Islamic Festival Lampung University 2015

Siapa yang setuju kalau pekerjaan menunggu itu membosankan? Sebagian besar tentu setuju dengan pendapat ini. Mmm..alasannya beragam, tentu karena ketika menunggu waktu kita terbuang, atau mungkin ketika menunggu kita sering merasa jenuh dan lain sebagainya. Tapi pernah tahu tidak, suka atau tidak suka, kita pun setiap saat sedang menunggu. Menunggu waktu sholat. Nah mindset kita sering dibuat terlena dengan pemahaman "Kita hidup untuk bekerja dan berusaha, sedangkan sholat adalah hal rutin yang mesti kita kerjakan di sela-sela aktivitas kita". Mari kita perbaiki, bahwa yang lebih tepat adalah kita hidup untuk menunggu waktu sholat.

Ya, sholat adalah kebutuhan kita. Sedangkan aktivitas kita diantaranya waktu tersebut adalah tambahan. Jadi, upayakan kegiatan menunggu waktu sholat tadi adalah aktivitas yang juga bernilai ibadah. Sehingga kita tidak termasuk orang-orang yang merugi.

Pembelajaran kali ini saya peroleh dari agenda #IFLU2015 "Islamic Festival Lampung University" yang diselenggarakan oleh UKM Birohmah Universitas Lampung. Kegiatan ini diadakan pada 2-3 Mei 2015.

Kegiatan dilasanakan dalam 2 hari. Hari pertama adalah kajian oleh ustadz Salim A Fillah dengan tema "Aku adalah seorang muslim dan inilah jalanku". Kemudian dihari yang sama pada pukul 13.09 dilanjutkan dengan talkshow keluarga bersama Azhar Nurun Ala dan istri. Keesokan harinya, 3 Mei 2015 dilanjutkan dengan bedah buku yang berjudul "Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan" oleh ustadz dengan pemilik akun twitter @kupinang.

Dok.pribadi. Tabligh Akbar Ust. Salim A Fillah
Dok.pribadi. bersama mba Vidia Nuarista

Dok.pribadi. Talkshow Keluarga Azhar Nurun Ala dan Istri

Reportase kegiatan hari pertama silakan baca di blog perawat cantik ini ya: Azhar Nurun Ala Ungkap Resep Bahagia Nikah Muda

Dihari kedua adalah bedah buku "Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan". Saya pribadi belum pernah membaca buku ini. Daripada penasaran, baiknya kita berkenalan dengan penulis bukunya dan tentu juga isi tulisannya.

Ustadz dengan nama lengkap Mohammad Fauzil Adhim ini membuka bahasannya dengan sebuah cerita pribadi. Dia mengatakan beberapa hari yang lalu setelah pulang dari kegiatan bedah buku di tempat lain, ia dikejutkan oleh berita bahwa istrinya mengalami kecelakaan dan tulang kakinya retak. Lalu apa yang harus saya perbuat, ujarnya. "Apakah saya harus cemas terburu-buru lalu saya bisa saja mengambil keputusan yang salah. Nah terkadang dalam kondisi tertekanlah kita diuji. Saya kemudian mencoba tenang, saya browsing kira-kira rumah sakit mana dan penanganan seperti apa yang tepat untuk istri saya. Begitulah kita sebaiknya bertindak saat tertekan. Tenang dan bersegera bukan berarti terburu-buru. Sehingga keputusan yang kita ambil pun akan tepat."

dok.pribadi Ustd. Fauzil Adhim

Beliau pun melanjutkan ceritanya, menurut kalian apa ada orang yang minta kepada Tuhannya dengan berdoa ingin celaka. Artinya apa? Artinya memang kita dituntut untuk siap dengan segala kemungkinan cobaan yang Allah uji kepada kita. Tentu dengan menyiapkan hati dan jiwa yang tenang.

