aamiin.

Dok. Pribadi
Bersama dr. Bintang, Sp.B(K) Onk dan keluarga besar Yayasan Rabiah

Dok. Pribadi. Wefie~

Untuk kegiatan sirkumsisi kali ini terdiri dari 5 tim sirkumsisi. Masing-masing tim terdiri dari 3 orang. Aku didampingi Nindri dan Rania. Adik - adik yang lain juga banyak sekali membantu. Jazakumullah khoiran ya dik :)

Yang menarik untuk sirkumsisi kali ini adalah kami bisa memfollow up pasien - pasien yang sudah disirkumsisi. Setelah 3 hari dikhitan, adik - adik ini dapat kontrol kembali di klinik Harapan. Jadwal aku untuk kontrol adik - adik ini adalah Selasa sore, 3 hari post sirkum. Sementara Shinta berjadwal esok harinya, Rabu pagi.

Selasa sore itu ada 10 orang yang kontrol dengan diantar orang tua, ada pula yang ditemani kakeknya. Dengan didampingi adik - adik kece calon dokter Karimah dan Laras, kami mengecek keadaan bekas luka khitan adik-adik. Sebagian besar luka khitan sembuh dengan baik. Sebagian ada yang kain kassanya lengket. Untuk kain kassa yang sudah lengket dan sulit dilepas, semprot perlahan kassanya dengan Spuit 3cc yang diisi Nacl, semprot agar kassa yang membalut lukanya menjadi basah dan gampang untuk dibuka. 

Atau bisa juga dengan menggunakan serbuk PK yang berisi Kalium Permanganas. Penggunaan serbuk PK ini diencerkan 1:10.000. Cukup 1 ujung sendok saja serbuk PK, dilarutkan dengan air dalam baskom kecil sampai warnanya menjadi ungu muda. Jangan terlalu kental atau pekat. Penting juga untuk memerhatikan warna larutan PK ini, warna ungu muda artinya larutan PK masih baik untuk digunakan. Namun jika larutan PK sudah terkontaminasi atau sudah terlalu lama di udara, maka larutan akan berubah warna menjadi merah. Artinya larutannya sudah teroksidasi dan kurang baik jika digunakan. Oleh karena itu, larutkan saja serbuk PK secukupnya, jangan sampai mubazir larutannya. Simpan serbuk PK dalam keadaan kering suhu ruang dan kondisi botol tertutup rapat.

Cairan PK ini berfungsi sebagai cairan antiseptik untuk pembersihan luka paska sirkumsisi. Harga 1 botol kecil serbuk PK pun relatif sangat murah sekitar Rp4.500,- saja. Bisa digunakan untuk lebih dari 10 orang. Namun di apotek - apotek, serbuk PK sudah mulai jarang tersedia. Tapi di puskesmas, atau di apotek yang menjual obat - obatan generik, PK dapat dengan mudah didapatkan.

Oh ya, ada fakta menarik berdasarkan pengalaman pasien yang kontrol luka sirkumsisi. Pasien - pasien yang disirkumsisi atau dikhitan dengan menggunakan metode manual dorsumsisi memiliki waktu penyembuhan luka yang lebih cepat dibandingkan dengan khitan menggunakan kauter atau laser. Karena dengan kauter maka luka yang dihasilkan adalah luka bakar, sehingga waktu untuk penyembuhan lukanya lebih lama. 

Setelah selesai dikhitan, ada dokter  yang membalut luka khitannya dengan kassa, ada pula yang membiarkan lukanya diolesi salep antibiotik saja tanpa dibalut kassa. Asal pasien bisa menjaga kebersihan lukanya sendiri selama di rumah dengan baik, sebenarnya tidak masalah jika tidak dibalut dengan kassa. Justru malah luka khitan lebih cepat kering dan pasien tidak perlu merasakan nyeri ketika kassa dibuka saat kontrol 3 hari. 

Selama di rumah, adik - adik yang dikhitan umumnya menggunakan sarung agar lebih mudah dan leluasa ketika berjalan atau bergerak. Namun kini seiring kretivitas manusia yang meningkat, maka beraneka ragam pula kreativitas orang tua. Selain sarung yang sudah konvensional, saat ini sudah ada ada celana dalam khitan yang mirip masker asap bentuknya, hehe. Celana dalam khitan ini harganya sekitar Rp25.000,-.

Ada pula yang menggunakan "besek" nasi untuk melindungi kemaluan anaknya. Besek nasi yang berbentuk keranjang yang berlubang - lubang dan terbuat dari plastik ini cukup ampuh dan kreatif digunakan untuk pelindung kemaluan yang baru dikhitan. Harganya pun murah, kurang dari Rp5.000,- atau bahkan gratis jika ibu - ibu punya bekas besek yang sudah tidak terpakai. Hehe. Bagian tepi besek dilubangi di kedua sisinya, kemudian dipasangkan tali dan diikatkan di pinggang. Keranjang besek akan dengan kokoh mencegah gesekan dan menahan dari benturan di sekeliling. Super deh idenya! :D

Dok. Pribadi. Ini perisainya :")

Pasien-pasien yang sudah dikhitan juga tidak memiliki pantangan makan. Banyak orang mengira mereka yang sudah dikhitan tidak boleh makan telur, tidak boleh makan ikan, atau yang bahaya ada pula yang bilang tidak boleh makan. *hehe bercanda. Ini tidak tepat. Yang benar adalah semua adik - adik yang sudah dikhitan boleh makan apa saja, seperti telur, daging, tahu, tempe, ataupun oncom. Makanlah yang mengandung tinggi protein, justru zat gizi itulah yang dibutuhkan tubuh agar penyembuhan luka khitan lebih cepat dan lebih baik. Sepakat ya? Jadi mulai sekarang, adik-adik mintalah dimasaki ayam opor atau semur telur lezat oleh ibu kalian ya jika sudah disunat...hehe. ^^v




HUT TNI AL

Beberapa minggu belakangan kami mempersiapkan kegiatan soft launching Yayasan Rabiah yang dijadwalkan pada 19 Desember 2015. Rangkaian kegiatannya terdiri dari pemeriksaan kesehatan, santunan yatim, pemeriksaan golongan darah, khitanan massal, dan donor darah.

