Media Intervensi - Flip Chart Hipertensi












Bahagia, alhamdulillah sudah selesai menyiapkan media intervensi yang akan kami gunakan minggu depan. Media intervensi yang harapannya bisa mengubah pengetahuan mereka kemudian perilaku mereka, perilaku "emak" agar mau berobat ke dokter, mengobati penyakit hipertensinya yang bisa dikatakan tidak ringan, karena sudah sampai pada tahap komplikasi.

Blok Kedokteran Komunitas ini memberi kami banyak pelajaran berharga, membuka pikiran dan hati kami bahwasannya masih banyak orang di luar sana yang belum paham, belum sadar akan pentingnya pengobatan. Pengobatan yang menurut mereka mungkin hanya menghabiskan uang dan waktu mereka saja, toh mereka "merasa" baik - baik saja. Miris terdengar, namun itulah adanya.

Rumah sederhana ini memberi kami pelajaran yang tidak sederhana. Dalam dua kali kunjungan ke rumah ini, kami mencoba memahami mereka bukan sebagai orang sakit, tetapi memahami mereka sebagai keluarga yang memiliki anggota yang sakit, KELUARGA! Pemahaman karakter dan komunikasi menjadi hal yang mesti dijunjung tinggi. Perasaan saling menghargai dan empati kami pun diuji di sini. Mencoba memahami mereka, membungkukkan sedikit badan kami yang mungkin jiwanya juga mulai menyongak. Meneliti hati agar tidak mencongkak. Menyejajarkan diri dan akhirnya banyak pula pelajaran dan hikmah yang bisa dipetik.

Ilmu yang tak seberapa seolah menjadi momok, momok yang terus saja mempertanyakan kapasitas yang dimiliki pribadi ini. Seolah kacang rebus yang ternyata "kopong", tanpa isi. Malu sebenarnya, malu pada ekspektasi orang lain yang sungguh jauh dari kenyataan.

Benar saja, kita bukan seperti apa yang kita tuliskan. Bukan pula yang kita deskripsikan. Kita bukan pula kita yang orang lain pikirkan. Kita hanyalah pribadi yang mencoba memahami hakikat dirinya, terus belajar, dan terus memperbaiki diri.

Mulai saat ini, masih ada waktu untuk belajar. Masih ada waktu untuk memperbaiki diri. Mulailah untuk memaksimalkan apa yang bisa kita lakukan. Banyak pahlawan dalam keheningan di luar sana, pahlawan yang mampu berikan karya terbaiknya dengan segala keterbatasan yang ia miliki. Pun kita, dengan semangat dan "passion" yang kita miliki, kita pun bisa berikan manfaat kita untuk mereka, dengan segenap kemampuan kita yang harus kita kembangkan karena memang masih jauh dari kata sempurna.

Semoga bisa memberikan manfaat dengan segenap kemampuan yang ada.

Memaknai Hati



Banyak rasa yang sulit diungkap. Banyak sajak yang sulit dibuat untuk mewakilkan rasa. Semua menjadi satu dalam asa. Asa yang terus terpatri dalam jiwa, memaksa raga untuk terus menggapai.


Membayangkan ada sosok yang mampu bersama merubah asa ini menjadi nyata. Asa yang aku yakin tak mampu kurengkuh sendiri. Asa ini butuh kalian! Butuh ide, niat, semangat, dan pengorbanan kita.

Jalan hidup yang dibuat-Nya dengan relief yang tak sederhana telah membuat asa ini pun menjadi tak sederhana. Asa untuk menyukseskan orang lain. Asa untuk terus berikan yang terbaik dari diri.

Bukan memikirkan nanti sejarah mencatat kita sebagai apa. Tapi memaknai nanti di padang mahsyar, hati kita ditanyai mengenai niatan akan kerja yang dilakukan. Tuluskah?

Bagiku, gundah ini cukup jadi koreksi tepat untukku segera memulai. Memulai mengejar asa itu bersama kalian yang sangat aku butuhkan.

Ini Arenamu

Semakin hari semakin belajar apa sebenarnya yang dicari dalam hidup, simple! Bahagia, bukan untuk diri kita sendiri, juga bahagia bersama orang - orang di sekeliling kita.


