Resolusi




Sudah lama tidak berbagi cerita..
31 Desember 2012, kurang dari 24 jam lagi akan berganti tahun yang baru, 2013.
Resolusi tahun baru segera dibuat. lebih banyak flash back ke belakang akan apa yang sudah diperbuat.


Banyak hal yang sudah terjadi di tahun ini. Catatan ku, akal ku, semua jadi memori yang akan terus memacuku untuk melangkah maju. Jelas tidak sempurna, tapi yang pasti, malaikat - malaikat adalah pencatat sempurna amalan - amalan kita.


Banyak hal yang masih terus harus diperbaiki, ibadah, sikap, amalan, tutur, laku, keihklasan, syukur, dan kesabaran. Semua butuh ditempa. Tiada akhir. Ya, itu adalah suatu proses yang hanya dengan keikhlasan hati bisa dilakukan. Keikhlasan untuk terus perbaiki diri. 


Debar dada ini ketika menuliskan ini semua. Sungguh waktu kita amat berbatas,
"Subhanallah"...........
Allah telah karuniakan kita nikmat umur, akal, sehat, rezeki, waktu, dan masih banyak lagi yang kita sendiri tidak akan mampu menuliskannya. Subhanallah, betapa besarnya. Tapi aku sadar sesadar-sadarnya bahwa syukurku belumlah cukup. Aku belum menggunakan nikmat itu semaksimal mungkin. masih banyak yang aku abaikan, masih banyak kelalaianku. Padahal amat pasti, amat pasti bahwa waktu kita ini berbatas.


Aku tak bisa membayangkan ketika Allah cabut ruh dari badan saat ini, kemudian malaikat menanyakan mengenai apa - apa yang sudah kita perbuat. Kemudian kelak raga menjadi saksi, astaghfirulloh, betapa banyak dosa dan khilaf yang telah dibuat. Betapa banyak hati yang tersakiti akan ulahku, betapa banyak hati yang kecewa akan sikapku. betapa banyak makhluk yang bernyawa serta alam yang rusak akibat kedzolimanku............Astaghfirulloh.


Ya Rabb, ampuni aku. Betapa banyak dan betapa aku malu ketika mengurai dosaku. Ya Rabb, ampuni hamba. Bimbing hamba untuk menebus semua itu, bimbing hamba untuk mengalahkan timbangan keburukanku dengan timbangan kebaikan. Timbangan kebaikan yang hanya Engkaulah yang mampu mengizinkannya. Hanya jika Engkau ridho Ya Rabb, hanya jika Engkau ridho memampukan aku melakukan kebaikan.


Cukup, aku paham sekarang. Apapun resolusi ku di tahun mendatang, apapun rencana transformasiku di masa mendatang, sebesar apapun itu, sehebat apapun itu..Semua hanyalah milik-Mu, semua adalah kuasa-Mu, semua adalah keridhoan-Mu. Semua aku kembalikan pada-Mu. Engakulah yang Maha Kaya, Engkaulah yang Maha Mengetahui segala isi hati, langit, dan bumi. Maka mengapa aku harus ragu? Bimbing hamba ya Rabb...Bimbing hamba untuk kuat dalam berusaha, mampukan hamba untuk berkarya, mampukan hamba untuk memberi manfaat bagi sesama. Dan yang paling penting adalah mampukan hamba untuk senantiasa lebih dekat dengan-Mu Ya Rabb. Karena Engkau-lah yang layak menjadi acuan bagi itu semua. 


"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku. Sungguh Allah, Dialah Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh." (QS Al Zariyat : 56-58).







Mushola Asy - Syifa FK Unila


Alhamdulillah sudah dilangsungkan peresmian mushola asy-Syifa FK Unila, Minggu 2 Desember 2012.

Semoga Allah membalas amalan serta pengorbanan dan menjadikannya sebagai amal jariyah bagi kita semua..

Luruskan Niat



إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولَئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا


“Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar (QS. 4 : 146). 

Kunci dan Gembok



Terkadang kita melewatkan hal - hal sederhana yang terjadi pada kita. Padahal, dengan sedikit saja kita berpikir, maka sebetulnya ada pelajaran hidup yang amat berharga yang Allah selipkan kepada kita.. :)

Aku yakin bahwa Allah masih sayang padaku, hingga detik ini. InsyaAllah :)
Kasih sayang-Nya tercurah selalu tanpa kita minta. Pernah terpikir, jika kita lupa meminta apakah Allah pun akan lupa memberi kasih sayangnya kepada kita??? Ternyata tidak. Ya, Allah saja tidak pernah lupa. Lalu, layakkah kita untuk lupa bersyukur dan berdoa kepada-Nya.

Skenario kehidupan yang terus aku alami memberiku banyak pelajaran. Pelajaran untuk lebih menjaga diri dan senantiasa memperbaiki diri. Nasihat sahabat, penjagaan diri seorang wanita bukan terletak pada ilmu beladiri yang ia miliki, melainkan seberapa jauh ia mampu menjaga kehormatan dirinya. Wah #makjleb bangetttt. :))

Penjagaan diri wanita yang bukan pekerjaan mudah, tapi aku yakin Allah akan memudahkan ketika hamba-Nya mau bersungguh - sungguh untuk tetap istiqomah menjalankannya.

Aku kadang tertawa sendiri ketika ingat masa - masa jahiliyah dulu.. hahaha
Ya, aku yang luar biasa bodohnya ketika itu, aku yang sekedar menunggu hidayah datang kepadaku. Padahal sudah jelas - jelas larangan dan perintah-Nya amat nyata. "Ini hitam dan ini putih." Tapi, ya aku hanya sekedar berdecak "oooh", tanpa mau mengindahkannya. -____-

Aku bersyukur di kota ini aku kembali diberikan pelajaran hidup yang amat berharga. Pelajaran hidup yang luar biasa, yang aku dapatkan dalam lingkaran halaqah ini. Bersama guru dan sahabat - sahabatku. Banyak pelajaran - pelajaran hidup, yang kemudian membuka pikiran dan mampu mengetuk hatiku bahwa perubahan hidup itu mutlak! Perubahan kualitas hidup menjadi lebih baik adalah keharusan dan bukan untuk alasan gaya - gayaan, apalagi hanya untuk beroleh cap baik di mata manusia. Tidak! Karena memang itu yang Allah perintahkan, dan ada pula yang memang jelas - jelas Allah larang.

Terus belajar, aku terus belajar. Semoga pembelajaran hidup ini terus berlanjut. Pelajaran hidup untuk menghadapi hidup yang sesungguhnya, di akhirat kelak. :)


Mungkin ada yang bertanya, lalu apa hubungannya dengan kunci dan gembok?? haha
Itu sederhan kawan.


Fase kehidupanku kini yang membuatku berpikir :)


QS An Nur ayat 26

”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).”


:) Tak ada yang perlu digalaukan. Kita diperintahkan untuk memperbaiki diri. Luruskan niat sajalah. Lakukan apa yang Alloh suka. Sesuai syariat-Nya. Dan Allah pasti berikan yang terbaik untuk hamba-Nya :)


---


Lanjut ke kunci dan gembok.
Hati ibarat gembok. Kedua orang tua adalah kuncinya. Yang mau buka gembok ya dapetin dulu kuncinya. :)
Simple kan ya? Simple banget, hehe.

