Dialog Kemuslimahan

Apa motivasi kak Azhar buat nulis buku? Tanya seorang peserta. Motivasi saya mah ga muluk - muluk. Ingin merubah dunia, atau ingin memajukan bangsa, hehe. Jelas, itu tujuan jangka panjangnya. Kemudian ia kembali menjelaskan, terkadang kita tidak perlu motivasi yang besar untuk menyelesaikan sebuah karya. Simple saja. Justru dari hal simple itulah kita termotivasi dalam berbuat sesuatu. "Untuk melamar mba di samping saya", ucapnya sembari melirik wanita yang duduk di sebelahnya yang kini sudah menjadi istrinya. Haha.. menohok! Setuju.. terkadang motivasi internal itulah yang kemudian menjadi lecutan semangat buat kita hehe.

Hari ini 6 Desember 2014 kami diberi kesempatan untuk berbagi mengenai muslimah yang cerdas, cantik, dan sehat. Lokasinya di Fakultas  Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung. Mmm.. semacam ngobrol - ngobrol ringan saling berbagi cerita. Seru, justru saya yang merasa mendapat ilmu banyak dari orang - orang di sebelahku.. terima kasih yaa😊

Ada Azhar Nurun Ala dan istri, Vidia Nuarusta, ibu dosen FEB, Bunda Reni. Bincang - bincang dipandu oleh Master of Ceremony cantik, bernama Dian. Ternyata, Dian ini adik tingkat saya waktu SMP. Hehe. Alhamdulillah bisa silaturahim lagi.

Yang menarik adalah suatu perandaian yang diungkapkan oleh Bunda Reni. Pernah menyapu dengan menggunakan sapu lidi? Tentu pernah. Sapu lidi milik kita awalnya lumayan tebal, banyak dan masih panjang lidinya. Pernah sadar tidak, lama kelamaan sapu lidi kita menjadi semakin tipis, rontok, juga rapuh. Ya, entah kapan lidi - lidi itu lepas satu per satu dari ikatannya. Bisa hitungan hari ia rontok, bisa juga minggu, bahkan bulan. Begitupun dengan kadar keimanan kita. Mungkin kita pernah merasa aman. Ah aku sudah tenang, amalku "rasanya" sudah maksimal. Tapi tentu tanpa kita sadari perlahan iman mulai melemah. Jadinya, "tahu - tahu". Ya, ntah bagaimana ceritanya, "tahu-tahu" sholat kita mepet waktunya, "tahu-tahu" tilawah kita jadi ngebut, "tahu-tahu" thahajud atau dhuha kita bolong - bolong. Sering terjadi tanpa kita sadari. Itulah mengapa alasannya kenapa keimanan butuh untuk selalu di "charge", butuh untuk terus dikuatkan terus menerus, setiap waktu. 

Dok. pribadi 


Selesai acara kami bisa mengobrol banyak dengan Azhar dan mba Vidia, juga Bunda Reni. Novel karyanya juga sudah rampung kubaca, judulnya Tuhan Maha Romantis. Lagu yang sepaket dan sejudul dengan novel nya pun sudah tak asing di telinga. Penyanyi lagunya baru menikah dengan sahabat ukhtina sholeha, sejawat satu angkatanku, Henov dan Wika.. hehe. Kuasa Alloh memang yang mempersatukan. 

Sebelum berpamitan dengan panitia, aku mendapat sebuah buku dari pasutri ini, buku seri non fiksi dari novel yang sebelumnya, berjudul "Cinta adalah Perlawanan".. Alhamdulillah😊

Di akhir acara, giliran Nurul adik tingkatku di FK Unila angkatan 2014 untuk berbagi. Adik satu ini permah menempuh pendidikan kedokteran di Jerman dan akhirnya pindah ke Indonesia dan menulis buku. Ia sudah merampungkan beberapa bukunya bersama rekan - rekannya. Judulnya kalau tidak salah, "Shaleha is My Way". 

Pada dasarnya, setiap kita punya suatu hal untuk dibagi. Terlepas dari apapun profesi kita. Toh, senyum kepada sesama saja sudah menjadi sedekah kita, bukan begitu? 😊








Surat ini...

Surat ini kutuliskan untuk takdirku kelak..
Entah mana yang akan menghampiriku terlebih dulu. Jodoh kah atau maut kah?
Kenapa sering sekali aku menggalaukan perkara jodoh ini, sementara yang juga pasti datang mendekat adalah kematian.

