Bimbing Kami Rabbi

Di penghujung malam ini tampak tak ada yang berbeda..
Hitungan terhadap batas waktu kita di dunia ini terus berjalan mundur. Sampai pada batas waktu yang tidak seorang pun dapat memajukan atau memundurkannya barang sesaat. Semoga kita termasuk umat-Nya yang siaga akan hal ini, terus menyiapkan bekal untuk menghadapi hari kemudian. Hidup di dunia bagai sehari atau bahkan setengah hari saja. Allah SWT berfirman,
"Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari. Maka tanyakanlah kepada orang - orang yang menghitung." Allah berfirman, "Kamu tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau sesungguhnya kamu mengetahui." QS Al-Mu'minun:112-114


Aku kembali berpikir, apa yang bisa aku lakukan. Betapa banyak target - target dunia kita yang belum tercapai, kemudian kembali muncul pertanyaan. Benarkah target kita itu dapat menjadi bekal kita untuk akhirat kelak? Jangan sampai itu semua melenakan kita untuk menghabiskan waktu dunia kita, namun tak jua  menambah perbekalan kita akan kehidupan yang lebih abadi.

Ingin jadi A, ingin seperti B, ingin ingin punya C, ingin pergi ke D, dan lain sebagainya yang sifatnya duniawi. Mungkin aku mesti koreksi kembali itu semua dengan pertanyaan mendasar bahwa untuk apa itu semua? Benarkah diniatkan karena-Nya, bukan karena makhluk-Nya? Mari kita luruskan kembali. Tak mudah memang, tapi kita bisa untuk memperbaikinya.

Pencapaian - pencapaian itu indah jika kita niatkan karena-Nya. Karena pencapaian itu bukan untuk "aku" tapi untuk "kita". Indah jika kita bisa memberikan banyak manfaat untuk orang - orang di sekeliling kita. Indah jika kita mampu menghebatkan orang lain. Indah jika akhir kehidupan kita kelak berakhir dengan baik, khusnul khotimah :') Aamiin 

Semoga Allah ridhoi kita untuk terus memperbaiki diri, dimudahkan untuk beroleh ilmu yang manfaat, dimudahkan untuk menerima hal - hal yang baik, dan diringankan untuk beribadah kepada-Nya. Semoga kelak Allah ridhoi kita kembali berkumpul bersama dalam Jannah-Nya. Sungguh, bimbing kami Rabbi.. 

Sedikit Kata Mewakili Rasa


19 Februari 2014 kami memulai perjalanan untuk menuntut ilmu kedokteran okupasi di PT Gunung Madu Plantations ini. 3 minggu lamanya kami belajar di sini. Di Lampung Tengah, Perkebunan Tebu dan Pabrik Gula Gunung Madu. 2,5 Jam perjalanan kurang lebih, adalah jarak yang mesti kami tempuh untuk datang kemari.



Hijau, menjadi warna yang mendominasi perjalanan. Tebu berbaris menghantarkan kami hingga tiba di tempat tinggal sementara (mess). Mess bujang mereka menyebutnya.

Sebuah fase perjalanan menuju cita – cita kami menjadi seorang dokter. Fase ini kami niatkan untuk mengabdikan diri kami kepada masyarakat, untuk menimba ilmu dari guru – guru kami.
Dr. Pahlawan Nasution, M. Kes, dr. Nano Sutrisno, dr. Evi Maiselma, dr. Galuh. Dari orang – orang yang luar biasa inilah kami diberi banyak ilmu, masukan, dan tentunya nilai – nilai kehidupan untuk menghadapi kehidupan kami kelak sebagai profesi dokter.

Dr. Pahlawan Nasution, M. Kes selalu mengajak kami untuk menjamah divisi – divisi di PT GMP, divisi VII, IPAL, survei kasus kedokteran okupasi. Kesetiaan beliau dalam mengiringi kami dan kesabarannya dalam menjawab pertanyaan kami begitu luar biasa. Terima kasih dok, atas semua masukan untuk kami, dokter begitu menginspirasi.

Dr. Evi Maiselma, pemahaman dan prinsip-prinsip dalam pengobatan pasien banyak kami pelajari dari beliau. Elegan namun tetap bersahaja, itulah yang kami pelajari dari dokter. Semoga semangat dokter untuk memberikan yang terbaik dalam setiap laku, dapat kami tiru dan gugu.

Dr. Nano Sutrisno, yang ramah dan rendah hati. Ntah pesona apa yang beliau punya, tapi sugesti pasien terhadap dokter yang satu ini memang patut diakui. Setidaknya, dari beliau kami diajarkan bahwa kesembuhan pasien tidak dengan terapi medikamentosa semata, tapi ada “hati” yang mesti kita libatkan. Pesan beliau, boleh 'nakal', tapi tidak boleh sombong.

Dr. Galuh dokter yang juga satu almamater dengan kami, memberikan kami semangat baru untuk terus belajar dan memperbaharui semangat mudanya. Murah senyum dan santun terhadap sesama, itu yang kami pelajari dari beliau.

Dr. Rara yang merupakan dokter gigi di PT GMP ini, punya jiwa sporty dan energic. Semangat beliau dalam memotivasi kami untuk terus taft mengahadapi semua permasalahan dalam hidup. Jatuh? Bangkit lagi.. :D ^^

Semua pelayan kesehatan di sini memberikan kesan yang sangat baik kepada kami. Mulai dari driver, cleaning service, perawat, bidan, karyawan harian, mandor, staff, bahkan kepala divisi, semua sangatlah mudah untuk membagi senyumnya kepada sesama. Itulah atmosfer yang tentunya akan sangat kami rindukan...

Setiap ada pertemuan tentulah ada perpisahan. Kini, 8 Maret 2014 tibalah saatnya kami selesai menjalani kepaniteraan klinik di perusahaan PT GMP. Banyak hal yang sudah tertoreh di hati, menancap di relung akan ilmu kedokteran pun ilmu kehidupan. Kisah itu semua akan kami canangkan dalam hati kami sebagai pemacu kami untuk terus belajar.

Mohon dimaafkan atas segala khilaf yang pernah ada. Kami tetaplah seorang pembelajar. Doakan kami dok, agar bisa meraih cita kami. Doakan kami agar suatu hari nanti bisa membanggakan kalian semua, semoga kita kelak akan bertemu dengan keadaan yang jauh lebih baik lagi.

Kami yakin, kata ini tidak mampu mewakili segala rasa, namun setidaknya dapat menggambarkan rasa syukur kami kepada yang Maha Kuasa atas kesempatan yang telah Alloh beri  untuk belajar di perusahaan ini.

Salam hormat kami, dokter muda Raden Dicky Wirawan L, dokter muda Nora Ramkita, dokter muda Rizqa Atina, dokter muda Ayu Zahera, dan dokter muda Elis Sri Alawiyah.