Semoga kita didewasakan dan terus memperbaiki diri kita untuk beroleh yang terbaik. Untuk kemudian bersama menggapai ridho-Nya. Aamiin ya Rabb


Gretchen, di gubuk perjuangannya
Minggu, 30 September 2012 - 23:30 WIB

Doa itu..

Sulit menemukan yang lebih indah,
sulit untuk tidak berucap syukur,
sulit untuk menahan buliran yang hendak keluar dari sudut mata,
sulit rasanya untuk itu semua,
ketika mendengar doa yang tulus seorang ibu kepada anaknya..

Doa ibu yang dari rahim - nyalah kita dilahirkan,
dari asi - nyalah kita disusui,
dari tangan - nya kita diberikan kasih sayang,
dari lubuk hatinya yang paling dalam lah,
sungguh doa itu terpanjatkan kepada-Nya ..
Doa yang meminta setulus hati beliau agar anaknya mendapatkan yang terbaik
untuk dirinya dan semuanya.

Sosok itu kini tidak muda lagi,
sosok itu kini tidak lah sekuat dahulu,
sosok itu.. sosok yang menggunakan segenap kekuatan yang ia miliki untuk membahagiakan keluarganya
sosok itu.. sungguh!
Sungguh aku berhutang budi banyak padanya...

Pintaku sederhana Ya Rabb,
aku ingin membahagiakan beliau, beserta keluarga ku.
Lalu kumpulkan aku bersama orang - orang yang Engkau cintai dan aku cintai di syurga-Mu kelak.. Aamiin


TPA Asy-Syifa



TPA Asy-Syifa...Allahu akbar! J

Senyum ini tak mampu terhenti ketika melihat semangat mereka, adik – adik yang punya potensi luar biasa menurutku. Adik – adik yang aku yakin suatu saat nanti mereka akan menjadi orang besar dengan kontribusi yang besar pula membangun negeri.

Dari kampung ini aku belajar banyak hal. Aku menyadari betul rasa cintaku pada mereka, adik –adikku semakin hari semakin dalam. Awalnya, sebelum mencicipi bangku perkuliahan aku kurang menyukai anak – anak, perlahan mulai dan makin mencintai dunia mereka. Mungkin aku salah, bukan aku tak mencintai mereka. Tapi keusilanku dan kenakalan kulah yang mungkin salah untuk aku lakukan sebagai perwujudan rasa sayangku pada mereka. Kini aku sadar, ada cara yang jauh lebih indah untuk mencintai mereka, adik – adikku. J

Anak – anak memberikan aku semangat baru. Anak – anak memberikanku harapan baru untuk membangun bangsa ini terlebih agama ini. Mereka punya mimpi besar, mimpi untuk menjadi orang besar, mimpi untuk membanggakan kedua orang tuanya, mimpi untuk membangun kampung mereka, dan merubahnya menjadi kota suatu saat nanti. Yakin!

Aku pun yang pernah seusia mereka berdecak kagum akan keluguan – keluguan mereka, yang bagiku itu adalah wujud kecerdasan mereka. Wujud bahwasannya mereka adalah anak – anak cerdas, anak – anak yang luar biasa, yang sebetulnya tidak kalah dengan anak – anak seusia mereka yang mungkin saja hanya lebih beruntung karena tinggal di kota. Mereka punya modal yang dahsyat untuk mengembangkan diri mereka, asal mereka punya keyakinan, dan mereka mau berusaha sungguh – sungguh.

Ada hal lain yang mengganjal hati sebenarnya. Dengan kecerdasan itu mereka punya dua pilihan, gagal atau sukses! Aku khawatir, ketika mereka berada pada tangan yang tidak tepat (dalam hal ini pengasuhan). Maka mereka akan masuk pada pilihan pertama, menjadi gagal. Aku khawatir, ke’cuekan’ kedua orang tua mereka dalam mengasuh putera – puterinya akan menumpulkan semangat anak – anak ini meraih kesuksesan. Di balik kegundahan ini, masih terselip harapan besar bahwa Alloh akan melindungi niat baik anak – anak ini sehingga tetap terjaga dan suatu saat Alloh akan merubah mimpi mereka menjadi nyata. Allah Maha menetapkan segala sesuatu. Aku yakin!

Aku dengan kemampuanku yang masih terbatas, mencoba memaksimalkan ini semua. Di sini semangat adik – adik ini kami himpun ke dalam satu wadah, wadah awal perjuangan mereka. Menghimpun semangat mereka yang mulai pupus, menghimpunnya menjadi satu, mencoba membakar kembali semangat mereka, mencoba merekah kembali mimpi – mimpi merka, mencoba menyadarkan mereka mengenai hakikat kehidupan ini, menjadi satu wadah – TPA Asy-Syifa..

TPA Asy – Syifa sebagai harapan kami bahwa kesuksesan akan diraih dengan kebersihan hati, sesuai maknanya “obat hati”. Semoga adik –adik mampu membersihkan dan mengobati penyakit – penyakit hati yang ada pada dirinya, sehingga mereka mampu meretas kesuksesan di kemudian hari, sebagai orang sukses yang soleh dan soleha...

Pemahaman mereka terhadap baca tulis al Quran tetap menjadi tujuan kami. Namun hal yang paling penting adalah menanamkan kepada mereka untuk bermimpi setinggi bintang di langit, namun tetap menyadari bahwa mereka berpijak di bumi. Mereka harus berusaha dan berdoa semaksimal mungkin untuk mencapai mimpi mereka.

Bintang di telapak tangan mereka, menjadi penyemangat mereka setiap selesai belajar. Satu atau dua bintang kami berikan pada telapak tangan mereka, agar mereka berani bermimpi layaknya bintang, tinggi di langit, namun juga bersinar, memancarkan cahanya sendiri dan menerangi orang – orang di sekelilingnya. Mereka harus sukses dan menyukseskan orang lain! Itu prinsip. Mereka harus menyadari betul kekurangan dan kelebihan pada diri mereka, namun bukan berarti mereka rendah diri. Boleh jadi orang tua mereka hanyalah seorang petani, namun mereka harus menjadi apa yang mereka cita – citakan. Dengan tetap berpegangan pada agama ini, Islam!

Tetap semangat adik –adikku. Tetaplah mengejar mimpi kalian, menjadi apapun..Sukses dan menyukseskan tepalah harus menjadi tujuan kalian. Ingatlah pula bahwa hidup ini hanyalah persinggahan semata, akan ada kehidupan yang lebih kekal yakni akhirat. Kesuksesan dunia gunakan untuk modal kehidupan abadi kalian, akhirat. Tetaplah ingat hakikat kehidupan ini. Semangat adik – adikku, semoga suatu saat nanti kita dipertemukan kembali. Dan pastikan kami berbangga melihat kalian dengan kesuksesan kalian serta orang – orang di sekeliling kalian. Bermanfaatlah bagi sesama dik! J

Oase Ramadhan


Aku mencoba mengingat – ingat memori ku sejauh mungkin, sejauh aku mampu mengingat. Kini usiaku sudah 20 tahun 1 bulan. Memori yang sudah compang – camping termakan usia yang sudah tak belia lagi. Mungkin karena dosaku yang membumbung tinggi.