Jadilah siang itu aku menuju kantor Palang Merah Indonesia Bandar Lampung yang letaknya bersebelahan dengan RS Umum Abdul Muluk Badar Lampung. Setelah menemui dan menjelaskan rencana kegiatan kami kepada pihak PMI, aku pun akhirnya sepakat untuk kembali menemui mereka esok hari jika kegiatan donor darah jadi dilaksanakan.

Keluar dari ruangan pertemuan, aku duduk di ruang tunggu PMI dan berbincang dengan seorang bapak yang cukup ramah. Bapak Anton namanya, ia seorang perawat bedah di TNI AL, Panjang, Bandar Lampung. Di PMI ia adalah ketua komunitas donor darah. Tepat seminggu sebelum baksos kami di yayasan, kebetulan TNI AL berencana mengadakan bakti sosial sirkumsisi. Jadilah akhirnya aku menawarkan diri buat minta "diajarkan" beliau. Alhamdulillah bapak Anton dan komandannya cukup ramah menerima kami, orang luar yang mau turut serta.

Bapak Anton ini sudah ribuan kali menyunat. Sering sekali baksos di luar kota, di pulau - pulau kecil dalam rangka penugasan dari angkatan laut. Ini menjadi kesempatan belajar dari yang berpengalaman. Ini yang pepatah bilang, "Kalah bisa oleh biasa".

Akhirnya, Minggu, tanggal 13 Desember 2015 aku dan Andre yang juga satu almamater denganku bergegas datang ke Panjang, di balai kesehatan TNI AL. Di sana kami sudah dinanti oleh dua orang dokter. Seorang dokter gigi Debora, dokter militer TNI AL, dan seorang lagi dokter RS Imanuel, dokter Firhat yang ternyata adalah suami dokter Debora.

Perjalanan kami berempat pagi itu dimulai sekitar pukul 06.15 menuju pantai Klara menggunakan kendaraan darat. Sementara rombongan TNI dan petugas kesehatan lain sudah berangkat terlebih dulu sebelum kami. Hampir 1 jam perjalanan menuju lokasi. Andre yang nampaknya berminat untuk mengikuti jejak dokter gigi Debora untuk mendaftar dokmil nampak antusias menanyakan pengalaman beliau selama pendidikan. Tak disia - siakan kesempatan ini untuk kami bersilaturahim dengan mereka yang lebih berpengalaman. Yang kuingat pesan dokter Debora, menjadi seorang dokter militer adalah panggilan jiwa, niatkan karena pengabdian untuk negeri. Karena jika kalian berharap materi, kalian akan kecewa, jadilah saja pengusaha atau karier yang lainnya. Karena ketika kamu memutuskan untuk terlibat di sini, maka kalian harus siap untuk konsekuensi yang akan dihadapi."

Setelah tiba di lokasi, kami berkenalan dengan petugas kesehatan dari TNI AL, termasuk dokter Sobirin dan keluarga besar TNI AL. Sangat ramah penyambutannya kepada kami yang merupakan 'orang luar'. Acara pun sudah disiapkan secara matang, ada pengobatan massal, sirkumsisi, pramuka pelajar sekolah menengah, dan berbagai rangkaian kegiatan lainnya.

Dok. Pribadi. Sunat in action hehe
Dok. Pribadi. Dapur khitan 
Dok. Pribadi. Pantai Klara
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi. Bersama Komandan dan Tim Kesehatan 
Dok. Pribadi. HUT TNI AL ke-70

Alhamdulillah rangkaian acara selesai sekitar pukul 13.00. Dilanjutkan dengan poto bersama dan makan siang. Terima kasih atas kesempatan belajarnya ya pak Komandan dan segenap tim kesehatan..kami siap untuk dilibatkan kembali dalam agenda - agenda lainnya. *Sungkem* 

Dialog Kemuslimahan

Apa motivasi kak Azhar buat nulis buku? Tanya seorang peserta. Motivasi saya mah ga muluk - muluk. Ingin merubah dunia, atau ingin memajukan bangsa, hehe. Jelas, itu tujuan jangka panjangnya. Kemudian ia kembali menjelaskan, terkadang kita tidak perlu motivasi yang besar untuk menyelesaikan sebuah karya. Simple saja. Justru dari hal simple itulah kita termotivasi dalam berbuat sesuatu. "Untuk melamar mba di samping saya", ucapnya sembari melirik wanita yang duduk di sebelahnya yang kini sudah menjadi istrinya. Haha.. menohok! Setuju.. terkadang motivasi internal itulah yang kemudian menjadi lecutan semangat buat kita hehe.

Hari ini 6 Desember 2014 kami diberi kesempatan untuk berbagi mengenai muslimah yang cerdas, cantik, dan sehat. Lokasinya di Fakultas  Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung. Mmm.. semacam ngobrol - ngobrol ringan saling berbagi cerita. Seru, justru saya yang merasa mendapat ilmu banyak dari orang - orang di sebelahku.. terima kasih yaa😊

Ada Azhar Nurun Ala dan istri, Vidia Nuarusta, ibu dosen FEB, Bunda Reni. Bincang - bincang dipandu oleh Master of Ceremony cantik, bernama Dian. Ternyata, Dian ini adik tingkat saya waktu SMP. Hehe. Alhamdulillah bisa silaturahim lagi.

Yang menarik adalah suatu perandaian yang diungkapkan oleh Bunda Reni. Pernah menyapu dengan menggunakan sapu lidi? Tentu pernah. Sapu lidi milik kita awalnya lumayan tebal, banyak dan masih panjang lidinya. Pernah sadar tidak, lama kelamaan sapu lidi kita menjadi semakin tipis, rontok, juga rapuh. Ya, entah kapan lidi - lidi itu lepas satu per satu dari ikatannya. Bisa hitungan hari ia rontok, bisa juga minggu, bahkan bulan. Begitupun dengan kadar keimanan kita. Mungkin kita pernah merasa aman. Ah aku sudah tenang, amalku "rasanya" sudah maksimal. Tapi tentu tanpa kita sadari perlahan iman mulai melemah. Jadinya, "tahu - tahu". Ya, ntah bagaimana ceritanya, "tahu-tahu" sholat kita mepet waktunya, "tahu-tahu" tilawah kita jadi ngebut, "tahu-tahu" thahajud atau dhuha kita bolong - bolong. Sering terjadi tanpa kita sadari. Itulah mengapa alasannya kenapa keimanan butuh untuk selalu di "charge", butuh untuk terus dikuatkan terus menerus, setiap waktu. 

