Gerbong Ekonomi

Tuuut..tuut..tuut..
Perjalanan kami pagi ini dari stasiun kereta api Tanjung Karang menuju Blambangan Umpu, Way Kanan. Berhubung cuaca sedikit mendung, bekas hujan semalam membuat udara berbau hujan.. hummm. Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kau dustakan?

Kereta ini berangkat pukul 08.30 dan direncanakan tiba pukul 12.00. Aku berangkat dengan gadis manis asal Bandung, Aqsha Ramadhanisa. :p . Berhubung kerjanya masih freelance (pekerja lepas) cukup bersyukurlah kami mampu membeli tiket ekonomi dengan harga 35.000 rupiah. Alhamdulillah, murah hehe.

Dengan niat memenuhi undangan walimah seorang sahabat dengan pujaan hatinya yang juga satu fakultas dengan kami, jadilah kami berangkat dengan bersemangat. Bawa tas ransel, kado dari teman - teman, dan yang terpenting bawa semangat! Uyeyy 😊

Dok. Pribadi. Peta jaringan kereta api


Kursi duduk kami berhadapan berisi 4 orang. Kami bersebelahan duduk dengan 2 orang ibu - ibu paruh baya dan seorang lagi ibu - ibu muda berusia sekitar 30-an tahun. 2 orang ibu - ibu ini akan menuju stasiun Kertapati, Palembang. Karena satu 'kampung' denganku, jadilah kami ngobrol banyak sana - sini.

Ketika sedang asik bercerita, pandanganku dan Aqsha tertuju pada seorang bapak renta dengan pakaian lusuh dan beraroma 'khas' berjalan di sisi kursi kami. Dengan mengenakan sendal jepit nya bapak ini perlahan berjalan menuju ke luar pintu kelas ekonomi. Nampaknya ia mencari toilet karena sudah tidak mampu lagu menahan untuk buang air kecil, hingga bau khas ketika ia lewat tercium oleh sebagian kami. Celana belakangnya juga sudah terlihat basah.

Baper mereka bilang, alias bawa perasaan. Bapak itu sendirian, tanpa keluarga pergi ke luar kota. Bayangkan diusia senja yang seharusnya sudah menikmati masa tua bersama keluarga, tidak dengan bapak ini. Ia masih harus berjuang meski hanya menahan buang air dan mungkin juga menahan lapar belum tersentuh makanan entah dari kapan. 

Ironi. Di mana keluarga yang seharusnya menjadi orang terdekat kita, yang memperhatikan kita, yang menjadi kekuatan kita. Semoga kita bisa menjadi anak - anak yang sholeh dan sholeha. Yang menghargai jasa - jasa orang tua kita meskipun tentu tak akan pernah mampu setimpal dengan kasih yang telah orang tua kita berikan.

Dok. Pribadi. Gerbong kereta api

Terima kasih Bapak sudah memberi kami pelajaran pagi ini. Pelajaran hidup tentang kasih sayang kami sebagai anak yang masih jauh dari kata sempurna, tapi kami akan berusaha untuk berbuat yang terbaik demi keluarga.

Dibuat di atas gerbong kereta ekonomi, 
Tue, June 9, 1.00 pm

0 comments:

Post a Comment