Perjalanan hidup yang sangat menarik bagiku, banyak hal luar biasa bagiku yang mengantarkan aku hingga saat ini. Namun usahaku belumlah maksimal. Banyak cacat di sana – sini. Banyak hati yang tersakiti. Banyak air mata akibat kelalaianku. Dan catatan – catatan keburukan yang dibuat oleh malaikat di sisi kiriku.
Detik terus berlanjut, pertanda usia yang terus berkurang, menuju detik terakhir hidup yang kita pun tak tahu kapan. Memori ku pun kian membumbung tinggi, beralih menjadi imajinasi beberapa tahun mendatang, bahkan sampai pembaringan terakhir. Raga yang kelak bermodalkan selembar kain dan beralaskan tanah. Terhimpit oleh beberapa potong papan dan tanpa siklus udara. Gelap gulita tanpa secuil saja penerangan. Terkecuali dengan amal jariyah, ilmu, dan doa anak sholeh. InsyaAlloh kita mendapatkan kenikmatan itu. Aamiin J

Getar hati ini ketika mengingat kematian. Mencoba mengimajinasikan namun kekhawatiran yang aku peroleh. Kekhawatiran mengingat usahaku yang belum maksimal. Hari itu pastilah tiba, waktu disaat tiada peneman kita kecuali amalan yang telah kita perbuat. Lalu di mana lagi kesombongan memiliki tempat? Apalagi alasan untuk tidak mengutamakan kebaikan sebagai habits dalam hidup? Apalagi alasan untuk menunda kesegeraan kebaikan diri?

Malu rasanya pada seonggok tanah ketika kita mengeluh terhadap secuil masalah yang menimpa kita. Alangkah ceteknya pemikiran ini jika kita hanya berkutat dengan kalimat – kalimat yang berkeluh kesah, padahal kita tahu bahwa kehidupan yang abadi adalah hidup setelah kematian...

Semoga kehidupan yang tidak lain adalah sebuah persinggahan semata ini mampu kita gunakan semaksimal mungkin untuk kebaikan. Semoga kelak kita dikumpulkan dalam Jannah-Nya bersama orang – orang yang kita cintai karena Alloh J Semoga kebahagiaan dapat kita rengkuh dunia dan akhirat..aamiin J




Ramadhan ini semoga dapat menjadi sebuah oase bagi jiwa kita, untuk terus memperbaiki diri dan senantiasa istiqomah dalam kebaikan... Ingatlah kawan, Ramadhan ini sungguh bernilai per detiknya. Semoga kita termasuk orang – orang yang beruntung..dan beroleh kemenangan! J



Derapkan Langkah


Waktu terus saja berputar searah jarumnya, tak terasa sudah 20 tahun 8 hari usia ini. Entah sampai kapan usia ini akan berakhir, ntah kapan waktu dinyatakan habis bagi kita untuk hidup di dunia. Manusia hanya bisa mempersiapkan segala sesuatunya agar menjadi maksimal, termasuk pemanfaatan usianya selama hidup di dunia.

Ada banyak kemungkinan dalam hidup. Kita hanya bisa merencanakan dan kemudian penentuan ada di tangan-Nya melalui tangan – tangan kecil-Nya di dunia. Ada banyak pilihan hidup bagi kita, menjadi biasa atau luar biasa. Semua adalah hasil dari langgam kita.

Dalam waktu empat puluh hari ini aku mulai banyak belajar, belajar akan makna kehidupan dan makna pendidikan. Tujuh hari sudah berlalu, dan tak akan kubiarkan berlalu begitu saja. Karya akan kami cipta demi keutuhan dan pengembangan masyarakat di desa ini.

Sekarang aku mulai paham, pemanfaatan waktu dalam hitungan tahun, bulan, minggu, hari, jam, bahkan per detiknya. Semua akan menentukan warna yang kita buat. Pencampuran warna – warna itu akan menjadi sebuah karya baru yang biasa atau luar biasanya adalah hasil dari tangan – tangan pembuatnya.

Satu hari yang biasa aku lalui di tempat lain tentunya akan berbeda dengan yang kita lakukan di sini. Sebagai mana empat puluh hari terdahulu, sebelum aku KKN itu adalah waktu yang sebentar. Cukup banyak waktu yang tidak termanfaatkan dengan sempurna. Namun tidak dengan empat puluh hari berada di desa ini. Setiap waktunya adalah berharga, setiap waktunya karya kita dinantikan, setiap waktunya banyak laku yang bisa dibuat, banyak pekerjaan yang perlu diselesaikan. Semua demi kemaslahatan orang banyak.

Pun dalam hal pendidikan. Di sini aku banyak belajar bahwa pendidikan adalah hal mutlak yang menjadi pondasi seseorang dalam mengarungi hidup. Pendidikan umum melalui bangku sekolah, maupun pendidikan agama. Pendidikan umum banyak membantu pelajarnya untuk membuka wawasannya bahwa banyak ilmu – ilmu yang memang harus dipahaminya untuk mengarungi hidup yang tidaklah stagnan ini. Kemudian melalui pendidikan agama, wawasan itu pun selanjutnya dikokohkan melalui syariat Islam agar kita mampu melangkah di dunia ini dan tetap pada pondasi kokohnya-Islam.

Merubah mindset yang kemudian disebut – sebut telah mengakar pada diri mereka. Mengubah mindset yang butuh energi dan perhatian besar agar masyarakat peduli terhadap dirinya sendiri. Merubah mindset untuk tidak bergembira ketika kita disebut kekurangan. Namun menjadi mindset malu ketika tangan berada di bawah. Bukankah Rasullulloh mensyariatkan pada kita bahwa tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Aku rindu itu, aku rindu kondisi  di mana bangsa ini punya motivasi untuk bangkit, bangsa ini punya husnudzon yang baik pada kemampuan bangsanya sendiri. Bangsa ini punya optimisme yang luar biasa untuk mengalahkan paradigma negatif yang tumbuh berkembang di masyarakat.

Aku malu pada diriku sendiri, aku malu pada diriku yang acapkali sibuk dengan diri sendiri, sedangkan pada kenyataannya masih sangat banyak orang – orang di sekitar kita yang butuh bantuan untuk keluar dari belenggu ini dengan segenap permasalahan kehidupannya. Kesimpulan ku tetap sama, semua itu bertumpu dari ilmu mereka, pendidikan serta agama.

Optimisme ini pun kian berkembang, setelah aku sadar bahwa pergerakan ini ibarat lingkaran kehidupan yang akan terus bergulir mulai dari anak – anak hingga mereka mendewasa dengan kekompleksan permasalahannya.

Memotong lingkaran setan itu kemudian mencoba membenahinya mulai dari bawah. Anak – anak menjadi salah satu targetan utama ku dalam perjuangan ini. Memberi pemahaman kepada mereka tidaklah instan. Butuh waktu agar mereka semua paham dan menyadari bahwa apa yang kami berikan itu amatlah berguna bagi mereka walaupun kondisinya mereka belum paham.