Dok. pribadi 


Selesai acara kami bisa mengobrol banyak dengan Azhar dan mba Vidia, juga Bunda Reni. Novel karyanya juga sudah rampung kubaca, judulnya Tuhan Maha Romantis. Lagu yang sepaket dan sejudul dengan novel nya pun sudah tak asing di telinga. Penyanyi lagunya baru menikah dengan sahabat ukhtina sholeha, sejawat satu angkatanku, Henov dan Wika.. hehe. Kuasa Alloh memang yang mempersatukan. 

Sebelum berpamitan dengan panitia, aku mendapat sebuah buku dari pasutri ini, buku seri non fiksi dari novel yang sebelumnya, berjudul "Cinta adalah Perlawanan".. Alhamdulillah😊

Di akhir acara, giliran Nurul adik tingkatku di FK Unila angkatan 2014 untuk berbagi. Adik satu ini permah menempuh pendidikan kedokteran di Jerman dan akhirnya pindah ke Indonesia dan menulis buku. Ia sudah merampungkan beberapa bukunya bersama rekan - rekannya. Judulnya kalau tidak salah, "Shaleha is My Way". 

Pada dasarnya, setiap kita punya suatu hal untuk dibagi. Terlepas dari apapun profesi kita. Toh, senyum kepada sesama saja sudah menjadi sedekah kita, bukan begitu? 😊








The Hippocratic Oath~


Alhamdulillah hari itu, Rabu 5 Agustus 2015 menjadi hari sumpah dokter ini diikrarkan dihadapan Rabb pencipta serta di hadapan kedua orang tua kami beserta guru dan sahabat yang hadir. 62 orang dokter baru telah melafaskan sumpahnya dengan mantap. Semoga akan kami ingat selalu dan resapi maknanya. Bahwa memang ini adalah amanah yang patut kami pertanggungjawabkan, bukan menjadi sebuah kebanggaan apalagi kesombongan, tetapi menjadi pecutan untuk diri agar senantiasa mensyukuri karunia yang telah Alloh beri.

Layaknya resepsi pernikahan, bukan seberapa mewahnya acara, apalagi mahal dan glamour-nya sandang yang dikenakan, tetapi lebih kepada pembuktian kami kepada orang tua, persembahan kami untuk keluarga bahwa inilah bukti perjuangan kami. Bukti cinta kami kepada kedua orang tua yang telah bersusah payah membesarkan, dengan peluh dan cucuran air mata terus mendoakan yang terbaik untuk putra putrinya, dengan sabar senantiasa memberikan pelajaran terbaik melalui pendidikan formal informal yang memakan biaya tak sedikit.

Haru. Haru ketika menyadari bahwa perjuangan ini belumlah usai. Perjuangan ini bukanlah akhir, melainkan awal untuk mulai berkarya, memberikan pengabdian kepada orang tua, keluarga, profesi, bahkan negeri. 

Yang hebat bukan kami, jelas, tentu! Yang luar biasa adalah orang - orang di sekeliling kami, kedua orang tua yang telah melahirkan, guru - guru yang memberikan ilmu dan pengajaran, sahabat - sahabat yang senantiasa menyemangati, serta orang - orang sholih yang senantiasa mendoakan. Ada lagi yang terhebat, Rabb yang Maha Lembut dan Maha Penyayang...

Kami benar - benar kuat karena ada yang menguatkan..
Tiada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Alloh semata.  
"لاَحَوْلَ وَلاَ قوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ "

Oke...perjuangan ini terus dimulai, karena sejatinya kita diciptakan untuk berjuang, bukan untuk mengeluh apalagi menyerah. Berbuatlah sesuatu yang bisa kita lakukan, lakukanlah dengan hati semoga kelak Alloh ridhoi apa - apa yang kita kerjakan dan Alloh kumpulkan kita kembali di syurga bersama orang - orang yang kita cinta.. :') Aamiin Yaa Rabbal 'Alamiin.

Sunat, Siapa Berani?

Siapa adik - adik di sini yang belum sunat? Wah..pasti diantara kalian ada yang sudah dan tentu ada juga yang belum bersunat. Coba jawab dengan jujur.. Untuk yang belum sunat, kenapa hayo udah gede tapi belum berani sunat..hehe.

Iya deh, mungkin alasan adik - adik bisa beragam ya. Mungkin ada yang malas, berpikir "Ah ngapain, ga ada gunanya", ntar aja deh pas udah SMA, takut disuntik, takut dipotong, atau mungkin takut sama dokternya. Hehe tenang - tenang. Saya punya beberapa kabar baik....

1. Sunat itu perintah Allah
Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah saw bersada,

اَلْفِطْرَةُ خَمْسٌ: اَلْخِتَانُ  وَاْلاِسْتِحْدَادُ وَقَصُّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيْمُ اْلاَظْفَارِ وَنَتْفُ اْلاِبْطِ

"Fithrah ada lima, yaitu khitan, mencukur bulu yang tumbuh di sekitar kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak"

2. Sunat itu dilakukan boleh usia berapapun, tapi tak ada salah nya toh disegerakan
Dari Harb bin Ismail  berkata, Rasulullah saw bersabda,

مَنْ اَسْلَمَ فَلْيَخْتَتِنْ وَاِنْ كَانَ كَبِيْرًا
“Barangsiapa yang masuk Islam hendaklah ia berkhitan walaupun sudah berusia tua"

Tapi ketika kita melakukan kebaikan dengan bersegera, bukankah itu jauh lebih baik? Semakin cepat kamu memulai maka kebaikan pun akan segera datang kepadamu. Ya, kebaikan akan berbalas kebaikan.

3. Sunat itu menjaga kebersihan dan kesucian
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri " (QS al Baqarah : 222)

Anatomi alat kelamin laki- laki diibaratkan topi. Saat buang air kecil, ada sisa - sisa air urin yang tertampung di situ (smegma). Nah smegma inilah kemudian yang mengandung bakteri yang terkumpul dalam topi tersebut. Dengan khitan yang mengandung makna kesucian, maka kebersihan alat kelamin bisa terjaga. 

4. Sunat itu mencegah dari berbagai penyakit
Ngomong - ngomong soal penyakit, sepertinya saya mulai dengan penjelasan sederhana. Kulit kemaluan laki - laki atau dalam bahasa kedokteran disebut preputium merupakan kulit yang akan dibuang saat dikhitan. Metodenya bermacam - macam, salah satunya adalah sirkumsisi. Prosedur pembuangan sebagian kulit penis atau khitan inilah kemudian menarik perhatian para peneliti dunia. 