Terlena, semoga kita tidak dibuat lena akan hadirnya ketetapan Alloh lain, disamping soal jodoh. Ya ada maut yang juga kita tak pernah tau kapan akan menjemput. Waktunya pun mutlak, tidak akan berubah maju atau mundur satu detik pun.

Wahai jiwa, siapkanlah dirimu. Siapkan diri ini untuk kemungkinan yang pasti, yakni kematian. Ketika kita mengingat kematian, maka akan ada rasa cinta kita kepada akhirat yang lebih kekal, dibandingkan dengan dunia yang fana.

Rahasia-Nya, hanya Alloh yang menyimpan dengan rapat dalam lauh mahfuz-Nya lah siapa seseorang yang akan mendampingi kita kelak. Seseorang yang akan membersamai langkah kita menuju jannah-Nya. Yang bersamanya semoga kelak Alloh selipkan rasa sakinah mawaddah warahmah dalam ikatan. Aamiin.

Sungguh dengan mengingat kematianlah justru hati ini semakin tenang, semakin lapang, semakin bersemangat untuk menghadapi hari. Apapun yang menjadi ketetapan-Nya terlebih dahulu. Mautkah atau jodohkah. Bismillah. Wallahualam bis shawab.

Pict taken by meta sakina😊

Pelajaran dari Pantai

Pantai. Apa yang sahabat - sahabat bayangkan pertama kali ketika mendengar kata "pantai"?
Air atau angin atau pasir atau ombak atau karang ataukah nelayan. Tentu akan banyak diksi yang dapat menggambarkan indahnya salah satu ciptaan Yang Maha Kuasa ini. Tak sedikit pula yang terinspirasi dari pengalaman puitiknya lalu disulap menjadi puisi indah dan memesona.

Aku pun sama. Dari sekian banyak pilihan berlibur, pantai tetaplah menjadi tempat favorit untuk dikunjungi. Berlibur bersama teman - teman maupun keluarga menjadi momen yang amat cantik untuk dikenang. Ya, itulah pantai dengan segala memori keindahannya.

Ah, nampaknya aku mellow malam ini. Tiba - tiba aku teringat sebuah pelajaran yang mungkin perlu aku tuliskan di sini. Pelajaran sederhana dari alam. 

Pantai yang tak tampak oleh jangkauan indera apa bentuk ujungnya. Yang nampak hanya warna birunya yang terbentang luas. Luas sekali... lalu ada kita yang berdiri memandangi itu semua. Kecil sekali diri ini. Apalah artinya diri ini dibandingkan dengan dunia yang begitu luas. 

Dunia begitu luas? Ya..terlihat begitu, bukan..? Bandingkan saja luas rumahmu dengan luas tanah lapangan sepak bola. Lalu bandingkan dengan propinsi atau pulau, atau bahkan samudera. Kemudian bandingkan lagi itu dengan planet bumi, bahkan tata surya. Tapi ternyata dunia pun masih amat kecil jika dibandingkan dengan akhirat. Hmmmmh :"




 : وَعَنْ المُسْتَوْردِ بنِ شَدَّادٍ  رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قََالَ رَسُولُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

مَا الدُّنْيَا في الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ أُصْبُعَهُ فِي الْيَمِّ . فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ؟

Dari al-Mustaurid Ibn Syaddad ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda:
Tidaklah dunia ini dibandingkan dengan akhirat, melainkan seperti jari yang dicelupkan salah seorang di antara kalian ke dalam air laut lalu ditarik kembali. Lihatlah, seberapa banyak air yang melekat di jarinya itu. HR Muslim.

Allah berfirman,
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. QS Al Qasas : 77

Ya, tentu segala sesuatu diciptakan dengan maksud tertentu. Bagitupun kita, makhluk-Nya disertai dunia dan isinya. Di sinilah letak peran kita mengoptimalkan apa yang ada pada diri dan apa yang Alloh sediakan di dunia untuk beribadah kepada-Nya. Lewat peran apapun yang kita mainkan, sebagai apapun, dengan cara apapun, semua harus menjadi bekal kita untuk mempersiapkan kehidupan yang sesungguhnya, yang teramat besar lagi kekal, kehidupan setelah kematian..ialah akhirat.

Semoga yang kecil dan singkat yakni diri dan kehidupan dunia kita, bisa mengupayakan yang besar lagi kekal ialah akhirat dalam jannah-Nya...