Menetes bulir air mata ini, ketika mendengar santriwan santriwati desa ini begitu antusiasnya untuk menuntut ilmu. Alangkah mirisnya ketika bangunan masjid terus kokoh berdiri di setiap RK, sementara jamaah pun kian rapuh dari waktu ke waktu. Betapa besar semangat anak – anak ini untuk terus menuntut ilmu walaupun sebenarnya mereka belum paham keadaan orang dewasanya yang meluntur semangatnya seiring merapuhnya bangunan suci ini.

Menjadi sebuah cambuk pengingat bagiku, bahwasannya banyak karya yang bisa kita ukir, dari manapun asal kita, apapun modal yang kita miliki termasuk materil dan non materil. Semua tidak bisa menjadi alasan kita untuk terbatas dalam berkarya. Yang menajdi prinsip bahwasannya karya kita bukanlah suatu yang prestisius di mata manusia, tapi jauh lebih mulia daripada itu semua – prestisius di mata-Nya.

Ada banyak impian besar hidup yang juga butuh semangat yang besar. Kalo kata om ippho,
Impian anda boleh besar, tapi mulailah dengan aksi kecil.
Ya, langkah akan segera diderapkan!

Buliran Jernih

Hujan punya siklus, pun begitu yang terjadi dengan manusia. Siapapun pasti akan mengalami siklus hidupnya.
Rasa berganti dari hari ke hari, ada kalanya kita penuh semangat dan bergembira, dan adakalanya hujan begitu gemarnya berderai di wajah ini..haha lebai.
tapi begitu adanya...

Boleh anda sebut melankolis, tapi lebih tepatnya lagi, rasa ini yang mewakili buliran bening ini. Rasa haru dan rasa bangga kepada segenap rekan - rekan yang sudah berupaya keras untuk memberikan yang terbaik melalui kontribusinya. Rasa haru karena sahabat yang benar-benar peduli kepada rekannya yang mungkin sedang luput terhadap kesalahan-kesalahan.

Terima kasih untuk semuanya. Semua pelajaran yang cukup aku resapi, pelajaran hidup bahwa ada batas-batas yang memang tidak boleh dilanggar oleh siapapun, walaupun aku sendiri pun masih perlu banyak belajar menerima semua perubahan itu.

Buliran jernih ini terus berjatuhan, seiring tanya yang juga kian bergulir. Seiring tanya akan ketulusan hati ini yang belum juga tegas. Yang belum juga jelas. Berharap akan menjadi tegas setelah ini. Setelah aku mendapat maknanya.

Bulir ini pun kian mengalir, bercampur aduk rasa dalam jiwa akibat rapuhnya pondasi ini. banyak hal yang perlu dibenahi. Banyak hal yang mungkin belum terselasaikan. Banyak amanah yang mungkin belum optimal dalam menjalankannya. Alangkah ! Alangkah wahai pribadi...!

Usia ini pun sudah tidak muda lagi. Jatah untuk membekali diri demi kehidupan yang hakiki ini pun tidaklah lama lagi. Setiap detiknya adalah hitungan mundur bagi kita untuk melangkah ke hitungan waktu selamanya. Selamanya di akhirat kelak.

Sudah seharusnyalah ISLAM menjadi pondasi yang kokoh kita bangun pada pribadi kita. Sudah menjadi hal yang mutlak bagi kita untuk menerapkan batas - batas yang disyariatkan dalam kita melakukan komunikasi dengan orang lain. Sudah menjadi hal yang dibutuhkan pula ketika kita mau untuk menerima masukan orang lain demi perbaikan diri kita di masa mendatang. Kesempatan ini masih ada!

Aku mencoba introspeksi pada diri sejauh mana ia sudah digali, sejauh mana diri ini tau akan kekurangannya. Sepantas apa diri ini mengingatkan orang lain sementara dirinya sendiri masih jauh dari kata sempurna.. :') Oke, ini pembelajaran, ketidaksempurnaan ini bukan menjadi suatu alasan yang menjadi boomerang kita untuk tidak menyukseskan orang lain. Kekurangan itu bisa kita perbaiki sembari kita melangkah. Perbaikan harus tetap dilakukan selagi kesempatan itu masih Alloh berikan.

Fase ini pun harus diupayakan agar ikhlas dapat menyertai. Sehingga ridho Alloh pun mengikuti. Aamiin.




Laporan Praktikum Patologi Klinik - Pemeriksaan Urin

Judul Pemeriksaan : PEMERIKSAAN URIN MAKROSKOPIS, MIKROSKOPIS, DAN KIMIAWI
Tanggal                 : Selasa, 15 Mei 2012
Tempat                 : Laboratorium Patologi Klinik FK Universitas Lampung
Kelompok            : 1








Jiwa yang Ber-Hati

Langkah kaki yang terus diderap
tekad bulat yang terus dijaga
juta rasa yang terus tercipta
pada akhirnya buku amal pun terwarna..

Ada asa yang terus dijunjung
mengupayakan tawakal tetap dalam relung
senantiasa mengucap syukur sampai penghujung..

Aku percaya ini adalah awal
awal mengukir karya, demi yang abadi
abadi berlandas timbangan adil
semoga berada dalam Jannah-Nya bersama orang - orang tercinta..

Prinsip hidup pun terus diuji
cukup kokohkah, atau mengayun mengikuti semilirnya angin
semoga Alloh beri penjagaan iman..

Teruslah berkarya wahai jiwa yang ber"hati"
tetap berlandaskan hati nurani
suatu karya optimal dari anak negeri
untuk ciptakan sejarah yang hakiki..


Sudut Kota Bandar Lampung, April 2012


Gretchen, 19 Mei 2012
Kota perjuangan ..

Media Intervensi - Flip Chart Hipertensi












Bahagia, alhamdulillah sudah selesai menyiapkan media intervensi yang akan kami gunakan minggu depan. Media intervensi yang harapannya bisa mengubah pengetahuan mereka kemudian perilaku mereka, perilaku "emak" agar mau berobat ke dokter, mengobati penyakit hipertensinya yang bisa dikatakan tidak ringan, karena sudah sampai pada tahap komplikasi.

Blok Kedokteran Komunitas ini memberi kami banyak pelajaran berharga, membuka pikiran dan hati kami bahwasannya masih banyak orang di luar sana yang belum paham, belum sadar akan pentingnya pengobatan. Pengobatan yang menurut mereka mungkin hanya menghabiskan uang dan waktu mereka saja, toh mereka "merasa" baik - baik saja. Miris terdengar, namun itulah adanya.

Rumah sederhana ini memberi kami pelajaran yang tidak sederhana. Dalam dua kali kunjungan ke rumah ini, kami mencoba memahami mereka bukan sebagai orang sakit, tetapi memahami mereka sebagai keluarga yang memiliki anggota yang sakit, KELUARGA! Pemahaman karakter dan komunikasi menjadi hal yang mesti dijunjung tinggi. Perasaan saling menghargai dan empati kami pun diuji di sini. Mencoba memahami mereka, membungkukkan sedikit badan kami yang mungkin jiwanya juga mulai menyongak. Meneliti hati agar tidak mencongkak. Menyejajarkan diri dan akhirnya banyak pula pelajaran dan hikmah yang bisa dipetik.

Ilmu yang tak seberapa seolah menjadi momok, momok yang terus saja mempertanyakan kapasitas yang dimiliki pribadi ini. Seolah kacang rebus yang ternyata "kopong", tanpa isi. Malu sebenarnya, malu pada ekspektasi orang lain yang sungguh jauh dari kenyataan.