Ini referensi teranyar yang publish pada 5 Mei 2015 mengenai hubungan sirkumsisi dengan resiko HIV article research (meta analysis). Penelitian ini adalah meta analisis yaitu hasil dari pembandingan seluruh research (penelitian) dunia yang berkaitan, kemudian disusun menjadi sebuah jurnal penelitian. Kesimpulannya, dikatakan bahwa sirkumsisi atau khitan pada laki - laki secara signifikan dapat melindungi laki - laki dari penularan HIV pada level populasi. Ada ratusan atau bahkan lebih literatur lain yang menguatkan. So, masihkah ada keraguan di hati untuk melakukan sirkumsisi?

Nah, pada 9 Mei 2015 lalu, ada 204 orang adik - adik sudah berkhitan dalam rangka khitanan massal di Universitas Darmajaya, Bandar Lampung. Mereka datang dari berbagai daerah di Lampung. Acara ini diadakan dalam rangka Bakti Sosial Bank BJB bersama PKPU Lampung.


dok. pribadi. Khitanan Massal Bank BJB bersama PKPU

Aktivitas di ruangan ini cukup padat, dengan 10 kamar khitan dan 65 petugas medis terdiri dari perawat, dokter, dan mahasiswa Keperawatan Poltekkes. Mengenai kegaduhannya jangan ditanya, ruangannya ramai dengan suara jeritan adik - adik. Tapi jangan takut dulu ya adik - adik, mereka nangis bukan karena sakit lho, tapi karena minta dibelikan es krim pada orang tuanya (hehe: peace). 

Ini serius ! Hehe. Begini, adik -adik. Dikhitan itu dibius dulu sebelum pengerjaannya, jadi adik - adik ngga perlu takut. Rasa pembiusan seperti digigit semut. Setelah itu, adik - adik tinggal baca surat - surat pendek yang adik hapal. Al Fatihah misalnya, boleh dibaca kuat - kuat boleh juga berbisik, asal tenang. Nah, rata-rata pengerjaannya 15 - 30 menit biasanya adik - adik sudah bisa tersenyum bahagia karena khitannya sudah selesai. :)


dok. pribadi. Adik ini hebat, tenang sekali waktu dikhitan ^^ Good Job!
Bersama Budi, Keperawatan Poltekkes

Semoga saat ini adik - adik jadi mantap untuk segera berkhitan ya.. Ingat selain alasan kesehatan ada alasan utama kalian untuk berkhitan, yaitu mengikuti anjuran Allah dan Rasullullah. Semangat ya Dik! :)

Berlibur #1 - Ambil Kesempatan

Apa yang bisa kita lakukan saat waktu libur tiba? Berlibur, jalan - jalan, nonton, makan - makan, atau malah memutuskan untuk tidur seharian. It's your choice, but I have to make a decision...

Sebenarnya waktu ini bisa dibilang adalah waktuku untuk menunggu tiba giliran ujian kompetensi. Ada sekitar 3 bulan hingga ujian komptensi tiba di bulan Februari. Sebagian bisa memutuskan berlibur, sebelum fokus untuk belajar 1 sampai 2 bulan sebelum ujian. Ada yang merencanakan traveling ke daerah tertentu, ada yang mau mondok 1 bulan di ponpesnya Ust. Yusuf Mansur, atau ada juga yang jalan - jalan ke Negeri Singa. Aku? 

Sebenarnya tipikal ku adalah orang yang spontan, jarang sekali merunut secara rici apa yang akan aku lakukan hari per harinya. Kurang baik memang, tapi biarlah aku perbaiki perlahan. Apalagi liburan kali ini memang tidak direncanakan sama sekali, tapi untuk apa disesali, toh kegagalan kali ini adalah keberhasilan yang tertunda? :') Mari tetap berjuang.

Awal liburan lalu aku sempat membenahi susunan kamar kos yang mulai tak beraturan, menata ulang buku - buku dan kertas - kertas bekas tugas selama perkuliahan dan perkoasan. Aku pilah agar rapi dan siap dipelajari kembali untuk persiapan ujian kompetensi. Dan....tara..? kutemukan kembali dream book yang hampir lusuh berdebu. :") Ada targetan hidup yang masih banyak belum tercapai, tapi Alloh selalu punya rencana indah untuk hamba-Nya, dan aku percaya.

Peluang akan datang di saat yang tidak kita duga. kala itu ada seorang senior yang menghubungiku untuk menggantikannya menjaga sebuah klinik swasta di Bandar Lampung. Setelah bertanya dan minta wejangan mengenai apa yang harus dan apa yang tidak boleh aku lakukan (semacam wangsit begitu), akhirnya aku terima tawaran itu. Percaya tidak? Aku sudah datang setengah jam sebelum jadwal jaga, tapi aku hampir 3 kali bolak - balik pintu masuk karena ragu untuk masuk ke dalam klinik. Entahlah, semoga tidak ada yang memperhatikanku saat itu, hehe. 1 menit sebelum jadwal jaga aku harus masuk ke dalam, dan siap bertugas! :D Apa hikmahnya? Mental dan kepercayaan diri memang harus dilatih.

Tanggung jawab hari itu tuntas, alhamdulillah berjalan lancar. Benar - benar mandiri, kalau saat koas kita punya senior atau konsulen untuk tempat kita bertanya. Kali ini kitalah decision maker,  jadi memang benar adanya bahwa belajar sepanjang hayat itu adalah mutlak.

Hari - hari berikutnya, aku mulai membangun kepercayaan diri dan terus belajar mengupgrade ilmu. Orang - orang apotek, perawat, dan laboran tak sungkan untuk menjawab pertanyaan - pertanyaan ku, hehe. Ya, meski usia kita tak terlampau jauh, toh kami tetap bisa membangun rasa kekeluargaan itu. Tujuan kita sama 1, pasien sehat.

Jangan sekali - kali bercita menjadi pelaut handal, kalau tak siap akan ombak yang menerjang. Kira - kira begitu pribahasa yang aku pelajari dulu ketika duduk di bangku sekolah dasar. Nah, jangan harap perjalanan kita selalu mulus, pasti ada saja tantangan yang mesti dihadapi. Benar saja, mulai nyaman jaga di klinik yang pasiennya dewasa dan anak kategori tenang (tanpa stressor kerja), aku ditawari tanggung jawab lain. Dari klinik menjadi dokter jaga rumah sakit...