Kembali lagi mengenai mencari ketenangan. Ternyata ketenangan itu terdiri dari dua. Pertama ketenangan jiwa dan kedua ketenangan hati. Ketenangan jiwa bisa dicari dengan ridho, sedangkan ketenangan hati diraih dengan berdzikir. Berdzikir yang diutamakan adalah bukan hanya dengan lisan tapi juga dengan hati. Bukan hanya mengejar jumlah dzikir sekian dan sekian, melainkan meresapi makna tiap lafadz yang terucap. Ketika menyebut asma-Nya dengan hati, maka kekuatan berupa ketenangan hati pun akan kita peroleh.

Ngomong - ngomong soal ridho, ada yang tahu apa perbedaan ridho dengan ikhlas? Ternyata kedua kata tersebut punya makna yang berbeda tapi sering salah penggunaannya. Ridho artinya menerima Qada dan Qadar yang telah Alloh tetapkan. Tentu setelah upaya yang kita lakukan dengan sungguh - sungguh, tetapi hasilnya belum tercapai, nah disitu kita kudu ridho. Sebagai contoh, Kita hendak masuk masjid, tentu kita perlu melepas alas kaki. Ternyata ketika kita keluar masjid, sepatu kita hilang diambil orang. Itu artinya kita ridho sepatu kita hilang. 

Kalau ikhlas? Ikhlas artinya melakukan (secara aktif) amal dan atau ibadah semata - mata hanya karena Alloh SWT. Nih, untuk menegaskan kembali, jika sepatu kita hilang dicuri orang, maka kita ridho terhadap takdir-Nya. Itulah perbedaan antara ridho dan ikhlas.

Pernahkah anda risau karena janji yang tidak ditepati oleh orang lain? Atau mungkin malah kita sendiri yang mengingkari janji, baik disengaja ataupun tidak. Nah, ternyata dalam berjanji kita tidak jarang mengucapkan "InsyaAlloh". Ustadz Fauzil Adhim berbagi kepada kita tentang hal ini.

Kata "InsyaAlloh" setidaknya memiliki beberapa makna yang terkadang kurang tepat penggunaannya. Berikut pembahasan ustadz Fauzil Adhim mengenai makna insyaAlloh, diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk memastikan janji
Jika kita berjanji terhadap seseorang yang akan kita kerjakan besok, sebagian ulama menganjurkan untuk mengucapakan InsyaAlloh. Dengan catatan kita sudah berniat sungguh - sungguh untuk mengerjakan hal tersebut.
2. InsyaAlloh bukan pengganti kata "mungkin" atau "bisa ngga ya"
Misalnya hari ini kita sedang berpuasa. Jadi bukan "insyaAlloh kita puasa", tetapi saat ini kita sedang puasa. 
3. Kita sudah yakin 99%
Misal kita akan pergi ke Lampung dan telah membeli tiket penerbangan untuk tanggal tertentu. Itu bisa kita katakan insyaAlloh saya berangakat ke Lampung pada tanggal tersebut.
4. Kita bersungguh - sungguh atau all out
Makna InsyaAlloh berarti kita memang all out untuk memenuhi janji kita. Jadi jangan sampai kita berniat tidak menepatinya, lalu kita katakan InsyaAlloh saya datang.

Bedah buku kali ini ditutup dengan sesi tanya jawab. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta. Tapi yang menggelitik menurut saya adalah pertanyaan berikut.

Assalamu'alaikum ustadz, perkenalkan nama saya (sebut saja bunga)☺. Saya alumni Unila dan sudah berkeluarga dan memiliki anak. Nah ustadz, saya merasa setelah menikah waktu saya cukup banyak tersita untuk keluarga. Sehari - hari saya mengurusi keluarga dan sebagian waktu lain saya gunakan untuk upgrade diri saya seperti halnya yang saya lakukan hari ini. Yang saya herankan ustadz, setelah menikah saya lebih sering emosional dengan anak -anak saya. Sampai suatu hari anak saya paling bungsu, yang belum masuk sekolah dasar berkata, "Ummi, coba dong Ummi sehariii aja ga marah-marah.." Saya kaget sekali ustadz, ketika diingatkan oleh anak saya. Anak semuda itu bisa mengingatkan orang tuanya, ini tentu jarang dilakukan oleh anak-anak seusianya. Sejak saat itu saya jadi berpikir ustadz tentang sikap saya. Apa ia ya saya seemosinal itu, sampai-sampai anak saya merasa saya berlebihan. Tapi menurut saya, itu semua saya lakukan karena saya sayang dengan mereka, karena saya khawatir dengan anak-anak saya. Atau mungkin juga karena saya lelah sehingga terbawa emosi pada anak-anak. Bagaimana pandangan ustadz terkait ini?