Benar saja, kita bukan seperti apa yang kita tuliskan. Bukan pula yang kita deskripsikan. Kita bukan pula kita yang orang lain pikirkan. Kita hanyalah pribadi yang mencoba memahami hakikat dirinya, terus belajar, dan terus memperbaiki diri.

Mulai saat ini, masih ada waktu untuk belajar. Masih ada waktu untuk memperbaiki diri. Mulailah untuk memaksimalkan apa yang bisa kita lakukan. Banyak pahlawan dalam keheningan di luar sana, pahlawan yang mampu berikan karya terbaiknya dengan segala keterbatasan yang ia miliki. Pun kita, dengan semangat dan "passion" yang kita miliki, kita pun bisa berikan manfaat kita untuk mereka, dengan segenap kemampuan kita yang harus kita kembangkan karena memang masih jauh dari kata sempurna.

Semoga bisa memberikan manfaat dengan segenap kemampuan yang ada.

Memaknai Hati



Banyak rasa yang sulit diungkap. Banyak sajak yang sulit dibuat untuk mewakilkan rasa. Semua menjadi satu dalam asa. Asa yang terus terpatri dalam jiwa, memaksa raga untuk terus menggapai.


Membayangkan ada sosok yang mampu bersama merubah asa ini menjadi nyata. Asa yang aku yakin tak mampu kurengkuh sendiri. Asa ini butuh kalian! Butuh ide, niat, semangat, dan pengorbanan kita.

Jalan hidup yang dibuat-Nya dengan relief yang tak sederhana telah membuat asa ini pun menjadi tak sederhana. Asa untuk menyukseskan orang lain. Asa untuk terus berikan yang terbaik dari diri.

Bukan memikirkan nanti sejarah mencatat kita sebagai apa. Tapi memaknai nanti di padang mahsyar, hati kita ditanyai mengenai niatan akan kerja yang dilakukan. Tuluskah?

Bagiku, gundah ini cukup jadi koreksi tepat untukku segera memulai. Memulai mengejar asa itu bersama kalian yang sangat aku butuhkan.

Ini Arenamu

Semakin hari semakin belajar apa sebenarnya yang dicari dalam hidup, simple! Bahagia, bukan untuk diri kita sendiri, juga bahagia bersama orang - orang di sekeliling kita.


Memang, jalan menuju kebahagiaan itu perlu kerelaan diri dan keikhlasan hati untuk siap mengarungi arenanya. Arena hidup!
Terbayangkan anda, kita ini berada di suatu arena. Bayangkan saja arena sepakbola ini, ambillah sebuah peran.
Pilih, misalkan kita berada pada posisi seorang pemain bola di sana. Ketika anda meyakini takdir, maka masing - masing pemain akan berusaha keras untuk menciptakan sebuah gol yang kemudian akan meningkatkan peluangnya untuk menang.


Tapi bayangkan juga ketika pemain tidak meyakini takdirnya, mereka akan setengah hati untuk bertanding karena merekan juga tak memiliki motivasi untuk memenangkan pertandingan ini.
Haru! Haru sekali rasanya ketika tahu bahwa memang segala yang ada di bumi ini beserta isinya, dan makhluk ciptaannya termasuk manusia, semuanya telah Alloh tetapkan, dan semua akan berjalan sebagaimana mestinya, dalam kuasa-Nya


Surat an-Nazi'at ayat 27-33 :

79:28



79:29
79:30
79:31
79:32
79:33

"Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah Telah membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, Dan dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.”

Besar karunia-Nya, nyata janji-Nya, dan jelas pedoman-Nya, namun mengapa masih belum menempatkan IMAN di dada sebagai tonggak dalam melangkah? Mengapa bukan keikhlasan yang dipilih hanya karena-Nya yang dijadikan acuan dalam laku dan tindak kita? Mengapa masih menyelipkan kata - kata bernada bukan seorang ksatria ketika mengambil keputusan? 
Belajarlah! Belajarlah untuk semakin dewasa dan semakin mantap ketika memutuskan sesuatu, sesuatu yang mungkin bagi orang lain bukanlah apa - apa. Tapi bisa jadi itu adalah keputusan luar biasa dalam hidup kita..
Toh, kita hidup karena keputusan yang kita ambil kemarin. Apalagi untuk esok hari...Banyak yang akan kita putuskan dan menjadi tanggung jawab kita sepenuhnya. Ilmu yang kita peroleh juga adalah keputusan kita untuk menerimanya, lalu mengapa belum diamalkan? Harta yang kita peroleh dari orang tua kita adalah suatu amanah dari mereka kepada kita untuk digunakan dengan baik, mengapa ragu untuk menyedekahkan? Kekuatan dan kesungguhan yang kita punya untuk mengejar asa kita, merupakan suatu power besar yang kita punya bagi diri kita sendiri, mengapa tidak ditularkan pada yang lain?

Mengapa kita hanya sibuk dengan "permainan" kita sendiri tanpa peduli dengan orang - orang di sekeliling kita. Mungkin banyak pihak yang terlupakan menurut mereka, namun kita tahu bahwa kita sebenarnya hanya mengesampingkan mereka di balik aktivitas kita yang kualitasnya pun masih dipertanyakan. Jangan sampai tindak - tanduk kita sehari - hari hanya menghabiskan energi sendiri, yang hasilnya pun belum tentu mampu memulihkan energi kita. Alangkah luar biasanya ketika energi kita berkurang untuk membangun diri kita, juga orang lain, lalu ketika kita lemah, maka mereka lah yang akan sama - sama membantu memulihkan energi kita menjadi lebih hebat dari sebelumnya.

Prinsipnya sama:
مفاتيح للخير مغاليق للشر و إن من الناس مفاتيح للشر مغاليق للخير ، فطوبى لمن جعل الله مفاتيح الخير على يديه ، و ويل لمن جعل الله مفاتيح الشر على يديه “


Dari Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, ‘Sesungguhnya diantara manusai ada yang menjadi kunci-kunci pembuka kebaikan dan penutup keburukan. Dan diantara manusia ada pula yang menjadi kunci-kunci pembuka keburukan dan penutup kebaikan. Maka beruntunglah orang yang Allah jadikan kunci-kunci kebaikan di tangannya dan celakalah bagi orang-orang yang Allah jadikan kunci-kunci keburukan di tangannya”.Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (237) dan dihasankan oleh Al-Albany di Shohih Sunan Ibnu Majah (194).

Semoga bisa menjadi bahan pembelajaran untuk kita. Acuan untuk memperbaiki diri, kemudian siap bermanfaat untuk sesama! Bismillah. :)

Mutlak Ada!


Kebahagiaan itu dicipta, tidak datang dengan sendirinya. Kebahagiaan itu adalah karya, karya hati kita yang mencipta sebuah rasa. Pun kesyukuran, kesyukuran yang terkadang kita sedikit mengingatnya. Mengingat pada Sang Maha Memberi.