Ah, kali ini rumah sakit dengan interaksi kerja berbagai profesi dan beberapa dokter. Bertingkat, mulai dari bidan, perawat, dokter umum, dan dokter spesialis, ada dokter spesialis anak, spesialis anestesi, juga dokter spesialis kandungan. Ada beberapa juga yang merupakan dokter pengajarku ketika koas dulu. :') Oke, setelah dipikirkan matang - matang, kesempatan datang hanya untuk orang yang menyambutnya, bismillah.

Ternyata ketegangan itu memang benar ada, tapi mencoba atur napas, bertindak sesuai SOP yang ada, dan taraaa.....musnah seketika setelah bertemu dengan adik - adik lucu ini..

dok.pribadi. Ruang Perinatologi RSIA

dok.pribadi. Ruang Perinatologi RSIA

Ya, adik - adik lucu ini mengingatkanku kembali bahwa niatku tulus untuk membantu mereka, bekerja sesuai dengan kompetensi yang ada. Mungkin memang belumlah mumpuni ilmu yang ada, tapi dengan mereka, aku jadi tahu apa yang mesti aku benahi, apa yang mesti aku pelajari kembali. Doakan kakakmu ini ya dik, kelak bisa belajar sebaik mungkin agar bisa menjadi dokter umum yang baik dan bisa melanjutkan sekolah kembali menjadi seorang Pediatrician. >>Aamiin<<


Video perjuangan mereka begitu menginspirasi:

Ngilmu di Hari Minggu

Minggu, 15 Juni 2014, Bandar Lampung pagi ini diguyur hujan. Hari ini ada agenda ngilmu di Bambu Kuning Square bersama Mb Tya dan Elis. Family Entertraining, Muhammad Teladanku (FEMT 2014). Gerimis ini tidak menghalangi kami untuk berangkat. Tiba di lokasi, kami kemudian segera registrasi dan mengambil seminar kit, kemudian siap untuk "ngilmu".

Masuk balai, disambut dengan lantunan shalawat nabi. Subhanallah, cuma satu kata. Sejuk..! :') Kemudian master of ceremony membuka acara, dilanjutkan dengaan tilawah Al-Qur'an. Acara FEMT 2014 ini merupakan pagelaran yang mengenalkan keteladanan sosok Rasullullah SAW kepada keluarga Indonesia. Pagelaran ini dikemas secara apik dalam bentuk perpaduan antara multimedia, mnolog, teatrikal dan lagu.

Pagelaran ini dimeriahkan oleh Bunda Kurnia Widhiatuti, praktisi parenting dan ustadzah di instansi dan perkantoran; Bunda Neno Warisman, aktivis pendidikan dan pemerhati masalah anak; Kang Nugie Al Afghani, entertrainer religi dan IIBF Business Coach, Munsyid Harry BPM, dan Cahya Ruwanda.

dok. pribadi. Family Entertraining-Muhammad Teladanku
dok.pribadi peserta FEMT Bandar Lampung
Indonesia, negara dengan ummat Muslim terbanyak di dunia, menjadi salah satu potret kehidupan Muslim saat ini. Potret kehidupan di mana pemberitaan di media massa didominasi oleh kasus - kasus korupsi, phedopilia, kasus pelegalan prostitusi, serta adu argumen bercampur prasangka mengenai sosok calon pemimpin bangsa. Lelah rasanya, kita sebagai penikmat berita. Nampaknya kita sudah jauh dari gambaran ideal sosok teladan, Rasullullah SAW.

Gambaran akhlak Rasulullah-lah yang mestinya ada dalam keseharian kita. Dari mana kita memulainya? Bila kita sungguh - sungguh memperbaiki akhlak kita, keluarga kita, masyarakat kita, bangsa kita. InsyaAllah mimpi kita untuk menjadikan bangsa ini menjadi hebat akan tercapai. Man Jadda Wajada.

Mari kita renungkan, sudah seberapa jauh kita mengenal Beliau? Sudah berapa banyak kita mengenal perjalanan hidup atau sirah Beliau? Atau berapa banyak sunnah Beliau yang sudah kita terapkan? :"( Belum terlambat untuk kita terus berbenah. Tak ada yang instan, semua membutuhkan niat lurus dan usaha. Baiknya memang kita niatkan untuk terus belajar, merenungkan perjalanan hidup Rasullullah SAW. Betapa Beliau sejak masih bayi hingga menjelang dewasa, hidupnya dipenuhi dengan hikmah dan pencapaian yang luar biasa. Betapa Allah SWT telah menyiapkan Beliau dengan sempurna tahap - tahap kehidupannya yang begitu memikat, sebagai persiapan Beliau sebelum diangkat menjadi utusan dan pemimpin umat.

Namanya Muhammad bin Abdullah. Ia adalah keturunan Ismail bin Ibrahim, dua orang utusan Allah yang membangun tempat suci di Mekah, Kakbah. Ibunya bernama Aminah binti Wahab. Ia adalah jawaban Allah atas doa Nabi Ibrahim yang berharap agar keturunannnya juga diutus sebagia nabi dan rasul.

Ketika Rasullulllah menerima wahyu untuknya pertama kali, Beliau tak pernah menyangka dirinya yang dulu adalah seorang penggembala ternak milik tetangganya ternyata menjadi manusia pilihan Allah sebagai Rasul terakhir yang kemudian mengemban tugas besar untuk membimbing ummat manusia menuju jalan yang diridhai Allah SWT.

"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-mulah yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS Al-'Alaq (96):1-5) "

Dialah Muhammad SAW, sang utusan Allah. Desah napasnya adalah kasih sayang yang tak terhingga untuk kita. Desir nadinya menjadi harapan yang membuncah agar kita menapaki jalan yang telah Beliau contohkan. Sabdanya adalah cahaya yang menerangi malam - malam kita. Akhlaknya adalah teladan yang mengantar kita menuju pintu kebahagiaan.

Adakah hati kita tergerak untuk mengikuti jalannya?

dok. pribadi. Bersama Bunda Neno Warisman

dok. pribadi Bunda Kurnia Widhiatuti


Tentang Pesta Demokrasi

Sumber: dok. pribadi
Kurang lebih 1 minggu yang lalu, 9 April 2014 menjadi hari pesta demokrasi bagi bangsa Indonesia. Banyak yang menggunakan hak pilihnya, tak sedikit pula yang enggan menggunakan hak pilihnya. Sebagian bersemangat menggunakan hak pilihnya untuk memilih pemimpin mereka, sebagian ada yang memilih menjadi golongan putih (golput), atau bahkan tetap memilih namun dengan merusak surat suara agar surat suaranya tidak disalahgunakan. :") Asal kita saling menghargai, it's ok.

