Mendewasalah Wahai Jiwaku

Alhamdulillahirobbil 'alamiin




Akhirnya Allah masih memberiku nikmat yang besar, salah satunya adalah nikmat umur sampai saat ini di usiaku yang tepat 19 tahun.. Perasaan syukur yang tak terhingga ini membuatku berpikir banyak. Apa yang sudah bisa aku lakukan di usiaku saat ini, apa yang sudah bisa kuberikan untuk orang lain, keluargaku, orang tuaku??
 Jawabannya : tak banyak.. :')

Ya, belum banyak yang bisa kulakukan, belum banyak yang bisa kuberi, belum banyak nilai - nilai positif pada diriku. Sebaliknya, banyak hal - hal yang masih terus perlu aku perbaiki, banyak orang - orang yang sepertinya aku tak sadar jikalau ternyata mereka telah tersakiti karena ulahku, kata - kataku. 

Permohonan maaf kuhaturkan sebesar - besarnya kepada kedua orang tuaku atas laku putrimu yang pastinya tak engkau harapkan, laku yang telah menyakiti orang lain, kata - kata maupun sikap yang mungkin membuat orang lain tidak berkenan, upaya yang mungkin tidak putrimu ini lakukan dengan maksimal, yang aku tahu bahwa itu jelas mengecewakan kalian..
Permohonan maaf juga terus aku haturkan kepada kedua orang tuaku, yang sampai saat ini masih terus mendesak putrinya untuk memperkenalkan "teman dekatnya" kepada mereka. Maafkan aku, aku belum bisa membahagiakan kalian, aku berjanji suatu saat akan kutunjukkan pada kalian bahwa putri mu ini bertanggung jawab akan apa yang dilakukannya, bertanggung jawab pada dirinya sendiri dan bisa mempertanggungjawabkannya pula pada kalian. Sungguh!

Permohonan maaf ini juga turut kuhaturkan pada jiwa - jiwa yang sempat tersakiti, maafkan aku atas ulah dan sikapku yang menyakiti kalian. Aku bertekad untuk menjadi pribadi yang legowo mengakui kesalahannya dan memperbaikinya sehingga menjadi pribadi yang lebih baik. Oleh karena itu, aku sangat mengharapkan memiliki kalian, jiwa - jiwa yang mau sama - sama belajar memperbaiki diri, sama - sama  mau memberi tahu apa kesalahan dan kekurangan rekannya serta mencarikan solusi yang tepat akan hal itu. Sehingga kita semua, ingat kita semua, bukan kita sendiri atau anda saja, tapi kita semua, bisa bersama - sama menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Pribadi dewasa, matang, yang mampu merubah dunia, merubah dunia bersama, menjadi dunia yang lebih baik. Bersama penghuni - penghuni dunia yang lain menjadi sosok yang lebih baik, hingga nantinya kita semua sebagai pribadi maupun jiwa - jiwa yang dirindukan di akhirat ,syurga-Nya kelak.. Aamiin Yaa Rabbal 'Alamiin..















gretchen di gubuk perjuangannya, 23:41, 2 Juli 2011

Is It a Trouble?

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (Jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Penerima taubat, lagi Maha mengasihani.” (Surah Al_Hujurat:12) 


Masalah hanya akan menjadi masalah jika memutuskan itu sebagai masalah. Cara kita menyikapinya akan berpengaruh pula kepada penyelesaian masalah tesebut.

Dalam kehidupan yang sementara ini, pastinya kita semua sudah berkawan akrab dengan kata ini (red : masalah). Sebenarnya sadar tidak sadar, jika kita berhasil menyelesaikannya dengan baik, justru itulah yang mampu memuliakan kita serta menjadikan kita pribadi yang lebih baik lagi. Tapi apakah setiap kita mampu? Apakah setiap kita diberi masalah yang sama dengan kadar kekuatan yang sama untuk menghadapinya? Tentu tidak. Yang dijanjikan Allah, bacalah surah Al-Insyirah ayat 5 dan 6: 

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS  Al-Insyirah: 5-6).


Semangatlah saudaraku (semoga semangat pula pibadiku), kita sama - sama belajar untuk bersikap optimis dan husnudzon tehadap segala sesuatu yang terjadi. Semoga Allah senantiasa memuliakan kita.. Aamiin Yaa Rabbal 'Alamiin.

Imam Asy Syafi’i pernah berkata dalam bait syair,

Bersabarlah yang baik, maka niscaya kelapangan itu begitu dekat.
Barangsiapa yang mendekatkan diri pada Allah untuk lepas dari kesulitan,
maka ia pasti akan selamat.
Barangsiapa yang begitu yakin dengan Allah, maka ia pasti tidak merasakan penderitaan.
Barangsiapa yang selalu berharap pada-Nya, maka Allah pasti akan memberi pertolongan.



Gretchen, di gubuk perjuangannya, June 26th, 2011, 06:56

Pemenang / Pecundang ?

Want to scream,
Keluhan - demi keluhan benar - benar tertahankan dari mulut ini. Tapi langsung saja terbantahkan seketika dengan jawaban - jawaban yang sebenarnya aku tahu penyelesaiannya. Lalu mengapa keluhan itu masih bisa ada di otakku...?


Manusia memang diciptakan dengan masalah - masalah yang mengiringinya. Namun di balik itu pasti terselip suatu penyelesaian yang hanya dengan sedikit kejelian dan keterbukaan untuk menerima penyelesaian itu, pastilah kita akan menemuinya.

Inilah seorang Nora Ramkita, yang masih terus memaknai kehidupan dengan segala permasalahannya. Keegoisan terkadang membutakan kita dari makna kehidupan itu sendiri. Kehidupan yang penuh dengan zona kenyamanan, kehidupan yang para makhluknya memiliki hak untuk memilih akan berada di jalur manakah ia melangkah?


-------






Sosok itu telah membuka sedikit pikiranku:
Bahwa benar, apa yang kita lakukan di dunia ini tidak selalu mulus, tidak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan. Namun inilah kehidupan, inilah sebuah pertandingan yang tanpa kita sadari, kita adalah petarungnya. Dalam sebuah pertandingan yang kita sendiri yang menentukan strategi pertandingannya, kita sendiri yang menentukan taktiknya. Lalu bagaimana dengan hasil?

Ya, hasil hanya Dia yang menentukan. Kita hanya bisa berstrategi sebaik mungkin, melaksanakan strategi seoptimal mungkin, siap akan jatuh, siap akan kartu merah, dan akhirnya siap dikeluarkan dari lapangan pertandingan. Ya, itu semua mengandung konsekuensi yang harus kita terima. Pilihannya hanya 2 , menjadi pemenang ataukah pecundang?

Memikirkan orang lain, memikirkan orang - orang di sekeliling kita, bukan berarti tidak memikirkan diri sendiri. Lebih dari itu ! Berhentilah untuk berpikir bagaimana saya? tapi cobalah untuk berpikir bagaimana mereka? Karena dengan itu, sadar tidak sadar kita sudah memikitkan diri sendiri dan orang lain.

Ketika sebuah harapan perubahan kita idam - idamkan, kita tidak akan pernah bisa bergerak sendirian. Kita butuh orang lain yang membantu. Kita butuh mereka. Kita butuh kita !
^^

Bergeraklah bersama kawan ! Bergeraklah bersama, bangkit dari keadaan kita sekarang, dengan semangat berbagi kemanfaatan terhadap sesama. satu kata : AYO ! ^^