Ustadz Fauzil pun menjawab dengan mengingatkan kita melalui sebuah firman,

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Alloh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. at-Tahrim [66]: 6)

Anak adalah titipan. Nah ketika Alloh beri kita titipan maka sudah selayaknya kita memberikan pendidikan dan pengajaran yang baik pada putra putri kita. Ilustrasi beliau seperti ini,

Ada seorang anak yang merengek minta dibelikan mainan yang dipajang di pasar pada ibunya. "Ibu, aku mau dibelikan ituuuuu...ya ya ya..?". Sambil membentak ibunya menjawab, "Ga boleh, ibu lagi ga ada uang, lagian mainan kamu kan udah banyak..". Tak ayal sang anak pun makin merengek kencang dan terus meminta kepada ibu. "Mau ya bu, aaaaahh..mau ya bu..". "Kalo ibu bilang ga boleh, ya ga boleh..ibu ga ada uang!"

Belum berhenti tangis sang anak, tiba-tiba datanglah teman lama sang ibu ke toko di mana anak dan ibu ini berada. "Eeh, gimana kabarnya Jeng? Lagi ngapain sama anakmu?". "Alhamdulillah aku sehat, ini lagi nemenin anakku cari mainan."

Sang anak punya ide bagus, dia coba merayu sekali lagi ibunya "Bu, aku mau ya dibeliin mainan itu..". Ekspresi ibu mendadak berubah, dari melotot menjadi sumringah. Dari membentak jadi melembut. "Oh ia nak, nih uangnya (sembari mengeluarkan uang dari sakunya), ini untuk beli mainan itu yaa.." Kemudian ibu kembali mengobrol dengan teman lamanya itu.

Apa pelajaran yang bisa anak itu ambil?
  1. Oh artinya ibu bohong, katanya ga punya uang, tapi buktinya ada uang di saku bajunya. Dusta itu indah.
  2. Oh artinya kalau minta sesuatu ke orang lain, cara menanggapinya adalah dengan kasar atau marah - marah.
  3. Oh ternyata semua orang itu bisa dipercaya ya, kecuali ibu. Naudzubillah.


Jadi dari ilustrasi tadi kita bisa belajar :
  1. Anak itu amanah yang merupakan titipan Alloh dan kita harus semangat menjaganya dengan penjagaan sebaik-baiknya. Dan sebaik-baik penjagaan adalah dengan memberikan pemahaman agama yang baik pada anak. 
  2. Kita harus tegas dalam mendidik anak. Tegas bukan berarti keras. Jika memang kita harus katakan tidak terhadap sesuatu, sampaikan dengan halus namun konsistenlah akan hal itu. Penting juga diingat bahwa harus ada kekompakan antara ayah dan ibu dalam bersikap. Jangan sampai ayah bilang ya, tapi ibu bilang tidak atas permintaan anak. Ini akan menimbulkan dualisme dalam pendidikan anak dan tentunya anak akan mengalami kebingungan.
  3. Semua adalah bentuk ibadah kita kepada Sang Pencipta, sehingga ketika kita mengingat hal tersebut, maka kita akan menjalani proses mendidik anak dengan ketenangan hati dan tanpa keluh kesah.