Mungkin sebagian kita sudah pernah mendengar filsafat Jerman, Bertolt Brecht
Sumber: http://alwaysquestionauthority.com

Menarik, kurang lebih artinya begini..
"Buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa, dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional." - Bertolt Brecht (Penyair Jerman).

Fenomena mengutuk politik ini marak terdengar akhir - akhir ini. Namun dengan kerendahan hati, izinkan saya mengulas dari sedikit yang saya tahu.

Saladin (dalam ejaan bahasa Arab: Shalahuddin Yusuf bin Ayyub), Sultan Mesir dan Suriah pada tahun 1187 menyerang kerajaan tentara Salib, adalah pemimpin muslim yang paling dikenal di Barat. Beliau memiliki reputasi yang baik di mata kawan dan lawan, bukan karena keahlian militernya tetapi juga karena integritas, kesopanan, dan sifat ksatria. Saladin menjadi salah satu teladan pemimpin Muslim ideal.

Suatu hari, Saladin akan memeriksa seluruh pasukan dari ujung sayap kanan ke ujung sayap kiri, menciptakan rasa persatuan dan mendorong mereka agar maju dan berdiri tegak pada waktu yang tepat. Jika pasukannya sudah bertarung dengan pasukan musuh, Saladin akan berkuda sepanjang barisan pasukannya, di tengah hujan panah, hanya ditemani seorang pembantu yang membawakan kuda cadangan. Bisa kita perhatikan bahwa Saladin berada di daerah berbahaya, namun ia menghindari mengadu nyawa sia - sia dengan bertarung langsung. Itu bukan tugas seorang Jendral. Dengan berada di tengah - tengah prajurit, Saladin membuat prajurit - prajuritnya mantap lagi tenang. Keberadaanya menginspirasi, jendral yang meninggal tidak bisa melakukan itu.

Selama gencatan senjata dengan Pasukan Salib tahun 1191 dan 1192, Saladin juga melakukan penguatan terhadap pertahanan kota Yerussalem, yang oleh bangsa Arab disebut dengan Al-Quds, Kota Kudus. Saladin berkuda ke sana dari perkemahannya sebelum fajar, dan beliau tidak pulang hingga larut malam. Dia menghabiskan sebagian waktu malam untuk mengurus berkas- berkas. Pemimpin harus penuh energi! Dia mengawasi sendiri masalah pembangunan. Bahkan ikut mengangkut batu, dan semua orang, baik kaya dan miskin, mengikuti contohnya. Seperti Rasullulloh SAW, Saladin memimpin dari depan.

Tidak lama sebelum wafatnya, Saladin menulis surat yang berisi nasihat kepada putranya, yang akan diangkat menjadi gubernur pertama kali. Dari surat ini mampu menggambarkan falsafah kepemimpinan beliau, Saladin:

Hindari pertumpahan darah, karena darah yang tertumpah tidak pernah tenteram. Cobalah merebut hati rakyat, dan perhatikan kemaslahatan rakyat. Karena Engkau ditunjuk ALLAH dan aku untuk membahagiakan rakyat. Cobalah untuk merebut hati emir, menteri, dan bangasawan. Aku telah mencapai kedudukan yang tinggi, karena aku dapat merebut hati orang dengan kelembutan dan kebaikan.

Ketika Saladin meninggal, pada 3 Maret 1193 di Damaskus, tempat dia juga dimakamkan, tabibnya menulis:
"Semua orang berduka untuknya, seolah mereka menangisi kepergian seorang Nabi. Saya belum pernah melihat penguasa lain yang kematiaannya begitu menyedihkan rakyat, karena dia dicintai semua orang, Muslim  maupun kafir."

Perhaitkan  pula sudut pandang Ibnu Khaldun, Kitabul Ibar (Sejarah Alam Semesta). Mengenai orang - orang Badui penghuni gurun, Ibnu Khaldun punya pendapat. Di satu pihak Ibnu Khaldun menyebut mereka "Bangsa paling biadab di bumi, yang merampas dan merusak | kalau bisa tanpa perlu bertarung atau membahayakan diri." Di  lain pihak Ibnu Khaldun menulis, "Jelas orang Badui lebih dekat dengan kepada kebaikan daripada penduduk kota."

Itu yang menjadikan orang Badui bukanlah penduduk yang mudah dipimpin. Mereka tidak terbiasa dengan bekerja secara kelompok dan cenderung individualis. "Semua orang Badui mau menjadi pemimpin," tulis Ibnu Khaldun. "Hampir tidak seorangpun yang mau mengalihkan kekuasaan kepada orang lain, bahkan kepada ayah, kakak, atau anggota tertua keluarganya." 

Namun Ibnu Khaldun memperhatikan bagaiman Islam mempunyai kemampuan untuk mengubah sifat orang Badui yang kurang sopan, membanggakan diri, dan selalu ingin memimpin. Ketika agama hadir di tengah mereka, "Sifat sombong dan iri meninggalkan mereka". Meskipun begitu, anggota suku pengembara tetap memerlukan gaya kepemimpinan tertentu. "Pemimpin mereka perlu memperhatikan semangat kelompok yang diperlukan untuk mempertahankan diri. Oleh karena itu pemimpin Badui terpaksa memerintah mereka dengan lembut dan meilih menghindari memusuhi mereka. Kalau tidak, dia akan sulit menggalang semangat kelompok, sehingga dia sendiri berikut pengikutnya akan celaka."

Ibnu Khaldun menganggap bahwa memang terdapat kaidah dasar manusia, bahwa fitrah manusia itu menyukai bekerjasama. Yang penting bagi keberhasilan kerjasama adalah suatu yang disebut olehnya sebagai ashabiyah atau "Semangat kelompok". Kelompok yang memiliki ashabiyah yang kuat, dapat lebih unggul dibandingkan kelompok yang lain. Pemimpin yang bisa mengarahkan semangat kelompok sebaik mungkin, akan lebih dari pada saingan - saingannya, bahkan mampu membentuk dinasti dan negara baru.

