Ilmu Penyakit Syaraf - Bell's Palsy

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Syaraf berlangsung selama 4 minggu. Senior bilang stase ini, stase mayor-nya minor. Kenapa dibilang mayor? Karena di sini ada jadwal jaga malamnya juga. Seru ngets, adrenalin dipacu lagi di stase ini. Sebagian kasusnya adalah pasien - pasien dengan kelainan syaraf pusat mauun syaraf perifer, misalnya stroke, cedera kepala ringan sampai cedera kepala berat, sampai tumor di otak maupun tulang belakang. 

Di minggu kedua stase ini, kami mendapat kesempatan lagi belajar di syaraf RS Ahmad Yani, Metro. Kami dibimbing oleh dokter umum, dr. Ida dan dokter spesialis saraf, dr. Soeradi Soedjarwo, Sp. S. Belum lagi atmosfer bangsal (rawat inap) dan poli saraf di Metro ini kece bangets, santun - santun. Top dah pokoknya.

dok.pribadi. Konsulen Saraf RSAY, dr. Soeradi Soedjarwo, S. S dan dr. Ida

Ada kasus menarik, namanya Bell's Palsy. Bell's Palsy adalah suatu jenis kelumpuhan saraf perifer pada nervus VII (nervus fasialis). Nah, kelumpuhan nervus VII bisa terjadi sentral, dapat pula terjadi perifer. Kelumpuhan nervus VII yang sentral biasanya terjadi pada pasien - pasien stroke, sedangkan kelumpuhan nervus VII perifer tidak terjadi pada pasien stroke. Ini menjadipenting untuk dibedakan. Bagaimana cara membedakannya? Gampang, dari anamnesis dan pemeriksaan yang cermat, ini dapat dengan mudah dibedakan.


dok. Pribadi. Pasien Bell's Palsy

Kalau ada pasien yang kita curiga nih, lumpuh nervus VII nya, dari anamnesis :
- Tanyakan ada rasa kebas - kebas tidak pada wajah? Sebelah saja atau kedua sisi wajah?
- Tanyakan juga kalau bicara mulutnya mencong tidak?
- Kalau menutup mata bisa tutup sempurna tidak kedua kelopaknya?
- Bisa angkat alis tidak?

Kalau dari anamnesis, keluhan kelumpuhan (parese) nervus VII masih sulit kita bedakan, karena keluhannya bisa sama antara kelumpuhan tipe sentral dan perifer. Persamaannya, pada kelumpuhan tipe sentral dan perifer, mencong mulut bisa terjadi ke salah satu sisi.

Nah sekarang pemeriksaan fisiknya :
Mintalah pasien untuk : (lihat gambar)
1. Mengangkat atau mengernyitkan alisnya. (Gambar 1)
2. Menutup matanya (Gambar 2)
3. Tersenyum atau menunjukkan giginya (Gambar 4)

Untuk pasien stroke dengan kelumpuhan nervus VII yang tipe central, maka pasien dapat mengangkat alisnya sama tinggi, kelopak matanya dapat menutup sempurna, dan ketika tersenyum mencong ke satu sisi. 

Sedangkan pada pasien non-stroke, dengan kelumpuhan nervus VII tipe perifer, maka ketika mengangkat alis, salah 1 alis akan mengangkat lebih tinggi (asimetris), salah satu kelopak matanya juga tidak menutup dengan sempurna ketika memejamkan mata disebut lagoftalmus, kemudian ketika tersenyum mencong ke satu sisi.

Untuk lebih jelasnya lihat gambar di atas. Foto di atas adalah tanda - tanda kelumpuhan nervus VII tipe perifer atau disebut dengan Bell's Palsy. Untuk kasus di atas Bell's Palsy tersebut terjadi post trauma. Jadi pasien tersebut sebelumnya dirawat akibat Cedera Kepala Ringan, namun setelah perawatan kurang lebih 2 hari, barulah tanda - tanda Bell's Palsy nya muncul.

Oke bisa dipraktekkan ya jika menemui pasien dengan kecurigaan - kecurigaan di atas. Lalu bagaimana tidakannya? Orang kebanyak mengakatan penyakit ini akibat kesambet setan, hehe. Makanya jadi mencong dan kebas - kebas gitu wajahnya. It's OK. Tapi disediakan penyakit tentulah ada obatnya. Dengan pengobatan medikamentosa dan terapi rehabilitasi medik yang tepat penyakit ini insyaAlloh dapat dipulihkan. Semoga dapat bermanfaat.



0 comments:

Post a Comment