Wallahu a'lam bissawab 


ÙƒُÙ„ُّÙƒُÙ…ْ رَاعٍ ÙˆَÙƒُÙ„ُّÙƒُÙ…ْ Ù…َسْؤُولٌ عَÙ†ْ رَعِÙŠَّتِÙ‡ِ

“Setiap diri kalian adalah penggembala, pendidik juga pemimpin, dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang penggembalaannya, kependidikannya, dan kepemimpinannya.” (HR. Bukhori: 2354 dan Muslim: 4701)







Muscina 2015 #2

Maaf, terlalu lama vakum sepertinya. Oke mari kita lanjutkan ya.. (ini materi sebelumnya Muscina 2015 #1 )

Materi kedua
Dra. Hj. Husna Hidayati, MHI - Siapkan dirimu, calon ibu hebat!

Materi kali ini dibawakan oleh seorang ustadzah, ummi Husna sapaannya. Siapa sangka, beliau adalah ibu dari 5 orang putri yang begitu luar biasa. Ummi Husna merupakan dosen di sebuah universitas di pulau Jawa, namun ia punya pekerjaan yang ia banggakan, beliau menyebutnya sebagai perdana menteri rumah tangga. Beliau tidak membatasi pendidikan kelima putri-putrinya untuk bersekolah di sekolah umum. Tapi kelima putrinya merupakan para penghapal Al Quran. 

Putri keduanya, Anita Ghina Imaniyyah, saat ini sedang menempuh pendidikan kedokteran gigi semester 4 di Unpad, dulu pernah ditawari ibunya untuk mondok saja agar bisa menghapal Al Quran. Tapi gadis ini lebih memilih untuk tetap kuliah, namun bertekad hapalannya pun harus tetap jalan bersamaan dengan studinya. Maha Kuasa Allah, telah meridhoi putri ini untuk menyelesaikan hapalan Quran nya sebanyak 30 Juz.

dok. pribadi. Profil kelima putri Ummi Husna
dok.pribadi. Ummi Husna berbagi kisah

Siapa tidak iri pada mereka..? Segudang prestasi dunia maupun akhirat membuat siapa saja tentu ingin seperti keluarga ini. Prinsipnya, sebagai apapun profesi kita, tetaplah berdakwah. Tidak mesti berdiri di panggung untuk berceramah, tapi sampaikanlah kebaikan lewat pekerjaan kita. Dan yang terpenting, setinggi apapun karir seorang wanita, tetap wanita adalah madrasah ula atau sekolah pertama dan utama bagi anak - anaknya.

dok. pribadi. Teh  Meyda

Materi ketiga
Meyda Sefira - Muslimah shaleha, cerdas, dan supel

Materi ketiga dibawakan oleh Kak Meyda, pemeran Husna dalam film Ketika Cinta Bertasbih. Ia berbagi kepada peserta mengenai peran muslimah yang kudu sholeha, cerdas, juga supel. Ia bercerita tentang ciri - ciri kepribadian seseorang. Paling tidak ada beberapa tipe kepribadian yang kita kenal. Diantaranya koleris, melankolis, sanguinis dan plegmatis. Dalam perkembangannya kemudian ada tipe-tipe lain seperti feeling, thinking, judging, sensing, intuiting, dan perceiving

Aktris yang juga seorang sarjana lulusan ITENAS Bandung ini juga menguraikan pengalamannya menjadi muslimah di Australia, tempat suaminya bekerja. Ia menceritakan bahwa ia merasa dihargai oleh warga asing sebagai seorang muslimah yang minoritas di sana. Pesannya, tetaplah menegakkan nilai - nilai Islam di manapun muslimah berada, tak perlu canggung apalagi rendah diri.


*********

Oleh Ust. Felix Siauw
atas kata yang tak sempat terucap, rindu yang tak sempat terlisan | kugantikan dengan maaf lewat doa, walau dalam sunyi kupanjatkan
menahan hati memang menyiksa, tapi lebih baik ketimbang dosa | karena seringkali sabar itu diuji paling keras saat harus diamkan rasa 
aku hanya manusia biasa, lemah dan mungkin terluka | tapi tak mengapa, waktu akan membawaku terbiasa
tidak semua hal yang kuinginkan harus jadi kenyataan | penantian, pengorbanan, juga suatu kebaikan dan pelajaran
dari kegagalan aku belajar berharap, dari penantian kesabaran kuserap | dari kekecewaan doaku menetap, dari kekhawatiran sujudku meratap
aku belajar melepaskan yang memang tak kumiliki | lalu mengais kenangan untuk menemukan arti demi arti
hidup siapa yang sempurna? mungkin takkan pernah ada | bagiku, mendekati sempurna, jika bisa menemukan makna
begitulah aku jadi sepenggal bab kehidupan bagimu, cerita sampingan | kita tak meminta untuk mengawali, namun kita tutup dengan ketaatan
yang meminta ketaatan akan mendapatkannya walau kesendirian | karena percuma bila berdua namun ketaatan jauh dari kehidupan
engkau dan aku pasti akan mati, tapi ada yang Maha Hidup, Allah | cintailah Allah, cintalah yang dicintai Allah, itulah makna indah