Namun, menurut Ibnu Khaldun, sejarah menunjukkan bahwa keberhasilan akhirnya mendatangkan kemewahan dan kemerosotan dalam kehidupan menetap, ashabiyah melemah, dan dunia perkotaan menjadi terancam oleh bangsa - bangsa pengembara yang bisa menggalang ashabiyah  lebih kuat. Tidak diragukan lagi, perkara - perkara itu termasuk yang dibahas  Ibnu Khaldun dengan Timur, pemimpin laskar pengembara dan penghancur kota - kota. Jadi, sejarah kerajaan - kerajaan ibarat perputaran roda. Muqaddimah Ibnu Khaldun pada akhirnya menjadi refleksi tentang kekuasaan.

Seperti itulah, Ibnu Khladun memang menghubungkannya dengan kepemimpinan, tetapi beliau mengutamakan kelompok dan naik turunnya kekuasaan atau semangat, bukan pada sifat kepemimpinan pemimpin. Pemimpin tidak bisa tetap efektif kalau pengikutnya sudah kehilangan ashabiyah. Bisa kita pahami, bisa saja kita membesar - besarkan peran satu atau beberapa pemimpin dalam keberhasilan suatu kelompok. Tapi, faktanya kepemimpinan hanyalah satu faktor, walaupun diakui penting.

Sepuluh prajurit yang dipimpin dengan bijak,
akan mengalahkan seratus prajurit tanpa pemimpin. 
EURIPIDES

Di perang Badar, 300 Muslim menang melawan 1.000 prajurit Mekkah. Kaum Muslim bukan hanya menang karena memiliki pemimpin yang hebat, tetapi juga karena ashabiyah mereka yang jauh lebih besar daripada musuh.

Betapa kita bisa banyak belajar dari sejarah. Bahwa ada peran kita terhadap pembangunan bangsa ini, Bangsa Indonesia. Ada peran kita sebagai warga negara Indonesia yang mesti kita tunaikan, mesti kita terlibat di dalamnya, karena kita merupakan bagian dari bangsa ini. Negara ini punya warga negara, yang memiliki fungsi - fungsi tertentu yang harus dilakukan. Dalam konteks ini "fungsi" ini artinya perilaku, kata - kata, atau tindakan apaun yang memenuhi kebutuhan atau bisa disebut sebagai ranah tanggung jawab kepemimpinan. Dan setiap fungsi bisa dilakukan dengan tingkat kecakapan tertentu.

Visi tanpa tugas sekedar impian,
Tugas tanpa visi sekedar bersusah payah,
Visi disertai kerja dapat mengubah dunia.
ANONIM

Bagaimana? Sudah mulai menemukan titik terangnya? Semoga ada hikmah yang bisa kita ambil bersama.
Ketika pemimpin - pemimpin besar seperti Rasullullah Muhammad SAW menginspirasi pengikutnya, adakalanya inspirasi juga seringkali berlaku sebaliknya. 

Sumber: dok. pribadi


Kepustakaan:
Adair, Jhon. Kepemimpinan Muhammad. 2010. PT Gramedia. Jakarta.

Bimbing Kami Rabbi

Di penghujung malam ini tampak tak ada yang berbeda..
Hitungan terhadap batas waktu kita di dunia ini terus berjalan mundur. Sampai pada batas waktu yang tidak seorang pun dapat memajukan atau memundurkannya barang sesaat. Semoga kita termasuk umat-Nya yang siaga akan hal ini, terus menyiapkan bekal untuk menghadapi hari kemudian. Hidup di dunia bagai sehari atau bahkan setengah hari saja. Allah SWT berfirman,
"Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari. Maka tanyakanlah kepada orang - orang yang menghitung." Allah berfirman, "Kamu tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau sesungguhnya kamu mengetahui." QS Al-Mu'minun:112-114


Aku kembali berpikir, apa yang bisa aku lakukan. Betapa banyak target - target dunia kita yang belum tercapai, kemudian kembali muncul pertanyaan. Benarkah target kita itu dapat menjadi bekal kita untuk akhirat kelak? Jangan sampai itu semua melenakan kita untuk menghabiskan waktu dunia kita, namun tak jua  menambah perbekalan kita akan kehidupan yang lebih abadi.

Ingin jadi A, ingin seperti B, ingin ingin punya C, ingin pergi ke D, dan lain sebagainya yang sifatnya duniawi. Mungkin aku mesti koreksi kembali itu semua dengan pertanyaan mendasar bahwa untuk apa itu semua? Benarkah diniatkan karena-Nya, bukan karena makhluk-Nya? Mari kita luruskan kembali. Tak mudah memang, tapi kita bisa untuk memperbaikinya.

Pencapaian - pencapaian itu indah jika kita niatkan karena-Nya. Karena pencapaian itu bukan untuk "aku" tapi untuk "kita". Indah jika kita bisa memberikan banyak manfaat untuk orang - orang di sekeliling kita. Indah jika kita mampu menghebatkan orang lain. Indah jika akhir kehidupan kita kelak berakhir dengan baik, khusnul khotimah :') Aamiin 

Semoga Allah ridhoi kita untuk terus memperbaiki diri, dimudahkan untuk beroleh ilmu yang manfaat, dimudahkan untuk menerima hal - hal yang baik, dan diringankan untuk beribadah kepada-Nya. Semoga kelak Allah ridhoi kita kembali berkumpul bersama dalam Jannah-Nya. Sungguh, bimbing kami Rabbi.. 

Anak - Anak Ini Guru Kami

Jadi koass itu melelahkan, tapi nikmat dijalanin..hehe.
Mungkin itu yang dialami sebagian kami, koass. Namanya saja ko (read:pembantu) ditambah lagi dengan ass (read:asisten). Ya itulah kami, pembantu plus asisten dokter di sini..selama 1 tahun 8 bulan kurang lebih akan terus berjuang. Perjuangan yang nanti akan terus berlanujut, long life learning. Belajar dari berbagai hal, termasuk anak - anak ini yang menjadi guru kami.

Hari ini aku bertugas di Alamanda, bagian Thallasemia. Anak - anak thallasemia menyebut ruangan ini sebagai "unit". Sekitar pukul 08.00 WIB ada sekitar 8 bed yang terisi penuh oleh pasien. Pasien thallasemi yang datang hari ini mulai dari usia 6 bulan - 19 tahun. Mereka sebagian besar sudah menginap 1 hari sebelumnya, karena transfusi darah mereka belum selesai, jadi harus dilanjutkan hari ini.