Memang, jalan menuju kebahagiaan itu perlu kerelaan diri dan keikhlasan hati untuk siap mengarungi arenanya. Arena hidup!
Terbayangkan anda, kita ini berada di suatu arena. Bayangkan saja arena sepakbola ini, ambillah sebuah peran.
Pilih, misalkan kita berada pada posisi seorang pemain bola di sana. Ketika anda meyakini takdir, maka masing - masing pemain akan berusaha keras untuk menciptakan sebuah gol yang kemudian akan meningkatkan peluangnya untuk menang.


Tapi bayangkan juga ketika pemain tidak meyakini takdirnya, mereka akan setengah hati untuk bertanding karena merekan juga tak memiliki motivasi untuk memenangkan pertandingan ini.
Haru! Haru sekali rasanya ketika tahu bahwa memang segala yang ada di bumi ini beserta isinya, dan makhluk ciptaannya termasuk manusia, semuanya telah Alloh tetapkan, dan semua akan berjalan sebagaimana mestinya, dalam kuasa-Nya


Surat an-Nazi'at ayat 27-33 :

79:28



79:29
79:30
79:31
79:32
79:33

"Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah Telah membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, Dan dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.”

Besar karunia-Nya, nyata janji-Nya, dan jelas pedoman-Nya, namun mengapa masih belum menempatkan IMAN di dada sebagai tonggak dalam melangkah? Mengapa bukan keikhlasan yang dipilih hanya karena-Nya yang dijadikan acuan dalam laku dan tindak kita? Mengapa masih menyelipkan kata - kata bernada bukan seorang ksatria ketika mengambil keputusan? 
Belajarlah! Belajarlah untuk semakin dewasa dan semakin mantap ketika memutuskan sesuatu, sesuatu yang mungkin bagi orang lain bukanlah apa - apa. Tapi bisa jadi itu adalah keputusan luar biasa dalam hidup kita..
Toh, kita hidup karena keputusan yang kita ambil kemarin. Apalagi untuk esok hari...Banyak yang akan kita putuskan dan menjadi tanggung jawab kita sepenuhnya. Ilmu yang kita peroleh juga adalah keputusan kita untuk menerimanya, lalu mengapa belum diamalkan? Harta yang kita peroleh dari orang tua kita adalah suatu amanah dari mereka kepada kita untuk digunakan dengan baik, mengapa ragu untuk menyedekahkan? Kekuatan dan kesungguhan yang kita punya untuk mengejar asa kita, merupakan suatu power besar yang kita punya bagi diri kita sendiri, mengapa tidak ditularkan pada yang lain?

Mengapa kita hanya sibuk dengan "permainan" kita sendiri tanpa peduli dengan orang - orang di sekeliling kita. Mungkin banyak pihak yang terlupakan menurut mereka, namun kita tahu bahwa kita sebenarnya hanya mengesampingkan mereka di balik aktivitas kita yang kualitasnya pun masih dipertanyakan. Jangan sampai tindak - tanduk kita sehari - hari hanya menghabiskan energi sendiri, yang hasilnya pun belum tentu mampu memulihkan energi kita. Alangkah luar biasanya ketika energi kita berkurang untuk membangun diri kita, juga orang lain, lalu ketika kita lemah, maka mereka lah yang akan sama - sama membantu memulihkan energi kita menjadi lebih hebat dari sebelumnya.

Prinsipnya sama:
مفاتيح للخير مغاليق للشر و إن من الناس مفاتيح للشر مغاليق للخير ، فطوبى لمن جعل الله مفاتيح الخير على يديه ، و ويل لمن جعل الله مفاتيح الشر على يديه “


Dari Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, ‘Sesungguhnya diantara manusai ada yang menjadi kunci-kunci pembuka kebaikan dan penutup keburukan. Dan diantara manusia ada pula yang menjadi kunci-kunci pembuka keburukan dan penutup kebaikan. Maka beruntunglah orang yang Allah jadikan kunci-kunci kebaikan di tangannya dan celakalah bagi orang-orang yang Allah jadikan kunci-kunci keburukan di tangannya”.Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (237) dan dihasankan oleh Al-Albany di Shohih Sunan Ibnu Majah (194).

Semoga bisa menjadi bahan pembelajaran untuk kita. Acuan untuk memperbaiki diri, kemudian siap bermanfaat untuk sesama! Bismillah. :)