Kelak Yang Kita Rindukan #2 - Edisi Berjuang

Sudah hampir 3 bulan menanti yudisium selanjutnya, akhirnya hari itu Selasa, 13 Januari 2015 kegalauan kami terjawab sudah. Setelah sempat jatuh pada fase depresi ringan (karena gagal stase, read: Kelak yang Kita Rindukan #1) dan kemudian bangkit lagi, akhirnya kami bisa juga diyudisium untuk kemudian bisa mengikuti UKMPPD (Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter) batch 1 Februari 2015.

Setelah mendapatkan selembar kertas kelulusan yudisium, kami segera melengkapi berkas-berkas persyaratan untuk mendaftar UKMPPD. Hari itu juga ba'da magrib kami segera cus ke Jakarta untuk mempersiapkan ujian kami. Ala - ala bagpacker biar irit haha..

dok. pribadi Yudisium RS Abdul Moeloek
dok. pribadi Yudisium bersama Dokter Pengajar kami yang begitu luar biasa
dok. pribadi para bagpacker

Perjalanan kami malam 14 Januari itu luar biasa. Masing - masing kami membawa paling tidak 2 tas yang bervariasi, berukuran sedang sampai besar, isinya baju dan kertas tapi kaya bawa batu, hehe. Beneran berat banget. Kita bawa buku dan kertas - kertas yang kalau dikardusin mungkin ntah udah berapa dus. Yang bawa koper tentu tertolong karena ada roda koper, tapi dengan lugunya aku malah bawa tas mudik yang perlu dijinjing..(sok jago karena dikira awalnya ga akan jalan jauh, jadi cukup tas mudik aja..) :'( Dan nyatanya, perjalanan dari bus - bakau - merak - ke bus lagi itu, lumayaaaaan.. bahuku rasanyaa..berkedut hehe.

Kami tiba di Jakarta pagi hari, kemudian segera menuju rumah Jahe di daerah condet Jakarta Timur. Setelah sampai di rumah jahe, bahuku mulai berkurang frekuensi berkedutnya, tapi kini mata yang benar benar berat. Oke hari pertama di Jakarta untuk istirahatin badan dulu dan terutama untuk si bahu! 

Nah, jadwal pembimbingan belajar kami mulai tanggal 15 Januari - 28 Januari 2014. Hari - hari di Jakarta membuatku banyak berpikir bahwa kehidupan di ibukota memang keras. Tipsnya memang harus banyak senyum, perjalanan macet senyum; bawa motor lalu diklakson mobil dari belakang senyum aja; ada lagi, ga dapet tempat duduk dan diketekin orang yang berdiri di sebelah kita di busway, senyum aja; woles pokoknya.. Karena kebahagiaan kita jangan sampe tercemar dengan keadaan lingkungan kita. Toh kita yang memutuskan kebahagiaan kita sendiri. Sepakat ya?

Ia, itu baru perjalanannya, yang lebih penting adalah proses belajarnya. Perjalanan kami dari rumah menuju ke tempat bimbingan kurang lebih 30 menit-1 jam. Pulang pergi bisa 2 jam. Lama bimbingannya kurang lebih 3-4 jam setiap pertemuan. Jadi sepanjang hari kami bisa ada di luar rumah. Seru... Selesai bimbingan, kami ber-6 lanjut lagi fighting di rumah jahe untuk corat coret kertas yang udah dijinjing jauh - jauh dari pulau seberang.

dok. pribadi fight~
dok.pribadi edisi berjuang busway
dok. pribadi kuyuk yaah :"
dok. pribadi satu tujuan : LULUS
dok. pribadi Thanks Kk Venny

dok.pribadi terobos hujan

dok.pribadi @bakmi golek
Pengajar kami bernama Kak Venny Beauty, beliau adalah residen Patologi Klinik UI. Orangnya supel, pinter, cantik, ramah, dan rendah hati. Kami bersyukur mendapat pengajar yang kece, tetap sabar mengajari kami yang masih banyak kurangnya, bersedia menjawab pertanyaan - pertanyaan kami yang ngga sedikit hehe, belum lagi kami murid - murid yang paling cepet ngabisin snack di kelas. Dasar, doyan apa laper ya?? :) tapi, pengalaman belajar nya memang begitu berkesan, dan semoga ilmunya juga menjadi ilmu yang bermanfaat kelak.


****


dok.pribadi One direction : PASS !
(dari kiri: Muslim Thaher, Ayu Zahera Adnan, Intan Octaviani, kak Venny, Elis Sri A, aku, dan Raden Dicky)

Sebelum menutup catatan ini, baru saja aku membaca postingan penulis muda berbakat, Rinta Wulandari:  Thallasemia Survivor, Dibilang Pucat Seperti Tembok: “Akumah Maafin dari Awal” 

Jujur, perjuangan yang aku ceritakan pada tulisanku di atas tidaklah ada apa-apanya. Tidaklah bisa dibandingkan dengan perjuangan kalian, para thallaemia survivor. Haru sekali rasanya, ketika mengingat perjuangan kalian, miris sekali rasanya, kalian memang mungkin memiliki keterbatasan secara fisik, tapi jelas pelajaran yang kalian beri pada kami sangatlah besar! :'(

Usia kalian jauh di bawah kami, postur badan kalian pun mungkin di bawah rata - rata rekan seusia kalian, atau bahkan ada sebagian orang yang menatap picing pada kalian. Tapi bersyukurlah dik. Allah selipkan hikmah yang besar pada diri kalian, Allah tentu lebihkan kalian melalui kasih sayang-Nya yang tak ternilai. Kasih sayang-Nya yang bisa kalian rasakan dari kasih sayang kedua orang tua kalian yang senantiasa sabar merawat, melalui sahabat - sahabat seperjuangan yang senantiasa memberi motivasi, melalui keluarga dan rekan yang tentu juga tak sedikit jumlahnya yang mendukung kalian, yang senantiasa mendoakan kalian agar tetap fighting dan menjalani hidup dengan optimis.

Oke, akhirnya catatan ini ditutup dengan perenungan bagi diri, untuk menghapus keluhan, lalu menggantinya dengan mimpi diiringi upaya semaksimal mungkin dalam mencapainya. Semoga Alloh ridhoi pencapaiannya.

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" QS Al An'am : 59
Kenangan - kenangan indah dari perjuangan adalah kejutan - kejutan dalam perjalanan menggapainya. Butuh sedikit kesabaran saja dalam kebaikan, lalu bersiaplah merayakannya di akhir sesudahnya, SURGA. - Gamal Albinsaid

0 comments:

Post a Comment