Sepertinya mereka sudah terbiasa bertemu orang - orang baru, perawat baru, koass baru, tapi tidak bagi sesama mereka, penderita kelainan darah. Bagaimana tidak, mereka rata-rata datang ke "unit" ini minimal 1 bulan sekali untuk transfusi. Hitung saja jika usia mereka 16 tahun, dan mereka mulai transfusi usia 3 tahun. Berarti mereka sudah transfusi selama 13 tahun, setiap bulan datang ke "unit". Ya, mereka penderita thallasemia dan para orang tua, semuanya sudah saling mengenal, seperti keluarga. 

Ada pula penderita hemofilia di unit ini. Walaupun jumlahnya tidak sebanyak penderita thallasemia. Semua menjadi satu dalam ruangan ini. Para ibu sepertinya juga punya organisasi sendiri. Mereka punya ketua, di mana ibu ketua ini yang mengumpulkan iuran para orang tua, untuk membeli kipas angin contohnya. Maklum saja, ruangan ini cukup panas, karena sebuah air conditioner sepertinya tidak memadai untuk mendinginkan 1 ruangan, yang jika ramai bisa mencapai 20-an pasien. Ah, jelas kekeluargaan seperti ini hanya terjadi di ruangan ini, thallasemia.

Rasa kekagumanku semakin bertambah, mendapati penghuni ruangan ini amat ramah. Ibu - ibu dan putra - putrinya sepertinya sudah sangat memahami penyakit yang diderita anaknya. Mereka bisa dengan lancar menyebutkan peralatan dan obat -obatan keperluan transfusi mereka. Orang tua dengan cekatan pula melepaskan infus anaknya sendiri. Ya, benar pepatah bilang - alah bisa oleh biasa. Salut untuk mereka.

Kasih sayang orang tua juga sangat terasa di ruangan ini. Orang tua dengan cekatannya mengurus keperluan anaknya untuk transfusi, dengan sabarnya menunggui anak - anaknya hingga darah benar - benar mengalir lancar masuk ke tubuh anaknya. Dan mengelus sayang kepada anaknya, seakan berkata bahwa kamu harus kuat nak, jangan lelah untuk terus berobat. 

Mengenai kecerdasan anak - anak disini, jangan ditanya. Mereka cerdas, semangat membaca mereka boleh diapresiasi. Ada 1 rak buku di pojok ruangan ini yang menjadi langganan bacaan mereka.. Jumlahnya masih terbatas, namun cukup untuk mengobati penat mereka sembari transfusi yang cukup menyita waktu. Semangat belajar mereka luar biasa. Sebagian ada yang mampu membaca dan menuis, walaupun sebagian lagi putus sekolah karena kendala biaya. Namun cita - cita mereka luar biasa.

"Adek kalau udah gede mau jadi apa?"
"Aku mau jadi koki.."
"Kenapa mau jadi koki?"
"Jadi kok itu enak, bisa jalan - jalan..bisa makan..hati senang. Lazziis (sambil mendekatkan ibu jari dan telunjuk kanan ke mulutnya, enirukan gaya koki di tv)"
"Aku punya resep sendiri lho kak, urak - arik telor..hahaha" 
"kalau kamu??" (tanyaku pada yang lain)
"Aku mau jadi Ustadz" 
"Kenapa mau jadi Ustadz?"
"Enak jadi ustadz, pahalanya banyak.."

Aaah, cita - cita luhur mereka semoga Allah kabulkan.

Sejak saat ini, kuhaturkan terima kasih kepada adik - adik atas pelajaran yang kalian berikan. Bahwa hidup itu memang harus diperjuangkan dengan semangat. Bukan dengan mengeluhkan yang Allah sudah takdirkan, tapi mengusahakan dengan segenap kekuatan yang ada, diringi dengan keihkhlasan hati semoga Allah mampukan kita, semoga Allah kuatkan kita menghadapi semua.








FMB 2011 - Decak Kagum akan Budaya

Forum Mahasiswa berbicara kali ini dilaksanakan di Universitas Padjajaran, 21-23 Oktober 2011.. tahun ini Kastrad (Kajian Strategis dan Advokasi) ISMKI mengangkat tema "SISTEM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL".

Banyak hal yang bisa kami peroleh di sana, terkait hasil kajian insyaAllah akan saya tulis pada postingan selanjutnya. Terlebih dahulu, saya akan menuliskan sesuatu yang lebih berkesan bagi saya, "Kekayaan Indonesia akan Budaya".

Wisata ke Saung Angklung Udjo, pada hari minggu 23 Oktober 2011 membuat saya dan rekan-rekan berdecak kagum. Entah bagaimana lagi saya bisa menggambarkan kekayaan budaya Indonesia yang tiada tara ini.

Di sanalah aku pertama kali nya belajar bermain angklung.



Nada dasar mulai dari do re mi fa sol la si do.. awalnya sudah cukup membuat saya merasa puas. Namun, segera terbantahkan ketika "pak Udjo" sebutan pemandu ajar angklung di saung angklung udjo ini menunjukkan atraksi - atraksi lainnya menggunakan angklung.

Mulai dari lagu daerah, lagu klasik, lagu barat, yah, hanya decak kagum kami yang terus dihaturkan selama pertunjukan mereka. Pak Udjo tidaklah sendiri, ada dua orang putera kandungnya yang menemani, menambah kekaguman kami akan kepandaian mereka bermusik angklung.





Kemudian pak Udjo kembali menunjukkan bahwa tidak selayaknya alat musik ini diremehkan. Kami disuguhkan permainan angklung oleh kurang lebih 16 orang remaja. masing - masing mereka memainkan 10 buah angklung. Amazing!!!

Benar saja, saya sampai kehabisan kata - kata untuk menggamabarkan betapa luar biasanya kekayaan budaya Indonesia yang masih belum banyak terjamah, terlebih oleh bangsanya sendiri..

Betapa kami, turis lokal dan turis mancanegara yang menyaksikannya punya optimisme besar bahwa suatu saat Indonesia akan bangkit. Kita semua bisa mengusahakannya, Jawa Barat dalam hal ini mampu mengangkat bangsa lewat permainan angklungnya. Dan kita? Kita pun mampu mengangkat bangsa lewat peran kita sebagai mahasiswa pemegang kendali bangsa di masa mendatang, melalui prestasi - prestasi kita!!!