Muscina 2015 #1

28 Maret 2015


Tahun lalu merupakan perkenalanku dengan FLP Bandar Lampung bersama Mba Maya dan Mba Naqiyyah Syam dalam acara Muscina 2014. Dalam acara tahunan (FSI) Forum Studi Islam Ibnu Sina, Muscina kali ini tampil jauh lebih baik. Materi yang diusung semakin menarik, Kalahkan Pesona Bidadari Syurga. #aseeek :) penasaran? 

Jelas, saya pun penasaran. Sebenarnya broadcast via bbm, sudah sampai jauh - jauh hari beberapa minggu sebelum acara. Tapi tetap saja, namanya seorang nora, kalau ga spontan, ga greget kayaknya. hehe. Ya, akhirnya sabtu pagi, bangun dan loncat dari tempat tidur berangkat ke kampus dan beli tiket on the spot. hehe. Mandi dulu kok sebelum berangkat..tenang tenang..

Ada 3 pemateri :
dr. Ratna Dewi, Sp. OG - Muslimah cerdas menyaring informasi kesehatan organ reproduksi
Dra. Hj. Husna Hidayati, MHI - Siapkan dirimu, calon ibu hebat!
Meyda Sefira - Muslimah shaleha, cerdas, dan supel


Materi pertama~
Siapa tak kenal dokter spesialis kandungan ini? Sudah jelita, ramah, pintar, sholeha pula. Sejak pendidikan koas di RSAM aku sudah mengagumi beliau. Nah, hari itu beliau memulai materinya dengan mengungkapkan fakta - faka mengejutkan.

Dari sumber data BKKBN menyebutkan bahwa 63% remaja pernah berhubungan seks di luar nikah, 3 juta perempuan diantaranya telah melakukan aborsi. Itu yang tercatat bung...! Bagaikan fenomena gunung es, tentu ada sekian ribu atau mungkin juta yang tidak tercatat :" Miris, miris sekali, ini terjadi di sekitar kita. Nanti saja kita bicara soal data nasional, pengalamanku ketika koas saja di bagian forensik, setiap hari tidak kurang 1 orang yang datang untuk minta visum keperawanan...ada yang mengaku diperkosa, diajak pacar ke pantai, dipaksa, atau "terlanjur'. Ya, itulah fakta yang terjadi di lapangan, semoga Alloh melindungi kita dan keluarga kita..aamiin.

Kira - kira di mana masalahnya? Ada input - proses - lalu output. Nah, setiap remaja tentu mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi berupa pendidikan seks (ICPD-Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo, Mesir, 1994). Tapi yang amat disayangkan, pesan yang ditangkap haruslah tepat. Pendidikan seks tidak ditujukan untuk mengajarkan mereka tentang hubungan seks, namun memberi pengetahuan tentang upaya yang perlu mereka tempuh untuk menjaga organ reproduksi mereka.

Bagaimana cara menjaganya? Ada aturan yang sudah Alloh tetapkan dalam surat cinta-Nya, al Quran

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya”. (QS. an-Nur [24]: 30-31)


dok.pribadi (dari kiri: dr. Ratna Dewi, Sp.OG, ummin Husna, teh Meyda)

Materi kedua~
Materi selanjutnya to be continued aja yaa.. biar bisa bernafas bacanya..

dok.pribadi. Sesi tanya jawab