Nikmat, kebahagiaan, kekhawatiran, kesedihan, semua adalah "rasa". Rasa yang tidak dapat kita pungkiri datangnya, tapi mutlak bisa kita kendalikan, bisa kita pilih mana yang akan bersemayam di hati. Mana yang bisa membangun pribadi kita untuk menjadi lebih baik, mana yang bisa menjadikan kita mulia di mata-Nya. Mulia untuk dapat "naik kelas" di mata-Nya. Di mata-Nya, bukan sekedar di mata insan - insan lain yang terkadang selalu kita pikirkan, hingga kita luput untuk mengingat-Nya.


Ya, kesyukuran adalah hal mutlak yang coba kita sama - sama belajar untuk senantiasa mengutamakannya. Mutlak ada ! Bergetar kalbu ketika ayat ini terus diulang dalam beberapa ayatnya..

  
"Fa-biayyi aalaaa'i Rabbi kumaa tukadzdzi baan"

(Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?



Peringatan Alloh kepada hamba-Nya untuk selalu mensyukuri segala karunia-Nya. Syukuri, syukuri semua yang ada pada kita saat ini. Impian silakan saja membahana. Kejar itu semua dengan semangat disertai kesyukuran. Syukur atas semangat yang melekat pada diri, syukur atas iman di qalbu. 

Semoga Alloh senantiasa merahmati kita yang mau mensyukuri nikmat-nikmat-Nya..aamiin Yaa Rabbal 'Alamiin

Berbekas di Hati

Rasullullah SAW bersabda, ”Barangsiapa yang suka apabila Allah membentangluaskan rezeki baginya dan memanjangkan umurnya, maka hendaklah ia bersilaturahim” (H.R Bukhari)


Ok, mari kita buktikan. Liburan kali ini mengantarkanku untuk bersilaturahim ke rumah orang tuaku di Kab. Tulang Bawang, Rawajitu Timur, Dipasena Citra Darmaja. Perjalanan yang cukup melelahkan, lebih lelah daripada perjalanan Lampung-Palembang. Tak masalah, toh itu semua bisa kulalui hingga detik ini aku bisa berada di rumah tercinta, tempat aku dibesarkan hingga duduk di bangku kelas 2 SMA.

Ya, kuputuskan untuk mengunjungi SD ku tercinta. Sekolah Dasar, yang benar – benar menjadi “dasar” ilmu ku, setelah pendidikan TK Dharma Wanita yang dulu pernah kukenyam. Di SD ini aku bertemu dengan beberapa guru – guru ku yan dulu pernah mengajarku. Canda, tawa, pertanyaan, komentar, dan beberapa obrolan lain terus saja kami lontarkan. Pertemuan ku kali ini memberi ku spirit baru bahwasannya BEKAS adalah hal yang tidak bisa kita sepelekan. Bukan bekasnya setelah dipakai, melainkan Bekas alias Kesan yang ditinggalkan.

Begini..

Mungkin masing-masing dari kita punya pengalaman yang berkesan terhadap gurunya, mulai dari bangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Begitupun aku. Pertemuan ku kali ini dengan pahlawan tanpa tanda jasa ini, mengingatkanku pada sosok-sosok tangguh yang pernah kukenal, dan masih melekat hingga kini di ingatanku.

.....
Taman Kanak – Kanak – TK DHARMA WANITA

Waktu itu usiaku sekitar 4 tahun, usia yang masih cukup dini, dan pastinya tubuhku pun “dini”. J
Aku berkesan sekali dengan seorang guru bernama “Ibu Ani”. Ya, hingga kini ibu Ani masih sama, masih hangat denganku, masih selalu tersenyum memberikan doa yang tulus pada anak muridnya agar bisa sukses menjadi sosok yang bermanfaat untuk orang banyak. Terima kasih Ibu Ani, J .

Aku pun sudah lupa, namun sosok ini menceritakan kisah tentang ku sewaktu duduk di bangku TK. Ibu Ani bercerita..
‘ Dulu, Nora ini rambutnya masih dikit, -__-“ . Waktu kelas TK Nol Kecil, Nora datengin Ibu, bilang “Bu, tolong catetin Nora doa mau belajar ya Bu.” Saya bingung, wah anak ini masih kecil apa ia udah bisa baca? Kebetulan di meja saya ada majalah, saya tunjukin ke Nora. “Nora, coba kamu baca ini!” kataku. “Bla..bla..bla..” perlahan si Nora membaca. “Ya udah, sini Ibu tulisin doa mau belajarnya..” Yah, sampai akhirnya Nora harus Ibu Ani lepas untuk masuk SD duluan, daripada teman – temannya, karena ga sabar lagi mau masuk SD. ‘
*Terima kasih Ibu Ani, hingga kini doa itu masih ku gunakan untuk mengawali aktivitas belajarku J

.....
Sekolah Dasar – SD NEGERI 1 BUMI DIPASENA MULYA

6 tahun di SD ini banyak mengajarkanku tentang apa itu pertemanan, persahabatan, “suka-sukaan” haha, ya anak SD yang ada cinlok – cinloknya. J
Ya, sekarang baru sadar, kenapa anak kecil dilarang cinta-cintaan yang kelewat batas.. Ok! Itu pembelajaran! Lanjuut...

(alm) Pak Tris, sosok yang kukagumi
Yang paling berkesan adalah (alm) Bapak Sutrisno, Kepala Sekolah SD N 1 Bumi Dipasena Mulya dulu. Beliau sosok yang bersahaja serta bijaksana. Sedih, ketika tahu beliau sakit dan akhirnya meninggal dunia. Petuah beliau yang masih kuingat hingga kini adalah ketika perlombaan matematika dulu, “Nora, kamu harus menang! Bukan pasti menang. Karena kesuksesan adalah hal yang harus kamu perjuangkan, bukan sesuatu takdir yang malah membuatmu berleha-leha. Ingat HARUS, bukan PASTI!” Terima kasih Bapak, mental pemenang itu akan coba terus aku tanamkan dalam diri ini, sekali lagi, terima kasih Pak. J

.....
Sekolah Menengah Pertama – SMP Negeri 3 Rawajitu Selatan

Dua tahun di SMP ini, adalah waktu yang tidak lama bagiku, karena aku harus pindah sekolah ketika kelas III. Usia “rawan” kata kebanyakan orang. Benar! Usia ini usia rawan lagi nih cinta-cintaan, duuuh !
-_-“ *Tetep, masih sebagai pengamat setia dari kejauhan..haha (dasar Nora)!

Oke, lanjut ke ceritanya. Ketika SMP baru paham kalau ternyata pelajaran IPA IPS tidak sesempit itu, ada percabangan ilmunya. Misalnya IPA, ada biologi, kimia, fisika. IPS ada geografi, sosiologi, sejarah, ekonomi. Nah, pelajaran Ekonomi nih yang paling kuingat sampai sekarang. Kenapa? Karena gurunya! J

Ibu Niken namanya, beliau lah yang sangat berbekas di hatiku. Nora memang sosok yang nakal dari kecilnya, menginjak remaja pun tetap sama. Beliau pernah memintaku untuk menghadapnya ke kantor, tapi menitipkan pesannya melalui temanku. Celakanya, temanku lupa menyampaikannya pada ku, pesan itu baru kuterima keesokan harinya. Akhirnya karena tertunda sehari, aku pun dengan santainya mengulur-ulur waktu untuk menemui beliau. Terlambat sekitar 2 hari, aku pun berniat untuk menemui beliau sepulang sekolah. ***taraaaaaaaa*.  Belum sempat aku menemuinya, hari itu ada pelajaran ekonomi yang notabenenya Bu Niken akan masuk ke kelasku untuk mengajar. (Celaka!) Strategi pilih – pilih tempat duduk pun kulakukan dengan harapan nanti Bu Niken tidak melihatku di kelas dan marah karena aku belum menemuinya. Apa yang terjadi? Gagal! Gagal karena tidak ada teman – teman ku yang mau bertukar tempat duduk dengan ku. Yah, bangku nomor dua dari depan adalah posisi strategisku untuk tewas dimarahi beliau! Tepat! Apa yang kukhawatirkan menjadi nyata! Nyata!

Benar saja, baru saja beliau menghempaskan badannya untuk duduk di kursi guru kelas, beliau langsung memanggilku. “Nora! Maju sini!”, ujarnya. Gemetaran badanku melangkahkan kaki ke depan kelas. -_-‘ “Kenapa kamu tidak datang ke kantor menemui Ibu? Dari kemarin ibu tunggu, sombong sekali kamu!”. Aku tertunduk, malu di hadapan puluhan teman – temanku, “maaf Ibu, maaf, saya baru tahu kalau Ibu memanggil saya, kemarin. Maaf karena saya tidak langsung segera menemui Ibu”... Bla bla bala....

Panjang aku dimarahi beliau di depan kelas itu, dua buah kelopak di mata cukup lemah untuk bisa menahan air bah yang memaksa keluar, *byuuuur banjir wajahku karenanya. (haha, dasar Nora!) Yak, setelah puas memarahiku, dan aku sudah meminta maaf, Ibu Niken pun menyuruhku untuk kembali duduk.

Bukan menjadi takut, sejak itu aku makin mencintainya..hehe. Ya, aku makin mencintai Bu Niken, karena setelah kejadian itu beliau meluruskan apa yang terjadi di depan teman- temanku. Beliau mengatakan bahwasannya kejadian ini tidak perlu ditiru oleh anak – anak yang lain, Nora tidak sepenuhnya salah. Sebenarnya Ibu Niken tidaklah membenciku, tidak sama sekali! Beliau ingin menanamkan kepadaku bahwasannya menghargai orang lain adalah mutlak yang perlu kita lakukan! Menghargai ketika orang lain membutuhkan pertolongan kita, bukan hanya dilakukan dengan membantunya kapanpun, tapi membantunya SESEGERA MUNGKIN. Ya, kini aku mengerti Ibu, terima kasih J Aku bahagia ketika tahu bahwa kini Ibu bangga terhadapku, walaupun dulu aku pernah mengecewakanmu. Terima kasih Ibu J

.....
Sekolah Menengah Pertama – SMP Negeri 1 Palembang

Ini menjadi masa transisiku dalam berkarya. Aseeeek! J ya, aku pindah ke sekolah ini saat kelas III SMP. Label “anak baru” terus saja melekat pada diriku selama menyenyam pendidikan di sini. “Siapa itu?” , “Anak baru, pindahan dari Lampung” kata teman sekelasku.

Berhubung anak baru, aku pun menjadi sorotan oleh guru – guru yang mengajarku. Pilihan guru yang paling berkesan bagiku, jatuh kepada Ibu Jalalah, guru matematika, yang sangat menawan. Selain terkenal menawan dalam caranya mengajar matematika, ibu ini juga selalu “menawan” murid – muridnya yang tidak bisa mengerjakan soal – soal darinya. Ya, menawan! Menawan muridnya dengan sebuah puntiran cubitan yang bisa singgah di pinggang, di telinga, atau yang lebih menawan adalah cubitan di rambut muda yang baru tumbuh. Aaaaww! Lezaaat /_\

Aku yang statusnya masih anak baru pun, tidak mau kalah! Aku tidak mau dicap anak baru bodoh. Dengan semangat kemerdekaan, kucoba sekuat tenaga mengerjakan soal-soalnya. Yak, senyum ku menukik setiap kali mampu mengerjakan soal darinya. Hinggaa.....
“Sepandai-pandainya tupai melompat adakala nya jatuh juga!” Aku pun sama! Hingga suatu kali aku gagal menyelesaikan soalnya, dan tanpa banyak tanya, “Aaaaaaaw!”, teriakku pun ketika cubitan menawan hinggap di pinggang kananku. Haha. Ya, kini giliranku !

Rasa sakitnya kini sudah hilang Bu, tapi rasa terima kasihku yang hingga kini akan terus aku berikan padamu Ibu Jalala, karena atas bekal ilmu yang Ibu berikan hingga aku bisa terus melanjutkan studi demi cita – citaku. J Terima kasih Ibu J

.....
Sekolah Menengah Atas – SMA Negeri 1 Palembang

Tak pernah ada penyesalan dihatiku walau pun aku gagal untuk diterima di sekolah Taruna Nusantara yang dulu menjadi impianku. Di sini pun aku bisa lebih memaknai hidup dan beroleh banyak pelajaran yang menjadi bekalku hingga kini.

Di SMA ini, kenakalanku kian menjadi, dari mulai ikut organisasi sana sini, minggat jam pelajaran dengan alasan organisasi, hingga pulang petang juga karena alasan organisasi.. (^^) Maaf, tapi aku pastikan semua langkah yang ku ambil bisa kupertanggug jawabkan. Kenakalan ini pun mengkhawatirkanku, apakah bisa aku melanjutkan studiku di bangku kuliah?

Walaupun aku paham sepenuhnya bahwa Allah lah yang punya peran besar dalam pencapaian cita kita. Alhamdulillah, Allah masih memberiku kesempatan untuk bersyukur, upayaku yang kuanggap jauh dari kata sempurna menjadi bukti bahwa aku harus menggunakan kesempatan belajar ini sebaik-baiknya.

SMA menjadi masa remajanya setiap orang, rasa ingin tahu yang begitu besar mendorongku untuk jumpalitan di beberapa organisasi sekolah. Perlahan dan menyakitkan, itulah yang kurasakan di organisasi ini akibat sifat burukku. Perlahan aku mulai dijauhi dan perlahan pula saudara - saudara (sebutan rekan seorganisasiku) memperbaiki sifatku. Ya, ada tradisi FORUM yang sangat aku rindukan lagi kini. Sebuah forum yang benar – bemar mem-forumkan sifat masing – masing anggotanya. Tidak ada kepalsuan, apalagi kebohongan. Semua diungkap, semua dinyatakan, tanpa ada yang ditutup-tutupi. Tujuannya adalah sebagai bahan introspeksi diri atas sifat – sifat dan perbuatan yang pernah dilakukan saudara-saudaranya. Tujuannya bukan untuk mempermalukan, walaupun pasti ada yang dibuat malu semalu – malunya di situ!

Pun aku. Forum kali ini tertuju pada ku, semua mengeluhkan sifat burukku. Egois! Ya, Nora yang egois! Tidak perlu kuceritakan betapa buruknya sifatku, pasti teman – teman juga punya teman yang egois sepertiku. Menangis? Ya, aku menangis sejadi – jadinya, seperti anak bayi yang ditinggal ibunya pergi. Haha, sudahlah! Intinya, tekadku sejak itu bulat! Memperbaiki sifatku adalah jalan keluarnya, meminta maaf kepada rekan-rekan yang sempat tersakiti adalah pemulus jalanku, pemulus jalanku ketika aku telah tiada nanti. Maafkan aku teman-teman, maafkan aku atas sifatku yang mungkin pernah menyakitimu :”) 

Aku sadar bahwasannya ada hati di setiap raga, ada hati yang punya rasa yang harus dijaga, ada hati yang butuh pertolongan di setiap lakunya, ada hati yang butuh kasih sayang dari saudaranya, pun aku! Terima kasih atas ilmu kehidupan yang telah saudara – saudara beri! J

Itulah yang kurindukan, kejujuran bukan kemunafikan. Ketulusan dalam bersaudara. Memperbaiki laku saudaranya yang kurang tepat, bukan menghujatnya! Sabar mencontohkan hal yang baik yang harus ia perbaiki, bukan menjauhinya! Terus mengingatkan ketika ia lupa akan perilaku nya yang kurang baik, bukan mencemoohnya! Semoga kita adalah orang – orang yang mengupayakan kebaikan bagi sesama, karena sesungguhnya tidak ada manusia yang sempurna. Semua kita pernah punya kesalahan, dan yang harus kita lakukan adalah memperbaikinya.

Aku sampai lupa untuk menceritakan guruku... J

Ya, guru Fisika, Bapak Siddiq menjadi guru teladanku. J
Tidak usah bingung, alasannya tetap sama, karena kenakalanku lah yang menjadikanku dekat dengannya. Pak Siddiq pasti ingat dengan muridnya yang satu ini. Ketika itu aku hendak ke kelas setelah dari kantin, tapi jalannya lewat belakang kelas. -_-“ (maklum, anaknya agak pemalu, jadi malu kalau lewat depan). Yak, waktu itu ternyata Pak Siddiq juga lagi ada di belakang kelas sedang menatapi tembok kelas yang penuh coretan pilox. *tsaaaaaap, mata nya menoleh dengan bingar kehadapanku. Aku sontak kaget, karena pasti beliau menyangka itu ulahku.

“Sini kamu!” katanya
“A..ada apa Pak?” aku masih bingung.
“Kamu ya yang coret – coret tembok ini?” tanyanya
Aku menggeleng, masih saja ketakutan.
“Oooh, kamu anak OSIS itu kan, yang ngadain lomba karikatur pake pilox..? Kalo gitu kamu yang tanggung jawab beliin cat untuk bersihin tembok ini lagi.” Masih saja beliau terus marah.
“Maaf pak, bukan saya yang mencoret. Memang benar OSIS yang mengadakan lomba itu, tapi Pak...” aku dengan gaya nge-lesku. -_-“
Pak siddiq terus saja memperhatikanku sambil melihat name tag yang kukenakan, berusaha menangkap identitasku, seperti polisi yang sedang mencari barang bukti.
Aku terus saja melanjutkan, “...ia pak, kami memang yang mengadakan lomba. Tapi apakah mungkin kami juga dari OSIS yang harus mengganti kerusakan tembok karena pilox siswa yang tidak bertanggung jawab? Rasa nya tidak Pak. Bukankah ini sudah menjadi tugas sekolah untuk memperbaiki kerusakan sarana yang ada. Ke mana uang pembangunan yang sudah kami bayarkan, Pak?”
Sambil membalikkan name tag yang kukenakan, “Nama kamu siapa?”, ujarnya.
“Nora, Pak!” *tewas rasanya ketika tahu bahwa dia pasti akan mengingatku dan melaporkannya ke kepala sekolah.
“hmmmmm...”, bergumam sambil meninggalkanku yang masih terpaku, mencoba mengingat-ingat apa yang baru saja aku katakan, kalau – kalau ada yang salah. -__-“

..................................beberapa minggu kemudian...................................

Aku mencoba melupakan pengalaman buruk itu, dan harapanku beliau juga melupakanku. Ternyata tidak! Aku terus saja diingatnya, hingga akhirnya aku terjebak di suatu ruangan yang dihadiri oleh kepala sekolahku, beliau, dan wali kelasku. Aku yang awalnya ada di ruangan itu karena meletakkan buku tulis untuk dikumpulkan di meja wali kelasku, dicegat oleh beliau, untuk tetap di ruangan itu.

“Bu, ini nih anak yang kemaren nanyain duit pembangunannya. “ ujar beliau.
“Duit pembangunan apa Pak? “ tanya Kepala Sekolahku yang adalah seorang wanita.
Yak, habislah aku diguraui beliau di ruangan itu. Hingga akhirnya aku pun dipanggil oleh Pak Siddiq untuk menemuinya seorang diri.
Maafkan saya pak, bukan maksud saya untuk su’udzon atas uang pembangunan sekolah ini, tetapi saya hanya memperjuangkan hak saya untuk tidak menerima apa yang bukan menjadi tanggung jawab saya. Saya tidak melakukan pencoretan itu, kenapa harus saya yang bertanggung jawab. Saya meminta maaf Pak, kalau saya membuat Bapak tersinggung” saya masih saja membela diri.

Kemudian Pak Siddiq pun menjelaskan bahwa ia telah memaafkan saya dan mengingatkan saya untuk tidak lagi berlaku seperti itu. J Ternyata sejak kejadian itu , membuatku dekat dengan beliau, beliau terus memberikan support dan nasehat untukku, hingga akhirnya aku diterima di Universitas Lampung. Terima kasih Pak J Maafkan saya yang nakal dan kurang memiliki sopan – santun. Saya berjanji untuk memperbaiki sifat saya. Terima kasih Pak atas pelajaran berharga yang Bapak beri. J

.......................

Semua guru adalah berharga! Semua guru memberiku banyak pelajaran, pelajaran yang menjadi bekalku hingga kini. Semua guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Terima kasih untuk semua guru yang telah mengajariku, hanya ucapan terima kasih yang bisa kuhaturkan pada kalian semua. Kalian yang tidak bisa aku abadikan dalam tulisan ini satu per satu. Kalian yang sudah berbekas di hati ini. Kalian yang masih dan akan terus ku kenang jasanya. Kalian yang sungguh luar biasa pengorbanannya, mengabdi demi anak didiknya.

Sungguh, hanya rasa kagum pada kalian guruku, rasa ini lah yang sulit sekali aku gambarkan di sini, rasa banggaku pada kalian. Aku sungguh berbangga sekaligus haru, ketika mengingat kalian, kalian yang sosoknya semakin bersahaja, di tengah muridnya yang entah di mana keberadaannya. Kalian yang masih terus mengabdikan dirinya, di tengah muridnya yang juga terus belajar, menggapai cita. Sosok kalian tetaplah sama! Sedangkan kami, apakah masih sama? Apakah masih mengingatmu? Ya, sosok kalian akan tetap ku kenang.. Kami kenanga kalian sebagai tenaga penDIDIK, ya pendidik jiwa kami agar lebih matang dalam menghadapi hidup menggapai cita...!

Terima kasih Bapak Ibu Guru di mana pun kalian berada! Doakan anak muridmu agar bisa menggapai citanya, menjadi sosok yang memberi manfaat bagi sesama, seperti kalian! Terima kasih ! J